Dispepsia umumnya didefinisikan sebagai nyeri retrosternal atau ketidaknyamanan perut bagian atas (saluran pencernaan proksimal). Dispepsia merupakan masalah kesehatan yang sangat umum serta melibatkan beban biaya kesehatan yang substansial dan tinggi. Prevalensi dispepsia dilaporkan mencapai 30% pada populasi global. Penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa 43% hingga 79,5% pasien dengan dispepsia terjadi di Asia Timur dan negara-negara Asia Tenggara. Di Indonesia, kasus dispepsia menduduki posisi nomor 6 dari 10 penyakit yang paling umum terjadi. Beberapa faktor yang memiliki peran penting dalam insiden dispepsia diantaranya gangguan sekresi asam lambung, gangguan motilitas lambung, gangguan psikologis, faktor lingkungan, infeksi Helicobacter pylori, dan pola makan. Kelainan motilitas lambung merupakan gejala dispepsia yang menonjol, yakni terjadinya gangguan di korpus sehingga mengakibatkan rasa kenyang dini.
Dispepsia mungkin tidak mengancam jiwa tetapi kelalaian dan gejala-gejala ini dapat memberikan komplikasi seperti penurunan kualitas hidup. Kontrol asupan nutrisi dapat dilakukan sebagai bagian dari pencegahan dispepsia. Zat gizi yang dibutuhkan untuk mencegah dispepsia adalah makronutrien (karbohidrat, protein, dan lemak) dan mikronutrien (vitamin, mineral, dan serat). Asupan nutrisi dan pola makan sangat terikat dengan budaya dan pengaruh lingkungan. Sebuah penelitian mencatat data tentang asupan makanan harian dari masyarakat sangat diperlukan untuk memahami jenis zat gizi yang terkait dengan dispepsia di daerah tertentu. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar 633 etnis dengan berbagai budaya yang tersebar di kota-kota dan pulau-pulau. Pengaruh budaya ini berkontribusi pada kebiasaan dan pola makan tertentu.
Berdasarkan dari gambaran di atas, peneliti dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, RSUD Dr. Soetomo, Universitas Airlangga berhasil mempublikasikan hasil penelitiannya pada jurnal Internasional terkemuka, yaitu Gacte Medica da Caracas. Penelitian dilakukan untuk menilai hubungan antara dispepsia dengan mikronutrien dan makronutrien dalam kebiasaan pola makan di Indonesia. Tingkat keparahan gejala dispepsia juga diinvestigasi dengan melakukan wawancara Gastro-Intestinal Symptoms (GIS). Asupan makronutrien dan mikronutrien diukur menggunakan kuesioner frekuensi makanan semi-kuantitatif.
Peneliti menganalisis 378 kuesioner dari individu dengan gejala dispepsia di 15 pusat di seluruh Indonesia, termasuk di tiga pulau terbesar (Jawa, Sumatera, dan Sulawesi). Penelitian ini menggunakan kuesioner food recall 24 jam dan Semi-Quantitative Food Frequency Questionnaire (s-FFQ) untuk menentukan jumlah zat gizi pada makanan yang dikonsumsi yang dimungkinkan menjadi faktor risiko dispepsia. Gejala dispepsia dinilai menggunakan skor gejala Gastrointestinal (GIS).
Hasil yang didapat pada penelitian ini menunjukkan bahwa 90,5% responden (342/378) memiliki gejala dispepsia. Dispepsia kemungkinan terkait dengan kelompok usia 50-59, dan GIS skor dikaitkan dengan wilayah pengambilan sampel. Berdasarkan hasil data analisis, makronutrien dan mikronutrien yang berkorelasi dengan terjadinya dispepsia yakni konsumsi lemak dan magnesium. Asupan makro dan mikronutrien bervariasi di setiap daerah dan setiap analisis bivariat menunjukkan bahwa hampir semua asupan mikro dan makronutrien secara signifikan berbeda dari setiap gejala dispepsia.
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa konsumsi rendah lemak dan magnesium berhubungan dengan dispepsia. Asupan zat gizi memiliki perbedaan yang nyata dengan gejala dispepsia. Usia yang tua dan perbedaan geografis juga ditemukan berkorelasi dengan kejadian dispepsia. Perbedaan geografis di wilayah tersebut perlu ditindaklanjuti dengan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh beberapa faktor host. Dari penelitian ini diharapkan adanya peningkatan kesadaran dari masyarakat dan pengembangan regulasi yang lebih baik oleh pemerintah.
Penulis: Muhammad Miftahussurur
Informasi detail dari penelitian ini dapat dilihat pada link artikel berikut: http://saber.ucv.ve/ojs/index.php/rev_gmc/article/view/24049