Universitas Airlangga Official Website

Ahli Bedah Plastik FK UNAIR Bahas Hilirisasi Produk dengan Industri

UNAIR NEWS Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga (UNAIR) menggelar seminar nasional secara luring. Kegiatan tersebut menghadirkan pemateri dari akademisi dan praktisi kompeten pada bidangnya. Seminar itu mengulas topik Desain Riset Berbasis Triplehelix bertempat di Ruang Sidang Lantai 2, Lembaga Penyakit Tropis (LPT), Kampus MEER-C pada Rabu (27/09/2023). Prof Dr David Sontani Perdanakusumah dr Sp BP-RE (K), Ahli Bedah Plastik, Teaching Hospital, Fakultas Kedokteran (FK) UNAIR menjadi salah satu pemateri dalam seminar tersebut. Ia membawakan topik Strategi Hilirisasi Produk Riset yang Berkolaborasi dengan Industri Farma.

Hilirisasi Produk Krim Keloid

Produk riset Prof David berawal dari disertasi yang mengantarkannya menciptakan produk yang sekarang sudah banyak masyarakat gunakan. Produk tersebut merupakan krim pemutih keloid menggunakan bahan hydroquinone. Menurutnya, melanin pewarna pada kulit memiliki sifat kimia asam. Sehingga, orang yang tidak berkulit putih atau banyaknya melanin membuat suasana kulit bersifat asam.

“Hasilnya, keloid jadi mengecil dan lebih cerah. Sedangkan untuk keloid yang bentuknya besar, pemberian krim perlu ada kombinasi dengan tindakan bedah,” ujar Prof David yang juga merupakan KSM Departemen Bedah Plastik RSUD Dr. Soetomo, Surabaya tersebut.

Kolaborasi dengan Perusahaan Farma

Prof David menekankan kolaborasi perusahaan dan universitas dalam mengembangkan inovasi produk. Bekerja sama dengan industri farma, saat ini krim tersebut sudah didistribusikan ke masyarakat. Hal ini merupakan bukti hilirisasi inovasi menjadi sebuah produk.

Bagi Prof David, sebuah riset berpotensi berlanjut untuk pengembangan produk. Bantuan dari universitas sangat berarti untuk mengembangkan produk hasil riset tersebut dapat terealisasi. Saat ini, kolaborasi universitas dan perusahaan tergolong masih jarang dalam konteks pengembangan produk.

“Penting untuk menjalin kerja sama dengan industri farmasi yang dapat memproduksi secara massal sebuah produk. Hal tersebut memudahkan dalam proses produksi dan pemasaran,” ungkapnya.

Klaim Hak Paten Produk

Krim pemutih keloid dalam suasana basa tersebut akhirnya berhasil dipatenkan pada 17 Oktober 2012. Prof David mengungkapkan, butuh waktu delapan tahun untuk mengurus paten inovasinya. Tentunya, klaim paten akan membantu produk dalam akuisisi kepemilikan secara jelas. Saat ini, krim tersebut telah dihilirisasi oleh salah satu industri farmasi di Indonesia. Sehingga produk tersebut siap bersaing di pasaran.

“Sembari proses berjalan juga harus diurus Haki Paten. Paten tersebut untuk melindungi aset produk agar akuisisi kekayaan produk terjaga,” pungkasnya. (*)

Penulis: Satriyani Dewi Astuti

Editor: Binti Q. Masruroh