UNAIR NEWS – Segenap alumni Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Angkatan 1999 berhasil menjuarai Lomba Video Pengmas untuk kategori alumni dalam perayaan Dies Natalis ke-109 FK UNAIR. Mereka sukses menyelenggarakan program bakti sosial di 9 titik daerah di Indonesia meliputi Surabaya, Tuban, Madiun, Malang, Banyuwangi, Bangkalan, Jakarta, Serang, dan Mataram.
Dalam wawancara bersama pihak UNAIR NEWS pada Rabu (16/11/2022), Mirza Koeshardiandi dr Sp An FIPM FIPP selaku ketua pelaksana mengatakan, selain turut andil menyemarakkan dies natalis. Kegiatan tersebut sekaligus menjadi momen reuni bagi seluruh alumni FK UNAIR Angkatan 1999 setelah 2 tahun tidak terlaksana akibat pandemi.
Kembali Mengabdi ke Daerah Masing-masing
Mirza menjelaskan bahwa pembagian 9 titik program bakti sosial tersebut berdasarkan pada konsentrasi daerah penyebaran alumni yang paling banyak. Dalam hal ini, ia sangat mengapresiasi konsep yang telah diusung oleh pihak pengmas FK UNAIR dimana kegiatan bakti sosial tahun ini mewajibkan setiap alumni untuk kembali mengabdi ke daerahnya masing-masing.
“Konsep ini baru. Biasanya baksos itu di tempat yang jauh dan banyak kekurangannya. Kita tidak punya siapa-siapa, jadi effort-nya lebih besar,” ucap Mirza.
“Sedangkan kalau kita kembali ke daerah masing-masing, kita ada alumni yang sudah jadi kepala dinas atau kepala puskesmas. Jadi, bisa memudahkan kita semua. Ide ini sangat brilian dan kami sangat mengapresiasi dan berterima kasih,” tambahnya.
Berbagai Macam Program Bakti Sosial
Kemudian, spesialis anestesi itu menerangkan bahwa program bakti sosial yang mereka lakukan bermacam-macam dengan menyesuaikan kebutuhan daerah masing-masing.
Misalnya di Surabaya khususnya daerah Sukomulyo, mereka membangun jamban bersih yang dapat dimanfaatkan oleh banyak orang karena satu kampung di sana tidak memiliki jamban. Di Depok, mereka mengadakan program donor darah di mana setiap pendonor akan mendapatkan layanan USG secara gratis.
Lalu di Madiun, mereka mengadakan program pap smear untuk pasien yang berisiko kanker rahim karena di sana terdapat banyak pekerja seks komersial yang merangkap sebagai ibu rumah tangga sehingga perlu intervensi. Di Tuban dan Banyuwangi, mereka fokus pada program pencegahan dan intervensi stunting. Sedangkan di Mataram, mereka fokus pada kesehatan jiwa lansia.
“Itu semua disesuaikan kebutuhan SPM (Standar Pelayanan Minimal, Red) puskesmas. Banyak sekali program yang kami lakukan. Kami melakukan apa yang tidak biasa dari apa yang sering kami lakukan,” jelasnya
Sebagai penutup, Mirza berharap, kegiatan-kegiatan positif seperti ini dapat terus dilakukan, tidak terbatas pada acara dies natalis saja. Lebih dari itu, ke depannya ia juga berharap, penyelenggaraan program bakti sosial dapat menggandeng lebih banyak pihak untuk terlibat dalam permasalahan kesehatan di Indonesia. (*)
Penulis: Rafli Noer Khairam
Editor: Nuri Hermawan