Universitas Airlangga Official Website

Aktivitas Sitotoksik Ekstrak Kelopak Rosela sebagai Agen Potensial Rekayasa Jaringan Tulang

Ilustrasi rosela (foto: deherba)

Rosela yang dikenal dengan nama Hibiscus sabdariffa L. merupakan tanaman yang cukup mudah dibudidayakan sehingga menjadi pilihan tepat bagi negara berkembang. Rosela banyak digunakan sebagai bahan herbal karena mengandung vitamin, mineral pitosterol, dan polifenol.

Pada efek anti inflamasi ekstrak rosella diduga terjadi karena efek dari flavonoid sebagai salah satu bahan aktif yang dapat menghambat prostaglandin dan menghambat aktivitas enzim lipoksigenase yang merupakan jalur pertama menuju hormon eicosanoid. Polifenol juga dapat berperan dalam rekonstruksi tulang dengan mempengaruhi pembentukan dan resorpsi tulang. Polifenol bekerja pada osteoklas, osteoblas, dan sel batang mesenkim sumsum tulang, mengatur beberapa jalur sinyal penting, dan berperan dalam remodeling tulang.

Pada kenyataannya di Indonesia sendiri, belum ada laporan mengenai potensi ekstrak kelopak rosella sebagai agen rekayasa jaringan tulang. Hal inilah yang mendasari Tim peneliti FKG Unair untuk melakukan penelitian, khususnya penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki bagaimana ekstrak kelopak rosella mempengaruhi sel-sel osteoblas, yang bertanggung jawab untuk pembentukan tulang. 

Bahwa ekstrak etanol kelopak rosela mengandung alkaloid, saponin, flavonoid, fenol, dan tanin. Faktanya flavonoid adalah senyawa fenolik yang paling melimpah dalam ekstrak kelopak bunga rosella. Flavonoid terbukti memiliki dampak signifikan terhadap sel tulang, dengan kemampuan meningkatkan aktivitas osteoblas, menekan aktivitas osteoklas, dan melindungi terhadap pengeroposan tulang.

Sedangkan penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak kelopak bunga rosela menjanjikan sebagai produk alami untuk rekayasa dan regenerasi jaringan tulang karena metabolit sekundernya, yang berdampak pada proses terkait. Khususnya, ekstrak tersebut menunjukkan efek nositotoksisitas pada osteoblas, yang memainkan peran penting dalam pembentukan dan pemeliharaan tulang. 

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa fenol dapat menstimulasi autophagy pada osteoblas, yang mengarah pada penghapusan komponen seluler yang berbahaya dan aktivasi osteoblas. jalur pensinyalan osteogenik, yang pada akhirnya mendorong diferensiasi osteogenik. Sebaliknya, fenol diketahui menekan autophagy pada osteoklas, yang dapat mengganggu metabolisme sel dan menghambat aktivitas osteoklastik. Sehingga menunjukkan hasil keseluruhannya adalah peningkatan proses osteogenesis.

Studi ini merupakan penelitian pertama yang menguji toksisitas ekstrak kelopak rosela pada osteoblas, yang mewakili bidang penelitian baru. Dan diharapkan dengan adanya temuan dalam penelitian ini dapat memberikan wawasan berharga tentang potensi manfaat penggunaan ekstrak kelopak rosella. Serta diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat ditambahkan penelitian in vivo dan in vitro untuk memastikan efek ekstrak kelopak rosella pada rekayasa jaringan tulang lainnya dan sel regenerasi. 

Penulis: Prof. Dr. Ida Bagus Narmada, drg., Sp.Ort(K).

Referensi: Pakpahan EL, Narmada IB, Rahayu RP. Evaluation of Cytotoxic Activuty From Rosella (Hibiscus Sabdariffa L.) Calyx Extracts as a Potential Agent for Bone Tissue Engineering. 2024. Vol 17 (2): 554-558.

baca juga: https://unair.ac.id/viabilitas-pra-osteoblas-7f2-lebah-tak-bersengat-sulawesi-ekstraksi-nanoemulsi-propolis-1/