Universitas Airlangga Official Website

Lolos Pendanaan AGE, HMKH FIKKIA Sukses Gelar APHONICS 2024

Peserta APHONICS 2024 Sedang Melakukan Penanaman Coral di Grand Watudodol (23/8/2024) (Sumber: Muhammad Gufron)

UNAIR NEWS – Airlangga Dolphin Conservation Class (APHONICS) merupakan program konservasi lumba-lumba internasional yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Kedokteran Hewan Fakultas Ilmu Kesehatan, Kedokteran, dan Ilmu Alam (HMKH FIKKIA) Universitas Airlangga, yang berlangsung mulai Jumat-Minggu (23-25/08/2024) di Banyuwangi dan Bali.

Kepada UNAIR NEWS, Wira Tirta Jaladara selaku ketua pelaksana mengatakan bahwa program tersebut tak hanya bertujuan untuk memperkenalkan konservasi lumba-lumba. Namun, juga memberikan pengalaman berharga mengenai pelestarian ekosistem laut dan satwa liar serta memperkenalkan budaya Banyuwangi dan Bali. 

Delapan mahasiswa dari Universitas Putra Malaysia dan dua mahasiswa dari The University of the Philippines Los Baños berpartisipasi aktif dalam mengikuti seluruh rangkaian kegiatan. Mereka mengikuti kegiatan penanaman terumbu karang, pelepasan tukik, pengenalan mengenai Jaringan Satwa Indonesia Jakarta Animal Aid Network (JSI-JAAN), penanganan mamalia laut terdampar, dolphin watching, dan melihat pertunjukan tari kecak.

Dalam agenda workshop Jaringan Satwa Indonesia Jakarta Animal Aid Network (JSI-JAAN). Femke den Haas memperkenalkan kepada mahasiswa terkait apa itu JAAN serta kendala dan kontribusi apa saja yang telah organisasi non profit itu lakukan. 

Femke menjelaskan bahwa JSI-JAAN menangani berbagai isu, termasuk perdagangan satwa liar, kesejahteraan hewan, dan konservasi habitat. Mereka juga terlibat dalam advokasi dan pendidikan untuk mempromosikan hak-hak hewan dan perlindungan lingkungan di Indonesia.

Dokter Denny dan Femke den Haas Sedang Mempraktikkan Cara Penanganan Lumba-Lumba yang Terdampar (24/8/2024) (Sumber: Leo Abi Nugroho)

Dalam workshop penanganan mamalia laut terdampar, drh Denny memberikan wawasan penting tentang langkah-langkah awal yang perlu diambil serta kesalahan yang harus dihindari saat menangani lumba-lumba yang terdampar. 

Dokter Denny menyampaikan bahwa salah satu langkah pertama yang perlu dilakukan dalam menghandle lumba-lumba yang terdampar adalah memposisikan diri berada disamping dan hindari daerah mulut, sirip, dan ekor. Selain itu, pastikan bahwa air, pasir, dan benda asing tidak masuk kedalam lubang pernafasan lumba-lumba. 

Hans Albert Panuelos, salah satu peserta mengungkapkan kegembiraannya dapat mengikuti program ini. “Saya sangat bersyukur mendapat kesempatan untuk mengikuti program ini. Dan saya berterimakasih banyak kepada seluruh mahasiswa panitia karena telah hangat menyambut dan memberikan pengalaman terbaik selama kami berada di Banyuwangi dan Bali,” ungkapnya. 

Melalui kegiatan APHONICS, peserta mendapatkan pengetahuan dan pengalaman berharga yang mendorong keterlibatan lebih aktif dalam konservasi lingkungan dan satwa akuatik. Mereka berharap program ini berlanjut dan semakin meningkatkan kesadaran serta aksi nyata untuk melindungi satwa laut dan habitatnya. 

Penulis: Bintang Muslimah

Editor: Edwin Fatahuddin

Caption 1: Dokter Denny dan Femke den Haas Sedang Mempraktikkan Cara Penanganan Lumba-Lumba yang Terdampar (24/8/2024) (Sumber: Leo Abi Nugroho)

Caption 2: Peserta APHONICS 2024 Sedang Melakukan Penanaman Coral  di Grand Watudodol (23/8/2024) (Sumber: Muhammad Gufron)