Universitas Airlangga Official Website

Appendicular Tuberculosis sebagai Manifestasi dari Gastrointestinal Tuberculosis

Ilustrasi by Ohio gov

Tuberkulosis merupakan permasalahan kesehatan yang belum dapat teratasi dan termasuk dalam salah satu dari sepuluh penyebab kematian tertinggi di dunia. Mycobacterium tuberculosis (MTB) merupakan agen penyebab infeksi tuberkulosis. MTB dapat menular dari manusia ke manusia melalui droplet ketika penderita batuk, bersin, maupun berbicara. Meskipun lebih dari 80% MTB menginfeksi paru-paru, bakteri ini juga dapat menyebar ke organ lain (TB ekstra paru) seperti gastrointestinal (GI TB).

GI TB merupakan TB ekstra paru dengan persentase sekitar 3% dari keseluruhan kasus TB. GI TB merupakan kondisi ketika MTB menginfeksi peritoneum, organ abdominal, dan sistem limfatik. Dari keseluruhan kasus GI TB, sekitar 0,1%-3% didominasi oleh Appendicular Tuberculosis. Meski ditemukan jarang terjadi, jika tidak dilakukan pengawasan dan penanganan secara tepat, Appendicular Tuberculosis dapat memengaruhi kondisi klinis pasien sehingga berdampak pada morbiditas dan meningkatkan risiko mortalitas pasien. Appendicular Tuberculosis sebagian besar ditemukan pada kelompok usia dewasa muda dengan rata-rata usia 30 tahun dan insiden lebih banyak pada wanita.

Appendicular TB dapat muncul sebagai bentuk primer karena infeksi Mycobacterium bovis pada mukosa usus karena konsumsi susu yang terkontaminasi basil TB. Appendicular TB juga disebabkan karena komplikasi dari TB paru. Gejala yang mungkin dirasakan oleh pasien saat terinfeksi Appendicular TB berupa nyeri berulang pada perut kanan bagian bawah, mual, muntah, diare, dan teraba massa pada perut kanan bagian bawah. Beberapa pasien mungkin mengalami nyeri perut yang parah, demam, dan nyeri di sekitar pusar. Appendicular TB diklasifikasikan ke dalam tiga tipe. Tipe pertama adalah bentuk kronis dengan gejala nyeri ringan hingga sedang pada perut bagian kanan bawah, anoreksia, mual, dan muntah. Tipe kedua ditandai dengan gejala mirip apendiksitis akut. Tipe ketiga ditandai dengan adanya temuan hispatologi infeksi Appendicular TB.

Diagnosis Appendicular TB tergolong sulit untuk ditegakkan karena manifestasi klinis infeksi ini mirip dengan apendiksitis akut. MTB pada TB GI bersifat pausi-basiler sehingga sering memberikan hasil negatif pada uji kultur dan pewarnaan Bakteri Tahan Asam (BTA). Oleh sebab itu, diagnosis Appendicular TB didasarkan pada pemeriksaan hispatologi spesimen apendektomi. Pada beberapa kasus, Appendicular TB ditemukan melalui ketidaksengajaan dari pemeriksaan untuk penyakit lain.

Pengobatan pada semua kasus TB termasuk Appendicular TB pada dasarnya adalah sama dengan pengobatan pada TB paru. Pengobatan dilakukan dengan memberikan OAT dalam dua fase yaitu fase awal dan fase kontinyu. Pada dua bulan fase awal pengobatan, antibiotik isoniazid 5-15 mg/kg, rifampicin 10-20 mg/kg, pyrazinamide 15-40 mg/kg, dan ethambutol 15-25 mg/kg (HRZE) diberikan kepada pasien. Pengobatan dilanjutkan pada fase kontinyu dengan memberikan isoniazid dan rifampicin.

Pemberian OAT dalam strategi eliminasi TB melalui Directly Observed Treatment Short-Course (DOTS) dengan fixed-dose combination (FDC) dapat menyederhanakan peresepan obat, memudahkan manajemen pengelolaan persediaan obat, serta meminimalisir risiko resistensi obat. OAT untuk Appendicular TB diberikan selama 9-12 bulan penuh. Penelitian lain menyebutkan bahwa pengobatan Appendicular TB dapat dilakukan hanya dalam waktu 6 bulan berturut-turut dengan dua bulan awal pasien diberi HRZE dan empat bulan berikutnya dilanjutkan dengan pemberian rifampicin.

Penelitian ini menjelaskan secara lebih lengkap mengenai mekanisme infeksi Appendicular TB sebagai manifestasi dari gastrointestinal TB. Penelitian ini disertai dengan studi kasus pasien terinfeksi Appendicular TB beserta penjelasan secara detail mengenai gejala awal serta hasil pemeriksaan klinis, laboratorium, dan radiologi pasien. Penelitian ini juga membahas pengobatan yang tepat bagi pasien TB paru maupun Appendicular TB.

Penulis: Alfian Nur Rosyid

Informasi lebih lanjut dapat diakses pada:

https://e-journal.unair.ac.id/JR/article/view/22843/15752

Yuliza, et al. 2021. Appendicular Tuberculosis as Manifestation of Gastrointestinal tuberculosis: A Case Report. Jurnal Respirasi, 7(3), pp. 122-126