Tuberkulosis (TB) tetap menjadi tantangan kesehatan masyarakat global, dan Indonesia menempati posisi kedua dengan jumlah kasus tertinggi di dunia setelah India. Di antara berbagai bentuk TB, tuberkulosis ekstraparu (TBEP) — yang menyerang organ di luar paru-paru seperti kelenjar getah bening, tulang, dan sistem saraf pusat — sering kali terabaikan karena sifatnya yang tidak menular langsung. Namun, keberadaan TBEP dapat menjadi indikator adanya sumber infeksi TB paru aktif yang belum terdeteksi di komunitas. Di Kota Jambi, peningkatan kasus EPTB mendorong para peneliti untuk melakukan analisis geospasial guna mengidentifikasi area dengan klaster risiko tinggi.
Sebuah studi di Kota Jambi yang dilakukan Fairuz et. al (2025) menggunakan analisis geospasial untuk mengidentifikasi pola penyebaran TBEP dan hubungannya dengan faktor-faktor lingkungan dan demografi. Penelitian ini memanfaatkan data sekunder dari Sistem Informasi Tuberkulosis Terpadu (SITB) dan menganalisis 62 kelurahan di Kota Jambi selama periode 2015–2021.
Penelitian yang dilakukan dengan bantuan perangkat lunak pemetaan seperti ArcGIS dan SaTScan, telah mengidentifikasi adanya autokorelasi spasial positif, menunjukkan bahwa kasus TBEP cenderung berkelompok di wilayah tertentu. Analisis LISA (Local Indicator of Spatial Association) mengungkapkan bahwa klaster risiko tinggi (hotspot) TBEP secara konsisten ditemukan di Kecamatan Alam Barajo dan Paal Merah selama periode studi. Sebaliknya, wilayah seperti Kecamatan Pelayangan dan Danau Teluk menunjukkan klaster risiko rendah (coldspot).
Lebih lanjut, analisis bivariat LISA menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki memiliki autokorelasi spasial positif dengan kasus TBEP di seluruh tahun pengamatan. Selain itu, keluarga pra-sejahtera juga menunjukkan hubungan positif dengan kasus TBEP pada tahun 2019–2021. Namun, tidak ditemukan autokorelasi spasial antara kepadatan penduduk dengan kasus TBEP pada periode 2017–2021.
Penelitian ini merupakan studi retrospektif yang mengumpulkan data pasien EPTB dari tiga rumah sakit rujukan di Kota Jambi antara Januari 2021 hingga Desember 2023. Diagnosis EPTB dikonfirmasi melalui pemeriksaan histopatologi oleh ahli patologi. Pasien yang berasal dari luar Kota Jambi atau memiliki alamat tidak lengkap dikeluarkan dari studi. Total 47 pasien memenuhi kriteria inklusi.
Koordinat rumah pasien diperoleh menggunakan Sistem Penentuan Posisi Global (GPS). Analisis klaster spasial dilakukan menggunakan perangkat lunak SaTScan versi 10.1.1 dengan model probabilitas Poisson dan pendekatan Monte Carlo sebanyak 9.999 iterasi untuk menentukan signifikansi statistik. Visualisasi hasil analisis dilakukan menggunakan Quantum GIS versi 3.33.2.
Analisis mengidentifikasi satu klaster utama EPTB yang signifikan secara statistik (P = 0,0027) dengan pusat koordinat di -1.574718 S, 103.609117 E dan radius 4,4 km. Klaster ini memiliki risiko relatif (RR) sebesar 4,06, yang berarti individu yang tinggal dalam radius tersebut memiliki kemungkinan 4,06 kali lebih tinggi untuk terkena EPTB dibandingkan dengan mereka yang berada di luar area tersebut. Area ini juga diketahui memiliki kepadatan penduduk yang tinggi.
Temuan ini memiliki implikasi penting bagi strategi pencegahan dan pengendalian TB di Kota Jambi. Identifikasi klaster risiko tinggi memungkinkan pihak berwenang untuk memfokuskan upaya intervensi, seperti skrining aktif dan edukasi kesehatan, di wilayah-wilayah yang paling terdampak. Selain itu, pemahaman tentang faktor-faktor demografi yang berhubungan dengan penyebaran TBEP dapat membantu dalam perencanaan program kesehatan yang lebih efektif dan efisien.
Studi ini juga menyoroti pentingnya pendekatan geospasial dalam epidemiologi penyakit menular. Dengan memanfaatkan teknologi pemetaan dan analisis spasial, peneliti dan pembuat kebijakan dapat lebih memahami dinamika penyebaran penyakit dan merancang intervensi yang tepat sasaran.
Kesimpulan
Analisis geospasial telah terbukti sebagai alat yang efektif dalam mengidentifikasi klaster risiko tinggi TBEP di Kota Jambi. Dengan memahami pola penyebaran dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, strategi pencegahan dan pengendalian TB dapat ditingkatkan untuk mengurangi beban penyakit ini di masyarakat. Pendekatan serupa dapat diterapkan di wilayah lain untuk mengatasi tantangan kesehatan masyarakat yang serupa.
Informasi detail mengenai artikel dapat diakses melalui link jurnal: https://journals.lww.com/ijph/fulltext/2025/01000/geospatial_analysis_to_identify_the_area_with.28.aspx
Fairuz, Fairuz; Syukri, Muhammad; Devi, Yuli Puspita; Halim, Samsirun. Geospatial Analysis to Identify the Area with High-risk Clusters of Extrapulmonary Tuberculosis in Jambi Municipality, Indonesia. Indian Journal of Public Health 69(1):p 136-138, Jan–Mar 2025. | DOI: 10.4103/ijph.ijph_1528_23
Penulis: Yuli Puspita Devi, S.KM., M.K.M