Universitas Airlangga Official Website

Khasiat Kayu Secang untuk Terapi luka sayatan

Khasiat Kayu Secang untuk Terapi luka sayatan
Ilustrasi kayu Secang (sumber; kompas)

Luka adalah kelainan pada kulit yang disebabkan oleh cedera pada unit atau komponen jaringan. Beberapa luka kulit yang tidak disengaja dapat terjadi akibat kecelakaan atau dari luka dan goresan pada kulit. Luka juga dapat disebabkan secara sengaja, misalnya, dengan membuat luka sayatan untuk prosedur pembedahan. Luka biasanya mengakibatkan ketidaknyamanan, pendarahan, ketidakmampuan, dan kesulitan selama prosedur terapi.

Proses penyembuhan luka rumit karena melibatkan beberapa fase yang saling berhubungan, termasuk fase peradangan, proliferasi, dan remodeling. Elemen penting dalam penyembuhan luka adalah kolagen. Kolagen berperan dalam penyembuhan luka melalui kapasitasnya untuk menjaga homeostasis dan berinteraksi dengan fibronektin dan trombosit. Agregasi dan aktivasi trombosit yang dihasilkan dari kontak kolagen fibrilar dengan darah akan melepaskan faktor kemotaksis, yang memulai proses penyembuhan luka. Selain itu, kolagen dapat mempercepat proses fibroplasia, komponen seluler, faktor pertumbuhan, dan eksudasi cairan.

Metode yang paling populer untuk mempercepat penyembuhan luka adalah povidone-iodine 10%. Povidone-iodine dipilih sebagai pengobatan yang paling disukai karena aksi antibakterinya, kemampuannya menghasilkan angiogenesis, dan kemampuannya mengurangi peradangan. Studi in vitro menunjukkan bahwa penggunaan povidone-iodine sebagai pengobatan penyembuhan luka masih diperdebatkan karena kemungkinan efek sampingnya. Povidone-iodine juga dapat mencegah pertumbuhan fibroblas karena migrasi dan proliferasi fibroblas di area yang cedera merupakan faktor dalam penyembuhan luka. Proliferasi fibroblas mengendalikan hasil penyembuhan luka dengan memengaruhi proses re-epitelialisasi, yang menutup luka, dan menghasilkan kolagen. Potensi penyembuhan luka dapat terganggu oleh melambatnya laju proliferasi fibroblas.

Penggunaan obat herbal, misalnya, juga lebih disukai karena biayanya yang rendah dan tingkat keamanannya yang tinggi. Banyak sumber daya alam, termasuk kayu secang (Caesalpinia sappan L.), dapat ditemukan di negara tropis Indonesia. Kayu secang merupakan anggota famili Leguminosae, yang juga dikenal sebagai kayu Brasil secara umum. Efek biologis kayu secang meliputi antiinflamasi, antibakteri, aktivitas antioksidan, alergi, aktivitas nuklease, dan analgesik. Flavonoid, saponin, alkaloid, tanin, fenolik, dan brazilin merupakan zat kimia yang aktif dalam kayu secang. Alkaloid, saponin, dan flavonoid semuanya memiliki kualitas antiinflamasi, antijamur, dan antioksidan. Tanin juga berpotensi menghasilkan aktivitas antivirus dan antibakteri. Brazilin, zat kimia tertentu yang ditemukan dalam kayu secang, memiliki sifat antiinflamasi. Sifat aktif kayu secang dapat bermanfaat bagi proses penyembuhan luka.

Studi telah dibuktikan dengan menggunakan hewan tikus albino sebagai eksperimen. Dalam penelitian ini, kelompok kontrol negatif melaporkan deposisi kolagen terendah, keberadaan PMN, angiogenesis, derajat fibrosis, dan kadar IL-2. Kehadiran zat atau obat yang menguntungkan yang tidak mencukupi mengakibatkan peradangan yang berkepanjangan, penyembuhan luka yang tidak tepat, dan stimulasi kolagen yang lambat. Bahan antibakteri menghentikan perkembangan dan kontaminasi mikroba dengan menghambat produksi protein, yang pada gilirannya membantu proses penyembuhan luka. Dengan mengurangi peradangan yang berlebihan, obat ini juga dapat mengakibatkan peningkatan pengendapan kolagen dan mempercepat penyembuhan luka selama fase peradangan.

