Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang penting, karena dapat menyebabkan meningkatnya resiko angka kesakitan dan angka kematian akibat penyakit jantung vaskuler. Hipertensi berdampak pada negara berkembang, karena 2/3 dari penderita hipertensi ada di negara berkembang.
Dari semua kematian; 12,8% atau sekitar 7,5 juta terjadi karena hipertensi. Hipertensi adalah penyebab utama penyakit jantung vaskuler, gagal jantung, stroke, gagal ginjal, bahkan hipertensi juga merupakan faktor risiko kematian ibu dan janin terkait kehamilan. Angka kejadian hipertensi semakin meningkat, dan pada tahun 2025 diperkirakan akan ada lebih dari 1,5 miliar penderita hipertensi.
Hipertensi dapat menyebabkan masalah ekonomi pada individu, keluarga, dan akhirnya menjadi beban sistem kesehatan dan pembiayaan kesehatan bagi suatu negara. Hipertensi lebih banyak terjadi di negara berkembang, karena kepadatan penduduknya tinggi. Selain itu di negara berkembang, sistem kesehatannya masih lemah, sehinga banyak kasus hipertensi yang tidak terdiagnosa dan tidak tertangani. Berdasarkan studi longitudinal 7 tahun di Isfahan, menunjukkan hasil penelitian bahwa kejadian penyakit jantung vaskuler lebih banyak terjadi pada penduduk perkotaan daripada pedesaan, dan hipertensi merupakan risiko terjadinya penyakit jantung vaskuler. Namun di Zambia, menunjukkan hasil penelitian angka kejadian hipertensi di pedesaan dua kali lipat (46,9%) dari perkotaan.
Upaya pengendalian hipertensi sampai saat ini masih perlu dikembangkan, walaupun telah dilakukan upaya terapi dan perubahan gaya hidup yang optimal. Perubahan gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah berpotensi mengurangi kebutuhan obat hipertensi. Komplikasi dari hipertensi juga dapat dicegah dengan perubahan gaya hidup. Modifikasi gaya hidup, penting untuk mengendalikan faktor risiko penyakit jantung vaskuler lainnya, sehingga pendekatan holistik untuk mengendalikan hipertensi sangatlah penting.
Di Indonesia; 25,4% penduduk dewasa berusia lebih dari 18 tahun menderita hipertensi pada tahun 2013 dan meningkat menjadi 34,1% pada tahun 2018. Faktor risiko hipertensi meliputi obesitas, pola makan, konsumsi alkohol, penggunaan kafein, penggunaan garam, merokok, aktivitas fisik dan diabetes mellitus. Namun, masih sedikit penelitian yang melaporkan angka kejadian dan faktor risiko hipertensi pada penduduk pedesaan. Pengukuran yang tepat mengenai angka kejadian dan faktor risiko hipertensi di pedesaan diperlukan untuk mengembangkan strategi pencegahan dan manajeman pengendalian hipertensi yang efektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kejadian dan faktor risiko hipertensi di pedesaan, Jombang, Jawa Timur, Indonesia.
Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2013 di desa Tanggalrejo, kecamatan Mojoagung, kabupaten Jombang. Desa tanggalrejo memiliki 4.221 penduduk dan 34 Rukun Tetangga (RT). Cluster yang digunakan untuk pengambilan sampel berdasarkan RT.
Studi Cross Sectional berbasis masyarakat dilakukan pada penduduk berusia 20 tahun ke atas yangtinggal di desa Tanggalrejo. Populasi hipertensi diperkirakan 50%, dengan interval kepercayaan 95%, dan presisi 10% digunakan untuk mengukur besar sample minimal. Besar sample minimal adalah 96. Alat yang digunakan adalah sphygmomanometer air raksa, pita pengukur dan kuesioner.
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terstruktur tentang sosio demografi dan parameter faktor risiko hipertensi menggunakan kuesioner. Metode General Practice Physical Activity Questionnaire (GPPAQ) digunakan untuk mengukur faktor risiko aktivitas fisik. Selain wawancara pengumpulan data juga dilakukan dengan pengukuran tekanan darah dan pengukuran lingkar perut.
Hasil penelitian, diperoleh 121 subjek penelitian dengan 47,9% laki-laki dan 52,1% perempuan. Rentang usia adalah 20 sampai dengan 88 tahun. Umur median 40±14,8 tahun. Sekitar 26,5% memiliki keluarga dengan riwayat hipertensi. Sebagian besar pekerjaan subjek adalah wiraswasta (33,8%) dan ibu rumah tangga (33,1%). Sebanyak 52,7% subjek aktif secara fisik, selain itu 52,4% dari subjek perempuan, menggunakan kontrasepsi hormonal.
Angka kejadian hipertensi 38,8% dari subject penelitian dan 83% diantaranya tidak berobat. Faktor risiko angka kejadian hipertensi pada penelitian ini adalah umur lebih dari 40 tahun (OR=4,1 ; 95%CI=1,8-8,9), sentral obesitas (OR=2,7 ; 95%CI=1,2-6,01) dan merokok (OR=3,2 ; 95%CI=1,4-7,1).
Dari penelitian kami, angka kejadian hipertensi tinggi di pedesaan, kebanyakan dari mereka tidak mengetahui kalau menderita hipertensi, sehingga tidak diobati. Usia, merokok dan sentral obesitas merupakan faktor risiko secara bermakna berhubungan dengan angka kejadian hipertensi, dimana merokok dan sentral obesitas merupakan dua faktor risiko yang dapat dimodifikasi sebagai strategi pencegahan terhadap hipertensi. Fenomena tersebut perlu diperhatikan oleh petugas kesehatan untuk mengendalikan angka kejadian hipertensi dapat melakukan upaya perubahan perilaku, supaya masyarakat tidak merokok dan tidak terjadi sentral obesitas. Selain itu, perlu dilakukan studi lanjutan untuk membandingkan data di pedesaan yang lain atau di perkotaan yang lainnya di Indonesia.
Penulis: Subur Prajitno, dr., MS.
Informasi detail dari penelitian ini dapat dilihat di: https://www.google.com/url?sa=D&q=https://iopscience.iop.org/journal/1755-1315&ust=1608083460000000&usg=AOvVaw2mPGdzm2sONjP7Vgdb_BhR&hl=id&source=gmail
(Neglected Cases of Hypertension in Rural Indonesia: A Cross-Sectional Study of Prevalence and Risk Factors on Adult Population)