Peradangan merupakan respons fisiologis tubuh terhadap cedera atau infeksi, yang ditandai dengan gejala seperti bengkak, nyeri, dan kemerahan. Kondisi peradangan di rongga mulut, seperti gingivitis, periodontitis, stomatitis, dan abses gigi, seringkali memerlukan terapi anti-inflamasi. Salah satu terapi yang umum digunakan adalah obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID). Namun, sekitar 78,8% pengguna NSAID mengalami efek samping berupa gastritis. Oleh karena itu, diperlukan alternatif terapi yang lebih aman, salah satunya dengan pengembangan sediaan herbal berbasis orabase.
Salah satu bahan alami yang berpotensi sebagai anti-inflamasi adalah ekstrak kulit petai (Parkia speciosa). Kulit petai merupakan limbah yang sering diabaikan, padahal mengandung flavonoid dalam konsentrasi tinggi, seperti asam galat, katekin, dan asam ellagic, yang memiliki kemampuan anti-inflamasi. Hingga saat ini, penggunaan ekstrak kulit petai kosong sebagai anti-inflamasi topikal belum banyak diteliti. Oleh karena itu, sebuah studi in silico dilakukan untuk menganalisis potensi senyawa flavonoid dari kulit petai dalam menghambat enzim COX-2, enzim yang berperan dalam proses peradangan.
Penelitian yang dilakukan oleh Departemen Ilmu Penyakit Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Airlangga pada 2024 menggunakan metode pemodelan komputer (in silico) untuk menguji efektivitas flavonoid dalam menghambat COX-2. Hasil analisis menunjukkan bahwa flavonoid dari ekstrak kulit petai memiliki potensi anti-inflamasi yang baik. Parameter PASS (Prediction of Activity Spectra for Substances) menunjukkan bahwa asam ellagic memiliki probabilitas tertinggi untuk aktif sebagai anti-inflamasi dengan nilai Pa sebesar 0,749, lebih tinggi dibandingkan dengan celecoxib, obat anti-inflamasi komersial.
Selain itu, hasil uji farmakokinetik menunjukkan bahwa flavonoid dalam ekstrak kulit petai memenuhi aturan Lipinski, yang berarti senyawa ini memiliki sifat yang mendukung penyerapannya dalam tubuh. Senyawa ini juga tidak menunjukkan efek toksik dan aman digunakan secara topikal. Dari hasil uji docking molekuler, diketahui bahwa flavonoid dari kulit petai dapat berikatan dengan enzim COX-2 pada situs aktifnya, dengan nilai afinitas yang lebih rendah dibandingkan dengan arachidonic acid, yang merupakan substrat alami COX-2.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ekstrak kulit petai berpotensi dikembangkan sebagai bahan aktif dalam sediaan orabase untuk terapi anti-inflamasi di rongga mulut. Penggunaan orabase sebagai media penghantaran obat memiliki beberapa keunggulan, seperti penyerapan lokal yang lebih cepat, menghindari metabolisme lintas pertama di hati, dan efek samping yang lebih minimal dibandingkan dengan NSAID oral.
Temuan ini membuka peluang bagi pengembangan produk farmasi berbasis bahan alami yang lebih aman dan ramah lingkungan. Namun, penelitian lanjutan, termasuk uji in vitro dan in vivo, masih diperlukan untuk mengonfirmasi efektivitas dan keamanan ekstrak kulit petai kosong sebelum diaplikasikan secara klinis.
Penulis: Fatma Yasmin Mahdani, Hendrik Setia Budi, Yuliati Yuliati, Sisca Meida Wati, Mohammad Iqbal, Sandira Farnan Indarta, Sherina Fatwa Imanu.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai penelitian ini, dapat merujuk pada artikel asli yang dipublikasikan dalam Malaysian Journal of Medicine and Health Sciences, 2024, dengan judul “Potential of Parkia Speciosa Empty Pod Extract as A Topical Anti-inflammatory Orabase: In Silico Study.”
