Dehiscence bekas luka dengan plasenta non-adheren sering kali salah didiagnosis sebagai placenta accreta spectrum (PAS), baik selama pemeriksaan prenatal maupun intraoperatif. Kesalahan ini disebabkan oleh visualisasi plasenta yang terletak tepat di bawah segmen bawah rahim yang menipis, suatu kondisi yang disebabkan oleh penyembuhan yang tidak memadai dari luka bekas operasi caesar sebelumnya. Akibatnya, segmen bawah rahim mengalami remodeling yang ekstensif, mengakibatkan tonjolan plasenta dan penipisan miometrium, yang terlihat serupa pada kasus dehiscence dan PAS tingkat tinggi.
PAS sendiri merupakan kondisi serius yang bisa menyebabkan perdarahan masif dan morbiditas berat. Sehingga menjadi tantangan besar bagi para ahli obstetri. Karena itu, salah diagnosis PAS sering kali berujung pada bias konfirmasi di kalangan ahli bedah. Terutama saat ultrasound prenatal memberikan indikasi yang keliru. Bahkan ahli bedah berpengalaman dapat salah menafsirkan kondisi ini saat operasi. Menganggap dehiscence sebagai PAS dan mengambil tindakan yang tidak tepat.
Meskipun ada penelitian yang menjanjikan tentang metode baru yang lebih hemat rahim untuk menangani PAS, histerektomi masih menjadi pendekatan yang paling umum di banyak rumah sakit, termasuk di negara-negara maju. Salah diagnosis dehiscence sebagai PAS dapat memicu tindakan histerektomi yang tidak perlu, menambah risiko bagi pasien. Oleh karena itu, diagnosis prenatal yang akurat sangat penting. Berbagai sistem penilaian telah melalui pengembangan untuk membantu mengidentifikasi pasien yang berisiko PAS. Studi ini meninjau sistem penilaian tersebut dan mengevaluasi efektivitasnya dalam membedakan antara dehiscence bekas luka dan PAS. Harapan meningkatkan ketepatan diagnosis dan manajemen pasien.
Penulis: Rozi Aditya Aryananda, dr., SpOG
Baca juga: Temuan Klinis Sebagai Prediksi Angka Kematian Pasien COVID-19
