Universitas Airlangga Official Website

Akar Rubia Tinctorum sebagai Anti Kanker Payudara

Ilsutrasi kanker payudara. (Sumber: Alodokter)

Kanker payudara adalah kondisi abnormal pada tubuh yang memungkinkan sel-sel dalam payudara untuk tumbuh tanpa gangguan dan dengan demikian memicu pembentukan sel kanker. Mekanisme utama perkembangan kanker meliputi penghambatan apoptosis, yang melibatkan kapasitas tak terbatas bagi sel untuk membelah diri, peningkatan angiogenesis, resistensi terhadap sinyal penekan pertumbuhan dan induksi sel yang berlebihan untuk melanjutkan pertumbuhannya. Dengan perkiraan 2,3 juta kasus baru di seluruh dunia, kanker payudara merupakan keganasan paling umum kelima yang menyebabkan kematian. Menurut data yang diperoleh dari International Agency for Research on Cancer (IARC), Global Burden Global Burden of Cancer, beban global kanker menyumbang 18,1 juta kasus baru kanker di seluruh dunia pada tahun 2018, dan 9,6 juta kematian yang disebabkan oleh kanker. Diperkirakan jumlah kasus kanker akan meningkat dari 18,1 juta menjadi 22 juta selama 20 tahun ke depan. Menurut perkiraan WHO, 26 juta orang akan didiagnosis menderita kanker pada tahun 2030, dan 17 juta dari kasus-kasus tersebut akan mengakibatkan kematian yang disebabkan oleh kanker.

Oleh karena itu sangat diperlukan upaya-upaya serius dalam mencegah, mengurangi maupun mengobati penyakit tersebut. Salah satu diantaranya adalah dengan mengeksplorasi kekayaan alam hayati yaitu tumbuhan yang jumlah spesiesnya banyak terdapat di negara Indonesia. Salah satunya adalah tanaman jenis Rubia tinctorum. Bagian obat dari spesies ini adalah akar kering. Karakter morfologi tanaman ini adalah: bunga-bunga kecil berwarna hijau kekuningan berada dalam cymes terminal atau aksiler yang longgar, berdaun, dan bertangkai panjang. Tepi kelopak tidak jelas, berpotongan 4 hingga 5 dan memiliki ujung yang melengkung ke dalam. Ada lima benang sari dan ovarium inferior. Buahnya adalah buah berbiji hitam, seukuran kacang polong, gundul, halus, berisi dua biji. Tanaman tahunan tumbuh hingga ketinggian 60 hingga 100 cm. Rimpang setebal pensil merayap lebar di bawah tanah. Batangnya berbentuk segi empat dengan duri yang berputar ke belakang di tepinya. Batangnya kadang-kadang sangat tipis sehingga lebih banyak turunan daripada tegak. Daunnya melingkar, empat di bawah, enam di atas. Bentuknya lonjong hingga lanset dengan satu tulang rusuk dan bagian bawahnya menonjol seperti jaring. Tanaman ini berasal dari Eropa selatan, Asia barat, dan Afrika Utara, dan dibudidayakan di tempat lain.

Berbagai obat antikanker yang telah ada dinilai belum maksimal dalam mengatasi permasalahan penyakit ini, sehingga perlunya dikembangan obat baru yang lebih efektif dan efesien. Keterbatasan penelitian tentang potensi obat antikanker diakibatkan karena panjangnya alur penelitian dan kompleksnya prosedur penelitian yang harus dilakukan untuk menentukan potensi antikanker dari suatu tanaman atau senyawa tertentu. Pendekatan in-silico atau simulasi molekuler menggunakan perangkat bioinformatika dapat digunakan untuk mempersingkat dan menyederhanakan proses penelitian penentuan kandidat potensial obat. Kinerja senyawa alami saat ini di bidang antikanker secara bertahap semakin menarik perhatian para peneliti.

Dari hasil penelitian Alifiansyah et al. (2024) terkait QSAR dalam mengungkap potensi senyawa alizarin dari akar R. tinctorum dengan pendekatan in silico menunjukkan bahwa alizarin merupakan senyawa polisiklik yang diisolasi dari akar Rubia tinctorum yang berpotensi sebagai kandidat antikanker payudara. Peningkatan aktivitas antikanker dapat dilakukan melalui modifikasi struktur untuk menghasilkan turunan berupa substitusi gugus pada posisi meta menggunakan asil. Dimana Faktor aktivitas biologis yang penting akan diidentifikasi dengan struktur kuantitatif hubungan docking molekuler aktivitas (QSAR) dan proyeksi penyerapan, distribusi, metabolisme, eliminasi, dan toksisitas (ADMET). Temuan penelitian menunjukkan bahwa turunan asil alizarin dapat disintesis, terutama alizarin octanoate, yang kemudian akan diuji secara in vitro atau in vivo untuk mengetahui aktivitas anti kanker payudara dan toksisitasnya. Turunan asil alizarin memiliki aktivitas anti kanker payudara yang lebih kuat daripada senyawa alizarin. Selain itu, turunan asil alizarin senyawa juga memiliki aspek farmakokinetik yang lebih baik, dan beberapa turunan asil turunan alizarin juga kurang toksik dibandingkan alizarin.

Baru-baru ini, semakin banyak peneliti mulai memperhatikan senyawa alam yang memiliki kemampuan antikanker yang baik dan hampir tidak memiliki efek samping yang jelas. Semakin banyak penelitian telah menunjukkan bahwa bahan herbal maupun komponen aktifnya dapat secara langsung menghambat kanker dan tumor dengan menghambat angiogenesis, menghalangi siklus pertumbuhan sel tumor, atau menginduksi apoptosis sel tumor dan secara tidak langsung menghambat kanker/tumor dengan mengatur lingkungan mikro kanker/tumor.

Dengan demikian perlu ditindaklanjuti dengan serius pemanfaatan bahan alam dari tumbuhan untuk membantu mengatasi perluasan beban penyakit kanker. Serangkaian senyawa bioaktif yang berasal dari tanaman berada dalam fase pengembangan klinis melawan kanker. Masyarakat perlu dipahamkan akan arti pentingnya beberapa tanaman obat, ekstrak tanaman, dan senyawa bioaktifnya untuk potensi aktivitas antikankernya. Sejalan dengan hal ini focus penelitian kesehatanpun perlu pula diarahkan untuk memanfaatkan bahan alami herbal sebagai kandidat obat kanker. Dengan berkembang pesatnya penelitian-penelitian mengenai obat baru, tanaman herbal dapat digunakan sebagai salah satu pilihan dalam pengobatan kanker. Beberapa penelitian dibidang ini telah membuktikan bahwa tanaman herbal memiliki berbagai mekanisme spesifik sebagai antikanker. 

Hidup sehat bersama alam!!

Penulis: Hery Purnobasuki

Sumber: https://www.fsjour.com/jour/article/view/485