Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Indonesia merupakan negara dengan kejadian malaria tertinggi di Asia Tenggara, terutama di provinsi Papua, Papua Barat, dan Nusa Tenggara Timur (NTT) yang merupakan daerah endemis. Adanya resistensi parasit terhadap beberapa obat antimalaria antara lain klorokuin, artemisinin, dan kombinasi artesunat dengan meflokuin menyulitkan pengobatan malaria yang mengakibatkan kematian dan kasus malaria. Infeksi malaria menyebabkan peningkatan produksi Reactive Oxygen Species (ROS) yang disebabkan oleh aktivasi neutrofil dan degradasi hemoglobin oleh parasit. Peningkatan ROS meningkatkan permeabilitas pembuluh darah karena kerusakan endotel . Penurunan kadar antioksidan pada saat infeksi menyebabkan terjadinya stres oksidatif, oleh karena itu diperlukan antioksidan dari luar tubuh (antioksidan eksogen). Antioksidan eksogen dapat diperoleh dari bahan alam, seperti Virgin Coconut Oil (VCO). Sifat farmakologis VCO termasuk anti-inflamasi, analgesik, antipiretik, anti-oksidan, anti-stres, antimikroba, antivirus, dan sifat antiprotozoal telah dilaporkan. Oleh karena itu, penelitian mengenai efek VCO mencit yang diiinfeksi Plasmodium beghei ANKA telah dilakukan untuk mengetahui aktivitas antimalaria VCO dengan mengevaluasi parasitemia dan persentase penghambatan terhadap pertumbuhan parasit.
Setelah mencit diinfeksi dengan 1×106 eritrosit terinfeksi P.berghei ANKA, maka pada hari ke 3 setelah infeksi, mencit diberi perlakuan dengan VCO. Dosis VCO yang diberikan kepada mencit adalah 1 ml, 5 ml dan 10 ml per kg berat badan (BB). Kelompok kontrol positif diberi obat anti malaria dihydroartemisinin-piperaquine phosphate (DHP) dengan dosis 187.2 mg/kg BB, sedangkan kelompok control negative hanya diberi air steril. Perlakuan diberikan selama 4 hari, diikuti dengan pengamatan parasitemia.
Penelitian ini telah membuktikan bahwa VCO mempunyai aktivitas antimalaria terhadap infeksi P. berghei ANKA pada mencit. Parasitemia pada mencit yang diberi VCO lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif (NC), menunjukkan bahwa VCO mampu menghambat pertumbuhan parasit. Selanjutnya, penghambatan VCO pada kelompok yang diberi 5 ml VCO adalah lebih tinggi (48,70%) dari pada kelompok yang diberi 10 ml VCO (33.91%), sedangkan pada kelompok yang diberi 1 ml VCO lebih rendah, yaitu hanya 13,04%. Data tersebut menunjukkan bahwa VCO dosis 5 ml/kg BB lebih efektif menghambat pertumbuhan parasit dibandingkan dosis rendah atau tinggi. Namun, bukan berarti dosis VCO yang lebih tinggi bersifat racun, karena tidak ada mencit yang mati akibat pemberian VCO. Pengaruh VCO dalam menurunkan parasitemia adalah karena senyawa fenol sebagai anti oksidan yang memiliki aktivitas anti Plasmodium yang mampu menghambat pertumbuhan parasit. Uji terhadap efek beberapa senyawa fenolik telah dilaporkan, yaitu terhadap P. berghei pada mencit, serta terhadap Plasmdium falciparum secara in vitro.
Selama infeksi malaria, produksi ROS yang tinggi menyebabkan penurunan kadar antioksidan dalam tubuh sehingga menyebabkan stres oksidatif yang dapat menyebabkan tingginya kadar radikal bebas. Plasmodium sensitif terhadap stres oksidatif, namun parasit ini rentan terhadap radikal bebas dan antioksidan. Ketika radikal bebas di dalam tubuh berlebihan, diperlukan antioksidan tambahan. Antioksidan eksogen dapat diperoleh dari bahan alam. VCO dapat menjadi sumber antioksidan eksogen karena aktivitas antioksidan VCO yang sebagian besar disumbangkan oleh kandungan asam fenolik. Selain itu, antioksidan eksogen dapat diperoleh dari asupan makanan, seperti vitamin C, vitamin E, flavonoid, dan karoten. Antioksidan memiliki sifat redoks yang mampu menyerap dan menetralisir radikal bebas, spesies oksigen reaktif dan mengurangi peroksidasi. Antioksidan berperan dalam melawan efek radikal bebas dengan cara menghambat peroksidasi lemak yang menyebabkan dinding sel eritrosit lebih kuat dan tidak mudah pecah. Kandungan antioksidan menyebabkan penurunan ROS yang menyebabkan penurunan proses peroksidasi lipid dan penurunan malonealdehid (MDA), serta mempertahankan jumlah enzim antioksidan endogen (superoksida dismutase).
VCO juga mengandung flavonoid yang mampu menghambat reaksi oksidasi. Flavonoi juga banyak ditemukan pada banyak tanaman yang mempunyai aktivitas antimalaria. Dalam studi in vitro, flavonoid merupakan penghambat kuat peroksidasi lipid, sebagai penangkap spesies oksigen atau nitrogen reaktif, dan juga mampu menghambat aktivitas enzim lipoksigenase dan siklooksigenase. VCO juga mempunyai kandungan alkaloid yang tinggi. Efek antioksidan alkaloid lebih tinggi daripada fenol, tergantung pada sumbernya. Alkaloid dapat diisolasi dari berbagai bagian tanaman obat dan banyak diantaranya dilaporkan memiliki aktivitas antimalarial.
VCO telah dikenal sebagai suplemen makanan dengan tujuan mengurangi risiko penyakit tidak menular (PTM) tertentu. VCO juga telah terbukti memiliki efek hepatoprotektif pada tikus yang terinfeksi P. berghei ANKA. Lebih lanjut, kerusakan oksidatif oleh radikal bebas merupakan salah satu penyebab kelainan patologis pada pasien malaria. Oleh karena itu, penggunaan terapi antioksidan sebagai terapi suportif merupakan salah satu alternatif dalam mendukung proses penyembuhan pasien malaria dan dapat mengurangi berbagai risiko yang berpotensi terjadi pada pasien.
Pada proses produksi VCO, bahan baku yang digunakan serta proses penyiapan bahan baku mungkin berbeda, sehingga menghasilkan kualitas dan kuantitas kandungan yang berbeda pula. Oleh karena itu berbagai jenis VCO yang berbeda yang ditemukan di pasaran dapat memberikan efek yang berbeda pula terhadap malaria pada mencit, maupun pada penggunaannya terhadap penyakit lain. Namun, pada penelitian ini, VCO yang dibeli di toko obat biasa dapat memberikan pengaruh yang baik terhadap malaria pada mencit. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian ini dapat dilanjutkan, misalnya terhadap spesies parasit malaria yang lain atau terhadap penyakit lain.
Penulis: Heny Arwati
Informasi lebih lanjut tentang penelitian ini dapat diakses pada: https://www.ijscia.com/wp-content/uploads/2022/03/Volume3-Issue2-Mar-Apr-No.239-193-196.pdf