Universitas Airlangga Official Website

Investigasi Zona Megathrust di Nusa Tenggara Barat Menggunakan Data Gravitasi dan Analisis Spektrum Daya

Ilustrasi seismometer (sumber: CNN)

Pulau Lombok dan sekitarnya merupakan daerah dengan aktivitas seismik yang sangat tinggi, yang disebabkan oleh pertemuan antara Lempeng Eurasia dan Lempeng Indo-Australia. Daerah ini telah mengalami beberapa gempa bumi yang merusak, seperti yang terjadi pada tahun 2018, yang menarik perhatian para peneliti dan pemerintah. Studi yang ada masih belum sepenuhnya menggambarkan karakteristik sumber gempa secara komprehensif. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk memahami lebih baik karakteristik zona megathrust di bagian selatan Nusa Tenggara Barat, yang diharapkan dapat memberikan wawasan lebih dalam tentang potensi bencana di masa depan.

Penelitian ini menggunakan metode gravitasi untuk menganalisis variasi medan gravitasi bumi yang disebabkan oleh perbedaan densitas batuan di bawah permukaan. Data gravitasi yang digunakan diolah menjadi Anomali Bouguer Lengkap (CBA) setelah dilakukan berbagai koreksi. Anomali ini kemudian dianalisis menggunakan metode Second Vertical Derivative (SVD) untuk mengidentifikasi struktur sesar yang mungkin ada. Selain itu, analisis spektrum daya digunakan untuk mengestimasi kedalaman sumber anomali gravitasi.

Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai anomali gravitasi di wilayah selatan Nusa Tenggara Barat bervariasi antara 160 hingga 360 mGal. Anomali ini dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori: rendah, sedang, dan tinggi. Anomali rendah ditemukan di bagian utara Lombok, yang diinterpretasikan sebagai indikasi lapisan kerak bumi yang lebih dalam. Sementara itu, anomali tinggi terdapat di bagian selatan, mengindikasikan lapisan kerak yang lebih dangkal dan tebal. Analisis SVD mengungkapkan keberadaan graben di Selat Lombok, yang berkorelasi dengan distribusi gempa di wilayah tersebut.

Penemuan ini menunjukkan bahwa struktur sesar di Selat Lombok memiliki potensi untuk menghasilkan gempa dengan magnitudo besar. Hasil penelitian ini sejalan dengan studi sebelumnya yang menggunakan metode seismik dan bathimetri, meskipun menawarkan detail tambahan mengenai kedalaman dan karakteristik sesar. Temuan ini memiliki implikasi penting bagi upaya mitigasi bencana di wilayah ini, mengingat potensi gempa bumi yang signifikan.

Penelitian ini berhasil mengidentifikasi karakteristik utama dari zona megathrust di bagian selatan Nusa Tenggara Barat. Dengan menggunakan metode gravitasi dan analisis spektrum daya, struktur sesar di wilayah ini dapat dipetakan dengan lebih akurat, yang dapat digunakan untuk memperkirakan potensi bencana di masa depan. Penelitian lebih lanjut disarankan untuk memperdalam pemahaman mengenai dinamika tektonik di wilayah ini dan pengaruhnya terhadap risiko gempa bumi.

Artikel selengkapnya dapat diakses di: https://doi.org/10.1063/5.0202065 

Penulis: Syamsuddin, Aryono, Rian Amukti, Cahya Damayanti, Sugeng Purwo Saputro, Hijrah Saputra

baca juga: Tugas Dinas Tak Halangi Gustiyana jadi yang Terbaik