UNAIR NEWS – Kabar membanggakan kembali datang dari sivitas akademika Universitas Airlangga (UNAIR). Kali ini, Martia Rani Tacharina, dosen Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UNAIR sekaligus mahasiswa doktoral di The University of Queensland, Australia, terpilih menjadi pembicara pada forum prestisius World Society for Virology (WSV) Conference 2025.
Forum itu diikuti lebih dari 200 peserta dari 37 negara di seluruh dunia pada Selasa (6/5/2025). Selain itu, forum ini merupakan ajang ilmiah bergengsi yang mempertemukan pakar virologi lintas negara, dengan fokus pada pengembangan ilmu virus serta implikasinya terhadap kesehatan global.
Bawa Riset Retrovirus Kelelawar ke Forum Dunia
Dalam presentasinya, Martia membawakan riset berjudul Tissue Tropism Study of Flying Fox Gammaretrovirus Infection in the Endangered Spectacled Flying Fox (P. conspicillatus), yang mengkaji keterkaitan antara virus retro dalam tubuh kelelawar pemakan buah dengan kondisi imunosupresi yang berpotensi mendukung infeksi virus lain.
“Konferensi ini menjadi kesempatan emas untuk menyuarakan kontribusi peneliti Indonesia di panggung global. Khususnya dalam bidang virologi yang bersinggungan erat dengan pendekatan One Health dan konservasi satwa,” ungkap Martia saat diwawancarai UNAIR NEWS.
Tak hanya menjadi ajang berbagi pengetahuan, kehadirannya juga membuka ruang kolaborasi riset antarnegara, termasuk dengan sejumlah laboratorium virologi ternama dunia.
Hasil Seleksi Ketat dan Apresiasi Global
Martia menjelaskan bahwa proses seleksi WSV Conference cukup ketat. Abstrak penelitian harus melalui penilaian ilmiah internasional yang mempertimbangkan orisinalitas, kontribusi terhadap ilmu virologi, dan relevansi tema.
“Alhamdulillah, karya saya dinilai layak masuk sesi regular talk. Saya sangat bersyukur dan merasa terhormat karena ini bukan hanya pencapaian pribadi, tapi juga bentuk representasi kualitas riset dari Indonesia,” tuturnya.
Presentasinya pun disambut positif oleh audiens. Sejumlah peserta, termasuk profesor dari institusi virologi terkemuka, menyatakan minat untuk berdiskusi dan menjajaki potensi kerja sama penelitian lebih lanjut.
Perkuat Perspektif One Health untuk Cegah Zoonosis
Dalam paparannya, Martia mengungkap bahwa virus Flying Fox Gammaretrovirus (FFRV) menunjukkan tropisme jaringan terhadap organ limfoid seperti limpa dan kelenjar getah bening. Temuan ini menegaskan potensi FFRV dalam menekan sistem imun kelelawar dan memungkinkan terjadinya infeksi oportunistik.
“Meski FFRV tidak menular ke manusia, pemahaman tentang virus ini sangat penting dalam konteks zoonosis. Kelelawar dikenal sebagai reservoir alami virus-virus seperti Nipah, Hendra, dan coronavirus. Dengan riset ini, kita bisa lebih siap menghadapi potensi spillover di masa depan,” jelasnya.
Martia menekankan bahwa pendekatan One Health, yang mengintegrasikan kesehatan manusia, satwa, dan lingkungan, adalah kunci dalam mencegah wabah-wabah baru.
Inspirasi bagi Peneliti Muda Indonesia
Melalui keterlibatannya di forum ilmiah tingkat dunia, Martia berharap bisa menjadi inspirasi bagi para peneliti muda di Indonesia. “Menjadi pembicara di konferensi internasional bukan mimpi yang mustahil. Yang penting adalah konsistensi riset, keberanian untuk keluar dari zona nyaman, dan semangat membawa nama bangsa ke panggung global,” tutupnya penuh semangat. (*)
Penulis: Nafiesa Zahra
Editor: Khefti Al Mawalia