Penelitian ini menunjukkan bahwa dosis ideal untuk salep ekstrak kayu secang adalah 6,5%. Hasil ini berkaitan dengan metabolit sekunder kayu secang yang memiliki nilai terapeutik. Flavonoid, saponin, tanin, alkaloid, dan senyawa tertentu yang ditemukan dalam kayu secang, seperti brazilin, termasuk di antara metabolit yang ditemukan pada tanaman, khususnya pada kayu tersebut.

Ketika saponin berinteraksi dengan sel bakteri, mereka melisiskan bakteri. Saponin meningkatkan permeabilitas membran, yang menyebabkan hemolisis sel. Saponin berpotensi meningkatkan proliferasi monosit dengan meningkatkan jumlah makrofag dan mengeluarkan faktor pertumbuhan yang membantu produksi fibroblas dan sintesis kolagen di area luka. Selain itu, saponin dapat mempercepat migrasi keratinosit, yang sangat penting untuk proses re-epitelisasi. Flavonoid memiliki kapasitas untuk menurunkan radikal bebas sebagai antioksidan. Radikal bebas berpotensi menghambat penyembuhan luka dengan menekan kontraksi jaringan kolagen, respons inflamasi, dan proliferasi sel.

Beberapa zat yang ditemukan dalam kayu secang, seperti brazilin, memiliki sifat antibakteri dan antiinflamasi. Karena khasiat antioksidannya yang lebih besar dibandingkan dengan antioksidan komersial seperti BHT dan BHA, betelain yang ditemukan dalam kayu secang memiliki potensi yang lebih besar sebagai penangkal radikal bebas. Antioksidan dapat mengikat radikal bebas dan meminimalkan kerusakan membran sel selama fase proliferasi. Karena senyawa fenolik dalam kayu secang menghentikan reaksi berantai yang disebabkan oleh munculnya radikal bebas, flavonoid, dan brazilin juga mampu menghentikan reaksi oksidasi. Sebagai donor hidrogen, zat fenolik dapat menghambat produksi radikal bebas. Komponen tanin dalam ekstrak kayu secang dapat meningkatkan penyembuhan luka melalui beberapa proses seluler, termasuk menghilangkan spesies oksigen reaktif dan radikal bebas, meningkatkan pencangkokan luka, dan merangsang pembuluh darah kapiler dan fibroblas. Tanin berfungsi sebagai astringen, mencegah pendarahan ringan dan eksudat untuk mempercepat proses penyembuhan. Migrasi dan proliferasi fibroblas di area luka dipengaruhi oleh tanin dan saponin.

Kelembapan adalah elemen lain yang dapat bervariasi dan berdampak pada hasil. Karena kelembapan bersifat oklusif terhadap air dan kuman tetapi permeabel terhadap oksigen dan uap air, penyembuhan luka berlangsung tanpa hambatan. Salah satu nutrisi yang harus ada gunametabolisme sel adalah oksigen. Salah satu elemen terpenting yang memengaruhi proses penyembuhan luka adalah oksigenasi. Kadar oksigen yang tinggi dalam jaringan luka dapat disebabkan oleh kadar air yang cukup tinggi. Selain itu, produksi kolagen dapat dipercepat dan dirangsang oleh proses proliferasi fibroblas. Oksigenasi dan kadar air berdampak pada hasil, karena keduanya merupakan elemen kunci yang memengaruhi proses penyembuhan luka.

Penulis: Faisal Fikri, drh., M.Vet

Link: https://www.openveterinaryjournal.com/?mno=196045

Baca juga: Faktor Terjadinya Preekamsia di Wilayah Surabaya