Universitas Airlangga Official Website

Asosiasi Rasio Monosit-limfosit, Neutrofil-tolimfosit, dan Tumor Necrosis Factor-α dalam berbagai Tahapan Penyakit Ginjal Kronis

Ginjal
Ilustrasi Ginjal (sumber: Tirto.id)

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan rasio monosit terhadap limfosit (MLR), rasio neutrofil terhadap limfosit (NLR), dan tumor necrosis factor-α pada berbagai stadium penyakit ginjal kronik (CKD). Penelitian ini melibatkan 65 subjek CKD, dengan lima tahapan CKD yang memenuhi standar KDIGO. Perkiraan laju filtrasi glomerulus (eGFR) dihitung menggunakan formulasi kreatinin CKD-EPI, sedangkan MLR dan NLR dihitung dari penganalisis hematologi jumlah diferensial. TNF-α diperiksa dengan metode sandwich ELISA dan digunakan urin random-spot untuk pemeriksaan UACR. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan bermakna MLR dan TNF-α pada berbagai stadium CKD, sedangkan NLR tidak menunjukkan perbedaan bermakna. Namun, TNF-α tidak dikaitkan dengan tahapan CKD atau dengan MLR dan NLR pada CKD. MLR, NLR, dan TNF-α tidak mempunyai hubungan bermakna dengan rasio albumin-kreatinin urin (UACR). Kesimpulannya, MLR lebih baik dalam menilai perkembangan CKD dibandingkan NLR dan TNF-α.

Penyakit ginjal kronik (CKD) merupakan penyakit tidak menular yang prevalensinya meningkat secara global selama dua dekade terakhir. Risiko kematian tahunan akibat CKD pada individu dengan perkiraan laju filtrasi glomerulus (eGFR) antara 30-44 ml/menit/1,73m² adalah 4,76 per 100 orang. CKD memiliki risiko tinggi penyakit kardiovaskular dan berkembang menjadi penyakit ginjal stadium akhir (ESRD), yang memerlukan terapi penggantian ginjal (RRT) yang mahal, termasuk transplantasi ginjal atau dialisis.

Tanda-tanda awal penyakit ini seringkali minimal dan tidak terdeteksi, dan paling sering terjadi pada usia tua, wanita, ras minoritas, dan penderita diabetes melitus (DM) serta hipertensi. Peradangan kronis kemungkinan besar menyebabkan dan diakibatkan oleh disfungsi glomerulus dan tubulointerstitial. Pada aktivasi inflamasi kronis, sel ginjal menunjukkan fenotipe proinflamasi, sedangkan sel imun teraktivasi melanggengkan proses inflamasi yang sedang berlangsung. Peradangan yang berkepanjangan pada akhirnya menyebabkan fibrosis ginjal, yang mengarah pada perkembangan CKD dan dianggap sebagai kondisi yang tidak dapat disembuhkan.

Rasio monosit terhadap limfosit (MLR) dan rasio neutrofil terhadap limfosit (NLR) sering digunakan untuk memprediksi akibat penyakit kardiovaskular atau tumor, yang mencerminkan tingkat peradangan dengan intensitas rendah di seluruh tubuh. Pada kasus CKD, nilai MLR dan NLR cenderung meningkat seiring dengan penurunan eGFR yang menggambarkan fungsi ginjal dan stadiumnya pada CKD. Peningkatan MLR berkorelasi dengan peningkatan cedera ginjal pada pasien diabetes melitus tipe 2 (T2DM), sehingga MLR dapat digunakan untuk memprediksi kejadian nefropati diabetik.

Sistem layanan kesehatan menghadapi kesulitan dalam merawat pasien CKD yang baru terdiagnosis atau tidak terdiagnosis karena gejala yang terbatas atau tidak ada. Studi akademis menunjukkan bahwa mekanisme inflamasi diaktifkan pada tahap awal CKD, sehingga mendorong penurunan fungsi ginjal. Mengukur biomarker inflamasi dapat membantu deteksi dini CKD. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan MLR, NLR, dan TNF-α dengan stadium CKD dan rasio albumin-kreatinin urin (UACR) sebagai alternatif deteksi dini biomarker inflamasi yang berperan paling penting dalam penyakit ini. perkembangan CKD.

Oleh : Dr. Puspa Wardhani. Dr. Sp.PK(K)

Artikel ini dapat di akses di :
https://jabet.bsmiab.org/articles/178-1700990889-association-of-monocyte-to-lymphocyte-ratio-neutrophil-to-lymphocyte-ratio-and-tumor-necrosis-factor-a-in-various-stages-of-chronic-kidney-disease/download/