Universitas Airlangga Official Website

Harga Tanah Di Mandalika Melambung Tinggi (2)

(Foto: Ahmad Cholis Hamzah)
(Foto: Ahmad Cholis Hamzah)

Pada tulisan saya yang pertama saya menggambarkan sekilas tentang sepinya kawasan Mandalika dan setelah saya cek di data statistik memang jumlah penduduknya hanya sekitar 9 ribu-an jiwa. Sementara jumlah wisatawan mancanegara dan domestik terus meningkat apalagi sejak kawasan ini ada sirkuit internasionalnya. Mandalika sering disebut “The Next Bali” memang mulai ramai dikunjungi wisatawan. Begitu menginjak kaki di Bandara Internasional Lombok kita bisa menyaksikan banyaknya para wisatawan terutama dari luar negeri.

Yang menarik karakteristik wisatawan asing itu (dari pengamatan saya) kebanyakan mereka yang membawa keluarganya, istri, anak, saudara dan mertua yang memilih Mandalika sebagai tempat tetirah yang sunyi dan tenang dibandingkan dengan pulau Bali yang penuh dengan hingar bingar wisatawan asing berlalu lalang dijalan, adakalanya ada yang mabuk.

Sementara wisatawan yang di Mandalika adalah keluarga yang ingin tinggal ditempat yang lebih tenang. Saya kebetulan sempat bicara dengan beberapa wisatawan asing itu yang kebanyakan dari Perancis, Jerman, Cina, Polandia, Maroko, India, Aljazair dsb. Lalu Martadinata si supir yang mengantar rombongan MWA Unair ini juga menceritakan hal yang sama dengan yang saya amati. Dia memberi tambahan informasi kalau di kawasan Senggigi banyak wisatawan dari Italia.

Disamping daerah Mandalika itu sunyi, tenang dan pantai yang indah, juga harga-harga makanan di hotel bintang lima pun sangat murah kalau dinilai dengan mata uang mereka. Saya melihat para bule-bule itu kalau sarapan pagi seringkali “emboh atau tanduk” – bahasa Jawanya atau mengambil makanan lebih dari satu kali. Ada makanan barat, Timur Tengah, aneka buah-buahan, ice cream (atau “Es Grim” kata anak Surabaya) dll. Karena itu mereka betah berada di Mandalika dan mereka tidak hanya tinggal di hotel bintang lima tapi di hotel-hotel kecil di kampung-kampung. Banyak diantara mereka naik sepeda motor atau berjalan kaki.

Mandalika yang merupakan kawasan wisata seluas 20.000 ha lebih berlokasi di Kuta, Pujut Lombok Tengah, NTB sejak tahun 2017 menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang menarik banyak wisatawan luar negeri yang jumlahnya terus meningkat sejak adanya Pertamina International Circuit sebagai tempat ajang gelaran MotoGP tentu menarik minat pengusaha besar menanamkan modalnya di kawasan itu dengan membangun berbagai fasilitas modern seperti hotel dan restaurant. Akibatnya harga tanah meroket cepat.

Pada tahap awal pembangunan oleh Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), harga tanah di area pemukiman Kuta, Lombok, berkisar antara Rp 5 juta-Rp 10 juta per 100 meter persegi atau Rp 50.000-Rp 100.000 per meter persegi. Namun, setelah MotoGP 2022 diumumkan akan digelar di Sirkuit Mandalika, nilai tanah di area yang sama meroket sepuluh kali lipat menjadi Rp 50 juta-Rp 100 juta per 100 meter persegi atau Rp 500.000-RP 1 juta per meter persegi. Sedangkan harga tanah yang berdekatan dengan Zona Ekonomi Khusus (KEK) bisa mencapai Rp 250 juta-Rp 500 juta per 100 meter persegi. Lahan pengembangan pada bidang komersial yang terletak di jalan utama atau berdekatan dengan tempat wisata juga mengalami kenaikan harga hingga Rp 1 miliar per 100 meter persegi atau Rp 10 juta per meter persegi.

Supir kami dik Lalu Martadinata ini menginformasikan bahwa harga tanah di kampung-kampung naik cepat karena diburu oleh orang asing. Saya lihat papan informasi lahan dijual dipinggir jalan banyak yang ditulis dalam bahasa Inggris. San supir ini menambahkan bahwa banyak pemilik lahan di kawasan Mandalika itu adalah orang asing yang kawin wanita lokal agar bisa membeli property. Profesor Mustain Mashud Sekretaris Senat Akademik sekaligus anggota MWA UNAIR yang duduk disebelah saya di mobil mengtatakan “itu kawin-kawinan Pak Cholis”, maknanya bukan kawin beneran.

Tak heran kalau beberapa hotel kecil didalam kampung atau restoran elit itu milik orang asing. Contohnya restoran Milky Wave yang kami datangi adalah restoran terkenal yang dimiliki warga Jepang, dengan beberapa chef atau juru masaknya orang Jepang dan manajer seorang wanita muda, sopan dan cantik dari Hungaria (kami sempat berfoto dengan manajer wanita ini). Para tamu nya juga kebanyakan orang asing.