Maksila dan mandibula sebagian besar terdiri dari jaringan ikat padat, terutama tulang, yang mengalami proses pemodelan (konstruksi) dan perombakan (rekonstruksi) sebagai respons terhadap rangsangan. Proses perombakan tulang dimulai dengan resorpsi tulang dan berakhir dengan produksi tulang baru. Beberapa faktor memengaruhi proses perombakan tulang, dengan stres oksidatif sebagai salah satunya, yang berasal dari ketidakseimbangan oksidan, spesies oksigen reaktif (ROS), dan antioksidan. Antioksidan meningkatkan kelangsungan hidup dan fungsi osteoblas dan osteosit dengan memproduksi sitokin antiinflamasi yang mengaktifkan sinyal faktor nuklir kappa B (NF-κB). Peningkatan ekspresi sitokin antiinflamasi dapat membatasi ekspresi sitokin proinflamasi, sehingga peradangan tidak berlangsung lama dan kemungkinan faktor pertumbuhan yang diperlukan untuk perombakan tulang. Studi terkini berfokus pada penggunaan produk herbal yang biokompatibel untuk mendorong rekayasa jaringan. Suplemen produk herbal seperti propolis dapat meningkatkan interaksi osteoklas-osteoblas dengan meningkatkan ekspresi penanda biomolekuler. Koloni lebah, khususnya, memberikan berbagai manfaat bagi makhluk hidup.
Banyak produk yang berasal dari lebah memiliki pengaruh yang menguntungkan. Famili Apidae mencakup tiga subfamili: Apinae (lebah propolis), Bombiinae (lebah bumble), dan Meliponinae (lebah tanpa sengat). Sebagai rumah tropis di seluruh kepulauan Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya, Indonesia memiliki sedikitnya 46 spesies lebah tanpa sengat yang dikenal. Produk lebah tanpa sengat seperti propolis dan propolis memiliki nilai komersial yang tinggi. Secara tradisional, produk ini telah digunakan oleh manusia untuk meningkatkan kesehatan sebagai makanan atau pengobatan fungsional; namun, popularitasnya semakin meningkat sebagai alternatif obat kimia buatan. Dalam laporan terkini, lima spesies lebah tak bersengat di Sulawesi (Celebes) dari genus Tetragonula: T. sapiens, T. fuscobalteata, T. clepearis, dan Lepidotrigona terminata, serta Wallacetrigona incisa, telah dilaporkan. Penelitian sebelumnya juga telah meneliti komposisi fisikokimia Propolis lebah tak bersengat. Propolis Lebah Tak Bersengat mengandung senyawa aktif biologis seperti fenolik dan flavonoid, yang merupakan antioksidan dan memiliki kemampuan melawan bakteri dan peradangan. Berdasarkan penelitian sebelumnya, propolis yang berasal dari lebah tak bersengat memiliki senyawa aktif seperti asam 27-hidroksimangiferolik, asam 27-hidroksiisomangiferolik, Artepillin C, (+)- Pinobanksin, dan Asam Kafeat Fenetil Ester (CAPE).
Hanya sedikit penelitian ilmiah tentang manfaat Propolis lebah tak bersengat, sehingga memerlukan pengembangan penelitian baru untuk mengidentifikasi potensinya dalam meningkatkan remodeling jaringan tulang. Ada beberapa biomarker yang terkait dengan peningkatan antioksidan osteoblastogenesis seperti protein syok panas (HSP)-10, HSP-70, Fibroblast Growth Factor-2 (FGF-2), Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF), runt-related transcription factor-2 (RUNX2), alkaline phosphatase (ALP), Osteocalcin, dan kolagen tipe 1a1 (Coll1a1). Lebih lanjut, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki interaksi komponen bioaktif dari Propolis Lebah Tanpa Sengat terhadap efek antioksidan dan peningkatan kapasitas faktor pertumbuhan serta biomarker osteoblastogenesis melalui docking molekuler, sebuah studi in silico.
Simulasi penambatan molekuler menunjukkan bahwa senyawa dari Propolis Lebah Tanpa Sengat memiliki afinitas pengikatan paling negatif, seperti asam 27-hidroksimangiferolat, yang dapat memicu aktivitas HSP-70 (-9,7 kkal/mol), asam 27-hidroksiisomangiferolat pada FGF-2 (-8,3), VEGF (-7,3 kkal/mol), RUNX-2 (-7,7 kkal/mol), ALP (-7,9 kkal/mol), Osteocalcin (-7,3 kkal/mol), Coll1a1 (-5,7 kkal/mol), dan (+)-Pino. Ketiga zat kimia ini diharapkan dapat mengaktifkan target dan memicu reaksi yang melibatkan aktivitas antioksidan, faktor pertumbuhan, dan osteoblastogenesis. Senyawa dari Propolis Lebah Tanpa Sengat dengan nilai afinitas pengikatan terendah, termasuk (+)-Pinobanksin, asam 27-hidroksiisomangiferolat, dan asam 27-hidroksimangiferolat, dapat membentuk interaksi ikatan hidrogen, van der Waals, dan pi. Simulasi docking molekuler menunjukkan asam 27-hidroksimangiferolat pada aktivitas HSP-70, asam 27-hidroksiisomangiferolat pada FGF-2, VEGF, RUNX-2, ALP, Osteocalcin, Coll1a1, dan (+)- Pinobanksin pada aktivitas HSP-10. Asam 27-hidroksiisomangiferolat dalam Propolis Lebah Tanpa Sengat memiliki afinitas pengikatan paling negatif terhadap antioksidan, faktor pertumbuhan, dan biomarker osteoblastogenesis daripada asam 27-hidroksimangiferolat dan (+)-Pinobanksin sebagaimana didokumentasikan secara silico.
Penulis: Adya Pramusita
Link lengkap: http://www.jidmr.com/journal/wp-content/uploads/2024/06/21-D24_3076_Alexander_Patera_Nugraha_Adya_Pramusita_Indonesia-Exp.pdf
Baca juga: Nanopartikel Liquid Smoke Sekam Padi sebagai Terapi Alternatif