Universitas Airlangga Official Website

Serai Indonesia sebagai Bahan Antimikroba

Tanaman serai (Cymbopogon citratus) (Foto: Pixabay)

Infeksi adalah masalah kesehatan global yang serius. Di Indonesia, 28,1% penyebab utama kematian adalah infeksi. Infeksi disebabkan oleh berbagai mikroorganisme, seperti bakteri, virus, jamur, dan protozoa. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengeluarkan daftarnya patogen prioritas untuk meningkatkan upaya penelitian di mencari antibiotik baru yang mengatasi resistensi obat. Hal ini memerlukan identifikasi sumber-sumber baru obat antimikroba, seperti bahan alami yang berasal dari tumbuhan produk. Sekitar 80% populasi dunia menggunakannya senyawa alami yang berasal dari tanaman obat. Namun, banyak tanaman berpotensi obat di Indonesia yang belum diteliti. Dari 9.600 spesies tumbuhan dengan khasiat obat, hanya 700–1000 yang digunakan tujuan pengobatan. Salah satu spesies tersebut adalah serai (Cymbopogon spp.) yang banyak dimanfaatkan di Indonesia, termasuk sebagai bumbu, minuman, dan sumber minyak atsiri.

Cymbopogon spp yang termasuk dalam famili Poaceae, terdiri dari berbagai jenis, antara lain serai wangi Cymbopogon citratus (L.) Rendle) dan serai wangi (Cymbopogon nardus (DC.) Spatf), dan Cymbopogon winterianus Jowitt). Bioaktivitas Cymbopogon spp. telah dieksplorasi secara luas. Aktivitas antimikroba C. fexuoxus, C. citratus, C. nardus, dan C. schoenanthus, telah dipelajari. Apalagi pestisida aktivitas C. citratus, dan C. winterianus, sebagai serta aktivitas antioksidan C. citratus, telah diselidiki. Minyak esensial Cymbopogon spp. memainkan peran penting dalam beberapa aktivitas bio serai. Minyak esensial ini telah menunjukkan biokompatibilitas yang sangat baik dan sedikit efek samping dalam penelitian pada manusia. 

Selanjutnya mekanisme molekuler dari bioaktif senyawa Cymbopogon spp. terhadap beberapa mikroba telah dievaluasi menggunakan analisis proteomik. Wahyuni ​​et al., 2021 menguraikan bahwa profil metabolit dan bioaktivitas berbeda pada setiap organ tanaman. Demikian pula, uji aktivitas antimikroba dan antioksidan Cymbopogon spp. organ dan prediksi komputasi jalur mekanisme telah dilakukan dalam penelitian ini, seperti ada sedikit laporan tentang antimikroba dan antioksidan uji aktivitas organ/bagian tumbuhan Cymbopogon spp. dan mekanisme prediksi jalur secara komputasi. 

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan membandingkan aktivitas antioksidan dan antimikroba akar, batang, dan daun berasal dari tiga Cymbopogon spp., komersial Indonesia serta mekanisme penghambatannya. Temuan kami dapat memungkinkan aplikasi farmasi dari ketiganya Cymbopogon spp. di Indonesia. Pada penelitian ini diperoleh hasil: analisis GC – MS mengungkapkan 53 metabolit. Dari jumlah tersebut, 2,5-bis(1,1-dimetiletil)-fenol (27,87%), alfa-cadinol (26,76%), dan 1,2-dimetoksi-4-(1-propenil)-benzena (20,56%) merupakan senyawa yang dominan. C.winterianus dan daun C. nardus masing-masing menunjukkan aktivitas antioksidan tertinggi terhadap DPPH dan ABTS. Sebaliknya, uji MTT menunjukkan sitotoksisitas yang rendah. Ekstrak daun C. nardus menunjukkan aktivitas antimikroba tertinggi terhadap E. coli dan S. aureus, sedangkan ekstrak batang C. winterianus menunjukkan aktivitas tertinggi terhadap B. substilis. Lebih lanjut, analisis jalur komputasi memperkirakan bahwa mekanisme aktivitas antimikroba berhubungan dengan aktivitas antioksidan. Kesimpulan Temuan ini menunjukkan bahwa daun mempunyai aktivitas antioksidan yang kuat, sedangkan kedua daun tersebut dan batang menunjukkan aktivitas antimikroba yang besar. Selanjutnya semua Cymbopogon spp. ekstrak etanol menunjukkan toksisitas rendah. Temuan ini memberikan landasan untuk penelitian masa depan yang menilai keamanan klinis Cymbopogon spp. sebagai novel calon obat.

Link: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/39026301/