Sindroma nefrotik adalah kumpulan gejala klinis yang terdiri dari edema perifer, proteinuria masif, hipoalbumin, dan seringkali disertai dengan hiperlipidemia. Gejala ini dapat terjadi pada ibu hamil, dipicu oleh adalanya preeklampsia, diabetes melitus tipe dua, atupun systemic lupus erythematosus (SLE). Jika tidak ditangani dengan tepat, sindroma nefrotik pada kehamilan dapat meningkatkan resiko mortalitas baik pada ibu dan juga janin yang tengah dikandungnya.
Pada artikel ini kami akan melaporkan pasien seorang wanita berusia 23 tahun yang datang dalam kondisi bengkak di kedua kaki dan tangan. Pasien saat itu juga tengah hamil dengan perkiraan umur kehamilan 18/19 minggu. Dari riwayat didapatkan pasien pernah mengalami keluhan serupa dua tahun yang lalu, namun pasien menghentikan sendiri pengobatan metilprednisolon yang diberikan karena kondisi yang telah membaik.
Pasien dengan kesadaran compos mentis meskipun lemah, dengan laju pernapasan 24x/menit. Dari pemeriksaan ekstrimitas didapatkan pitting edema pada kedua tangan dan kaki. Kondisi kehamilan tercatat dengan tinggi fundus uteri 13cm, nadi fetus 148x/menit, tanpa ada tanda-tanda kontraksi. Pada saat datang, pasien kami dapatkan dengan nilai Hb 7,5gr/dL, kreatinin 2,79mg/dL, albumin serum 1,85g/dL, kolestrol total 222mg/dL, HDL 18mg/dL, trigliserida 447mg/dL, LDL 118mg/dL, dan Esbach 6,75g/24 jam.
Tanda klinis didukung oleh hasil laboratorium menunjukkan kecocokan dengan diagnosa sindroma nefrotik. Tatalaksana selanjutnya adalah menentukan penyebab dari sindroma nefrotik pada pasien ini. Dengan adanya riwayat penggunaan steroid serta kondis pasien yang merupakan wanita muda, pemeriksaan panel imunologi menujukkan ANA test 129,3; C3 63,1; dan C4 32,9. Demikian, pasien kami diagnosa dengan lupus nefritis. Pemeriksaan lanjutan merupakan biopsi ginjal yang menunjukkan adanya deposit kompleks imun pada dinding vaskular dan mesangial yang positif pada imunofluoresensi IgG, IgM, IgA, C3, dan C1q.
Pemilihan terapi awal pada pasien ini meliputi transfusi albumin, pemberian loop diuretic, serta pemantauan lebih lanjut terhadap kondisi kehamilannya. Penurunan kondisi klinis berujung pada keputusann untuk terminasi kehamilan yang kemudian dilanjutkan dengan pemberikan metiprednisolon pulse dose selama tiga hari berturut-turut disertai dengan penanganan displidemia dan terapi antiproteinuri seperti golongan angiotensin receptor blocker (ARB). Pilihan immunosuppresant untuk pasien dengan lupus nefritis setelah dilakukan penurunan bertahap dosis steroid adalah siklofosfamid, tacrolimus, mycophenolate mofetil, mycophenolate sodium, ataupun azathioprine
Penulis : Andi Ratna Kartika Maharani, Nunuk Mardiana
A pregnancy with nephrotic syndrome: A rare case
Artikel dapat diunduh di :
International Journal of Surgery Case Reports, Volume 99, October 2022, 107707