Universitas Airlangga Official Website

Tatalaksana Batu Besar dan Batu Urethra Posterior Besar

Ilustrasi penderita Batu saluran kemih (sumber: siloam)

Batu saluran kemih merupakan penyakit umum yang menyerang berbagai bagian sistem saluran kemih, seperti uretra dan kandung kemih. Batu kandung kemih adalah batu padat yang terutama terjadi di dalam kandung kemih. Batu kandung kemih umumnya jarang terjadi di negara-negara Barat, meskipun umum terjadi di negara berkembang karena faktor nutrisi [1]. Batu kandung kemih hanya menyumbang sekitar 5 % dari seluruh batu saluran kemih, namun batu ini menyebabkan 14 % rawat inap di rumah sakit dan 8 % kematian terkait urolitiasis di negara berkembang. Pada laporan kasus ini, penulis membahas tentang penatalaksanaan kasus langka berupa batu kandung kemih besar disertai batu uretra posterior besar.

Seorang pria berusia 36 tahun datang ke ruang gawat darurat dan dirujuk dari Rumah Sakit Umum Lini Pertama di daerah pedesaan dengan keluhan utama tidak dapat buang air kecil secara spontan selama sehari. Pria tersebut sudah mencoba pemasangan kateter tetapi gagal. Sering keluarnya batu dari penis, terakhir disertai hematuria satu hari yang lalu. Sejak usia SD, sudah ada keluhan keluar nanah dari sekitar perineum. Memang sifatnya intermiten, namun sampai saat ini belum pernah diobati. Setahun yang lalu nanah juga keluar dari skrotum, namun sekarang sudah tidak ada nanah yang keluar dari daerah abses di skrotum dan sekitar anus, namun masih ada darah yang keluar tidak kunjung berhenti.

Riwayat hipertensi dan diabetes tipe 2 disangkal. Pasien menikah satu kali dan mempunyai empat orang anak; riwayat operasi disangkal. Pada pemeriksaan fisik, tanda-tanda vitalnya biasa-biasa saja. Pada pemeriksaan massa panggul genitourinari dan Costo Vertebral Angle (CVA), nyeri ketukan didapatkan hasil negatif. Hasil pemeriksaan fisik suprapubik menunjukkan adanya tonjolan suprapubik, konsistensi keras, dan teraba batu (+).

Saat diuji perkusi, batu mengeluarkan suara teredam. Hasil genitalia eksterna dalam batas normal, bekas luka fibrotik dari abses skrotum kanan positif. Hasil pemeriksaan RT menunjukkan adanya bekas luka fibrotik dari abses perianal dan perdarahan dari bekas luka, TSA positif normal, dan mukosa halus. Pada pemeriksaan colok dubur, dilakukan palpasi manual. Hasilnya ditemukan adanya massa keras yang dapat digerakkan, nyeri tekan (+), dan teraba batu pada jam 12.

Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan pasien menderita anemia (hemoglobin =9,7 g/dL). Trombosit juga rendah (127.000 × 103/μL). Hasil ini terjadi karena terjadi hematuria intermiten, dan asupan pasien rendah. Pasien juga menjalani urinalisis dengan pH 6,5, Eritrosit 3+, dan Leukosit 3+. Pasien tidak mempunyai penyakit penyerta lainnya. Foto Kandung Kemih Ureter Ginjal (KUB) menunjukkan bayangan radiopak pada kandung kemih dan uretra posterior. CT Sonografi pada dekstra ginjal menunjukkan adanya Hidronefrosis (HN) berat dan batu multipel dengan 589 Hounsfield Unit (HU) di kutub bawah berukuran 0,58×1,8 cm dan adanya batu (545 HU) di persimpangan ureterovesika kanan (UVJ) berukuran 0,6×0,6 cm, tanpa massa dan kista. Pemeriksaan sinistra ginjal menunjukkan adanya HN berat, kontraksi sinistra ginjal, dan batu (1619 HU) di UVJ kiri berukuran 1,7×1,3 cm, tanpa massa dan kista. Hasil pemeriksaan kandung kemih menunjukkan adanya batu kandung kemih raksasa (1278 HU) berukuran 4,1×7,2 cm, dan hasil pemeriksaan uretra menunjukkan adanya batu (HU 1275) 4,3×4,2 cm, tanpa massa.

Operator tidak melakukan biopsi kandung kemih karena adanya batu uretra berukuran besar yang dapat menyebabkan peradangan kronis dan Karsinoma Sel Skuamosa (SCC) pada kandung kemih. Keluarga diberikan edukasi tentang faktor risiko SCC kandung kemih. Pada pasien ini, dokter residen, di bawah pengawasan supervisor, melakukan vesicolithotomy dan urethrotomy. Pasien dalam posisi litotomi. Selama vesikolitotomi, pasien menjalani kateter suprapubik (sistostomi) karena batu kandung kemih berukuran besar. Batu itu terbentur ke dalam kandung kemih selama operasi dan dilepaskan sebanyak mungkin. Pada tahap pertama vesikolitotomi, pasien menjalani sayatan suprapubik dan kemudian identifikasi kandung kemih. Sayatan kandung kemih menemukan batu kandung kemih dan bekuan darah di dalam kandung kemih; kemudian evakuasi dilakukan. Sebanyak +/− 500 cc bekuan diperoleh.

Diperoleh batu kandung kemih berukuran 8 × 4 cm. Langkah selanjutnya dilakukan eksplorasi dan diperoleh batu kedua berukuran 2 × 1 cm; kedua batu itu keluar utuh. Selanjutnya, kami melakukan uretrotomi. Langkah-langkah yang dilakukan adalah mengidentifikasi batu uretra dari perineum, membuat sayatan pada median raphae, dan membuat sayatan pada batu tersebut. Batu tersebut tidak dapat dikeluarkan dari uretra, sehingga batu tersebut dikeluarkan melalui osteotomi. Langkah selanjutnya batu tersebut dipecah, kemudian batu tersebut dievakuasi. Saat melakukan uretrotomi, jaringan uretra diangkat sehingga uretra dapat dijahit kembali dengan baik. Sejumlah kecil jaringan uretra diambil karena batu tersebut terkena benturan. Batu uretra yang terkena akan dikenai tripsi sampai

Penulis: Prof. Dr. Soetojo, dr., Sp.U

Informasi penelitian ini dapat dilihat dalam :
Wirjopranoto S, Azmi YA, Sugianto R, Soetanto KM. Big bladder stone accompanied by big posterior urethral stone: A management of rare case report. Int J Surg Case Rep. 2024 Jun 6;120:109853. doi: 10.1016/j.ijscr.2024.109853. Epub ahead of print. PMID: 38878727.