Universitas Airlangga Official Website

Manajemen Kejang Neonatal dengan Lidokain

Ilustrasi oleh Halodoc

Kejang pada bayi baru lahir (neonatal) merupakan kondisi yang cukup sering terjadi, terutama pada bayi prematur dan bayi dengan berat badan lahir rendah. Kejang klinis pada neonatus ditemukan pada sekitar 1 hingga 3 dari setiap 1.000 kelahiran hidup. Kejang ini berhubungan dengan meningkatnya angka kematian serta risiko berkembangnya cerebral palsy (kelumpuhan otak). Kejang pada periode neonatus dapat berdampak besar terhadap perkembangan otak, yang berpotensi menyebabkan kesulitan belajar, masalah perilaku, dan meningkatkan risiko terjadinya epilepsi. Penanganan yang cepat dan berdasarkan protokol terbukti dapat mengurangi frekuensi kejang. Namun, bukti dari randomized control trial (RCT) terkait pemilihan obat antikejang (antiseizure medications/ASMs) masih terbatas, sehingga sulit untuk memberikan rekomendasi yang pasti.

Lidokain sering digunakan sebagai obat antiepilepsi lini ketiga di Eropa. Meski demikian, penggunaannya secara global oleh para ahli neurologis dan ahli neonatologis masih rendah, hanya sekitar 1–6%. Meskipun jarang digunakan, lidokain terbukti cukup efektif sebagai terapi lini kedua maupun ketiga untuk kejang pada neonatus, dengan tingkat respons antara 60% hingga 92%. Namun, jumlah sampel dalam penelitian masih terbatas dan protokol pengobatan yang digunakan juga bervariasi.

Lidokain, yang umumnya dikenal sebagai obat anestesi lokal, telah diteliti untuk potensi penggunaannya dalam mengatasi kejang pada neonatus, khususnya sebagai alternatif terhadap obat antikonvulsan tradisional seperti fenobarbital. Beberapa studi menunjukkan bahwa lidokain bekerja sebagai pemblokir saluran natrium, yang dapat membantu menstabilkan membran neuron dan mengurangi aktivitas kejang. Mekanisme ini sangat relevan pada neonatus, di mana depolarisasi neuron yang berlebihan dan ketidakseimbangan aktivitas saluran natrium turut berperan dalam meningkatkan kerentanan terhadap kejang. Kemampuan lidokain dalam memodulasi rangsangan neuron melalui blokade saluran natrium memberikan keuntungan terapeutik, dengan potensi untuk menurunkan frekuensi dan tingkat keparahan kejang pada bayi baru lahir.

Meski lidokain menunjukkan manfaat dalam menangani kejang pada neonatus, penggunaannya tetap menimbulkan beberapa kekhawatiran. Efek samping seperti toksisitas pada sistem kardiovaskular dan sistem saraf pusat mengharuskan monitoring ketat, karena dosis tinggi atau penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan reaksi, seperti bradikardia (detak jantung melambat), hipotensi (tekanan darah rendah), dan kejang tambahan, yang justru dapat memperumit penanganan kejang.

Selain itu, dampak jangka panjang lidokain terhadap perkembangan otak dan kemampuan kognitif masih belum sepenuhnya dipahami. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengevaluasi potensi efek perkembangan jangka panjang seiring dengan manfaat klinis jangka pendeknya. Penyesuaian dosis dan monitoring yang cermat menjadi langkah penting untuk meminimalkan risiko yang berkaitan dengan terapi lidokain.

Perbedaan dalam pemberian dosis, durasi pengobatan, dan karakteristik dasar bayi baru lahir dapat berkontribusi terhadap variasi hasil pengobatan.

Penulis: Prastiya Indra Gunawan

Informasi detail bisa dilihat pada tulisan kami di:

https://mattioli1885journals.com/index.php/actabiomedica/article/view/16765/12298

Iqlima Luthfita Sari, Prastiya Indra Gunawan, Risa Etika, Martono Tri Utomo, Riza Noviandi, Sunny Mariana Samosir. Neonatal Seizure Management with Lidocaine: Systematic Review and Meta-Analysis on Efficacy and Safety. Acta Biomedica 2025;96(1):16765.