Keputihan kerap dikeluhkan oleh mahasiswi yang mengambil program studi keolahragaan. Dua dari tiga mahasiswi pernah mengalami keputihan, terutama saat aktivitas praktik olahraga di lapangan. Aktivitas fisik mahasiswi berolaharaga memiliki tingkat kerapatan yang tinggi. Hal ini tampak dari tingginya luaran energi mahasiswi dalam satu minggu yang melebihi batas maksimal di atas 3000 mets/ week.
Dari latar belakang masalah tersebut, dilakukan penelitian melibatkan 70 orang mahasiswi aktif bidang keolahragaan yang kuliah di Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Setiap mahasiswi yang terpilih menjadi responden, dikarakterisasi tingkat kepadatan aktivitas fisik dan perilaku hidup sehatnya terkait higenitas alat vital, seperti frekuensi ganti celana dalam, kualitas bahan celana dalam, perilaku buang air kecil, penggunaan sabun antiseptik kewanitaan, dam penggunaan panty liner.
Hasil yang diperoleh cukup mengejutkan. Mitos tentang keputihan yang terjadi karena kepadatan aktivitas fisik yang tinggi diantara mahasiswi keolahragaan tidak terbukti. Pendapat yang mengaitkan antara padatnya aktivitas fisik dan kelembapan area kewanitaan dengan pertumbuhan pathogen penyebab keputihan tidak terbukti benar. Justru, mahasiswi yang aktif berolahraga memiliki sistem pertahanan tubuh yang baik untuk mencegah pertumbuhan pathogen di area kewanitaan.
Sebaliknya, mahasiswi keolahragaan yang mengalami keputihan sebagian besar ditemukan tidak memiliki perilaku higenitas yang baik saat buang air kecil. Cara membersihkan bekas urine setelah buang air kecil belum dipahami dengan baik oleh Sebagian besar mahasiswi. Aktivitas “cebok” setelah buang air kecil dengan mengusap bekas urine ke area kewanitaan menyebabkan risiko penyebaran pathogen dari saluran kemih ke area vital kewanitaan. Hal ini dibuktikan dengan ditemukanya hubungan yang era antara kejadian keputihan dengan cara cebok yang salah diantara mahasiswi keolahragaan.
Penelitian ini membuka mata kita semua bahwa perilaku hidup sehat terkait higenitas area kewanitaan tidak dapat disepelekan. Temuan kasus keputihan di komunitas mahasiswi yang tinggi memunculkan dugaan kasus serupa dapat ditemukan jauh lebih banyak pada komunitas akademik yang memiliki strata pengetahuan lebih rendah. Hal ini memicu keprihatinan bersama tentang kualitas hidup sehat di kalangan Wanita usia subur.
Penulis: Bambang Purwanto
Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan di