Diabetes adalah penyakit yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah akibat reaksi abnormal sel-sel dalam tubuh terhadap produksi insulin. Insulin adalah hormon yang memungkinkan sel manusia menyerap glukosa dan mengubahnya menjadi energi. Jika tubuh tidak menyerap glukosa, glukosa akan terakumulasi dalam darah (hiperglikemia), yang menyebabkan berbagai komplikasi. Diabetes melitus dapat menyebabkan disfungsi berbagai organ dalam tubuh dengan gejala khas seperti poliuria, penurunan berat badan, penglihatan kabur, dan gangguan metabolisme tubuh.
Seorang pasien diabetes akan membutuhkan pemantauan konstan untuk memastikan kadar gula darah dalam kondisi normal untuk mengurangi kemungkinan komplikasi. Diet dan aktivitas fisik merupakan faktor penting dalam mengendalikan diabetes. Sampai saat ini, pengobatan diabetes melitus berlangsung seumur hidup dan menimbulkan berbagai efek samping, seperti sakit kepala, hipoglikemia, muntah, dan gejala gastrointestinal. Beberapa obat oral yang umum digunakan untuk diabetes antara lain alpha-glucosidase inhibitor, biguanides, megtinib, sulfonilurea, thiazolidinediones, dan dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4) inhibitor.
Oleh karena itu, perlu dicari alternatif obat antidiabetes yang alami, salah satu tanaman yang bermanfaat sebagai antidiabetes adalah buah naga. Pitaya atau buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) merupakan salah satu famili kaktus merambat (Cactaceae). Pitaya, disebut buah naga, adalah kaktus dengan sifat epifit dan terestrial. Tanaman buah naga ini membutuhkan tiang penyangga atau pohon lain. Bagian buah naga yang dapat dimanfaatkan sebagai obat antidiabetes adalah kulitnya. Kulit buah naga merah yang dikenal dengan nama (H. polyrhizus), mengandung bahan-bahan bermanfaat bagi tubuh manusia seperti flavonoid, polifenol, antosianin, isorhamnetin glukosida, rutin, quercetin hexoside, kaempferol glucorhamnoside, isorhamnetin, dan galloylglucoside. Sayangnya, kebanyakan orang hanya mengkonsumsi daging buahnya saja. Kulit buah naga merah merupakan limbah yang jarang dimanfaatkan. Padahal kulit buah naga merah juga mengandung zat antidiabetes yaitu flavonoid dan alkaloid yang tinggi. Salah satu cara pemanfaatan kulit buah naga adalah dengan mengekstraknya sebagai bahan pangan fungsional yang bermanfaat sebagai obat antidiabetes.
Penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak tidak memiliki efek toksik bahkan dalam dosis 2000 mg/kg berat badan. Pemberian aloksan pada kelompok kontrol diabetes secara signifikan meningkatkan kadar glukosa darah dibandingkan dengan kelompok kontrol normal pada hari ke-1, 7, dan 14 (P<0,05). Peningkatan rata-rata adalah 41,4 mg/dL. Pemberian obat glibenklamid dan ekstrak H. polyrhizus menurunkan kadar glukosa darah terutama pada hari ke-7 dan ke-14 dibandingkan dengan kelompok kontrol diabetes (P<0,05). Pada hari ke-7, kelompok perlakuan ekstrak dosis 300 mg/kg menunjukkan penurunan glukosa darah tertinggi, berbeda nyata dengan perlakuan ekstrak dosis 150 mg/kg dan obat glibenklamid. Sedangkan pada hari ke-14, kelompok perlakuan ekstrak dosis 300 mg/kg tidak berbeda nyata dengan perlakuan glibenklamid tetapi berbeda nyata dengan ekstrak dosis 150 mg/kg.
Penelitian ini menemukan bahwa ekstrak etanol kulit buah naga merah (H. polyrhizus) mengandung beberapa bahan kimia yang berperan dalam menurunkan kadar glukosa darah, seperti saponin, flavonoid, terpenoid, tanin, polifenol, kuinon, dan alkaloid. Mekanisme penurunan kadar gula darah saponin adalah melalui peremajaan insulin, perubahan sinyal insulin, pelepasan insulin dari sel beta, penghambatan aktivitas disakarida, aktivasi sintesis glikogen, penghambatan glukoneogenesis, penghambatan aktivitas glukosidase, penghambatan ekspresi mRNA glikogen fosforilase dan glukosa 6-fosfatase dan peningkatan ekspresi GLUT4. Polifenol ditemukan memiliki potensi antidiabetes karena menghambat dipeptidyl peptidase-4 yang mengarah pada peningkatan glucagon-like peptide-1 half-life, peningkatan produksi insulin melalui stimulasi sel langsung atau tidak langsung, dan peningkatan sensitivitas insulin pada jaringan perifer. Alkaloid berperan dalam efek antidiabetes dengan menyebabkan peroksisom PPARγ, aktivitas glukokinase, dan peningkatan GLUT4. Efek antidiabetes flavonoid dapat dilihat dari efek modulasinya pada transporter gula darah. Hal ini terjadi melalui mekanisme peningkatan sekresi insulin, penurunan proses apoptosis, peningkatan proliferasi sel pankreas, penurunan resistensi insulin, dan peningkatan translokasi GLUT4 melalui jalur PI3K/AKT dan AMPK.
Penulis: Tridiganita Intan Solikhah, drh., M.Si
Referensi terkait tulisan di atas:
https://vetmedmosul.com/article_173314.html
Solikhah, T. I., Rani, C. A. M, Septiani, M., Putra, Y. A. S., Rachmah, Q., Solikhah, G. P., Agustono, B., Yunita, M. N., Purnama, M. T. E (2022). Antidiabetic of Hylocereus polyrhizus peel ethanolic extract on alloxan induced diabetic mice. Iraqi Journal of Veterinary Sciences, 36(3), 797-802.