Universitas Airlangga Official Website

Kebaruan Penggunaan Streptozotocin (STZ) sebagai Penginduksi Diabetes melitus (DM) pada Hewan Percobaan

Ilustrasi diabetes (*)

Streptozotocin (STZ) merupakan salah satu bahan kimia yang bersifat diabetogenik, akan tetapi kurang optimalnya data praklinis pada model hewan menjadi salah satu penyebab terbatasnya tingkat keberhasilan obat selama fase penelitian klinis. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan ulasan panduan praktis penggunaan STZ sebagai induktor diabetes. Penelitian ini dilakukan secara in vivo menggunakan tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar, yang di induksi STZ dengan dosis 30mg/KgBB dan 50mg/KgBB sekali injeksi, dan lama pengamatan dilakukan pada minggu ke-4 dan ke-8, kemudian dilakukan pengukuran kadar gula darah (GDA), dan luas fibrosis sel otot jantung. Kemudian dilakukan validasi afinitas STZ secara in silico dengan reseptor inflamasi yang menjadikan kondisi diabetes seperti TNFa dan BCL2.

Mendapatkan data yang valid dari model hewan diabetes yang berbasis STZ memerlukan persiapan dan penggunaan STZ yang benar. Meskipun STZ telah digunakan secara luas dalam penelitian diabetes dengan sejarah yang panjang, beberapa aspek krusial terkait penggunaannya, seperti persiapan yang tepat, dosis yang sesuai, dan komposisi anomerik, seringkali tidak diperhatikan. Kendala-kendala ini menghambat perbandingan yang akurat antara hasil penelitian yang berbeda dan dapat menyebabkan hilangnya relevansi translasional data dari hewan ke manusia. panduan praktis untuk menggunakan penelitian STZ sebagai induktor diabetes, yang dapat membantu peneliti meningkatkan kualitas penelitian.

Material and Methods Material

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah streptozotocin (STZ) yang diperoleh dari ®santacruz. Sedangkan alat yang digunakan seperti pipet 10, 200ul, pipet tip, stir bar, tabung mikrosentrifugasi poliprolena, spuit 1 ml, spuit 3ml, mikroskop, gelas penutup, obyek gelas obyek. bedah minor.

Hewan coba

Tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar digunakan sebagai hewan coba dalam penelitian ini dengan kriteria jenis kelamin jantan dewasa dengan berat badan 160-180 gram dan berumur 16-18 minggu, pemilihan jenis kelamin jantan dikarenakan menghindari pengaruh hormonal, sedangkan umur 16-18 minggu adalah usia dewasa pada tikus

Perlakuan Hewan Coba

Hewan coba tikus putih strain Wistar yang telah diaklimatisasi selama 2 minggu, kemudian diukur berat badan dan gula darah acak. Selanjutnya, tikus diinjeksi STZ dengan dosis 30mg/KgBB dan 50mg/KgBB sekali injeksi diberikan secara intraperitonel, Tikus diberikan larutan sukrosa 10% sepanjang malam pertama setelah induksi untuk menghindari sudden hypoglycemic post injection. Dua hari setelah induksi, tikus diperiksa kadar glukosa darah. Tikus dinyatakan menderita DM tipe 2 jika kadar glukosa darah ≥200 mg/dL dan disebut sebagai tikus model DM tipe 2 dan luas fibrosis sel otot jantung.

Pengambilan data luas fibrosis pada otot jantung diperoleh dari tikus yang telah dilakukan sacrifice, jantung hewan di ambil, dicuci dengan PZ lalu diukur luas fibrosis sel otot jantung dengan cara dilakukan pembuatan preparat histopatologi dengan pewarnaan Malory Azan, di lihat dibawah mikroskop dengan pembesaran 400x.

Hewan coba dalam penelitian ini dibagi dalam 5 kelompok. Kelompok 1 (P1) merupakan kelompok kontrol/normal yang merupakan kelompok tanpa perlakuan apapun, kelompok 2 (P2) merupakan kelompok yang diberi STZ 50 mg selama 4 minggu, kelompok 3 (P3) merupakan kelompok yang diberi STZ 50 mg selama 8 minggu, kelompok 4 (P4) merupakan kelompok yang diberi STZ 30 mg selama 4 minggu, kelompok 5 (P5) merupakan kelompok yang diberi STZ 30 mg selama 8 minggu.

Hasil dan Kesimpulan

Pemeriksaan streptozotocin (STZ) sebagai model diabetes terhadap tikus dalam penelitian ini dilakukan dengan pengukuran kadar gula darah acak, dan luas fibrosis pada otot jantung. Pengamatan kadar gula darah acak dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan untuk membandingkan kondisi sebelum dan setelah di injeksi dengan STZ, sedangkan pengamatan luas fibrosis otot jantung dilakukan setelah pemberian STZ.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa adanya perubahan kadar gula darah acak (GDA) antar kelompok sebelum dan setelah diberikan STZ, begitu juga pengukuran luas fibrosis pada otot jantung yang diambil setelah pemberian STZ menunjukkan adanya perbedaan dengan kelompok kontrol (P1).

Streptozotocin (STZ) merupakan inductor untuk model diabetes pada studi eksperimental, dosis yang memberikan efek diabetes pada tikus dapat dilakukan dengan memberikan STZ 50 mg selama 8 minggu. Dari hasil penelitian ini, diperoleh bahwa dosis tersebut dapat meningkatkan kadar gula darah acak (GDA), dan luas fibrosis dibandingkan kelompok kontrol. Secara in silico STZ ini memberikan pengikatan terhadap mediator inflamasi penyebab diabetes.

Penulis: Dr. Arifa Mustika, dr., M.Si.

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di: https://www.openveterinaryjournal.com/fulltext/100-1715829229.pdf?1732240713