Universitas Airlangga Official Website

Autogenous Bone Graft sebagai Perawatan di Bidang Kedokteran Gigi

IL by Aroma Dental

Pada zaman modern ini, keberhasilan perawatan dalam bidang kedokteran gigi adalah untuk mengembalikan fungsi, estetika, kenyamanan, kemampuan bicara, dan kesehatan rongga mulut pasien. Salah satu kasus yang banyak dijumpai pada masyarakat adalah kondisi kehilangan gigi. Kondisi tersebut dapat diatasi dengan perawatan prostodontik seperti pembuatan gigi tiruan. Namun, perubahan bentuk dan lebar tulang alveolar karena resorpsi menjadi tantangan dalam perawatan prostodontik. Oleh karena itu, diperlukan perawatan tambahan untuk mengembalikan bentuk tulang yang ideal.

Cangkok tulang atau dalam istilah medis dikenal sebagai “bone grafting” adalah prosedur medis yang umum digunakan dalam berbagai bidang kedokteran dan kedokteran gigi. Prosedur ini bertujuan untuk menggantikan tulang yang hilang atau rusak dengan material yang merangsang pembentukan tulang baru. Berbagai jenis material cangkok tulang atau bone graft telah tersedia seperti autograft, allograft, xenograft, polymer, bioactive glass ceramic, dan synthetic bone graft. Dalam penggunaannya, material bone graft harus memenuhi syarat karakteristik yaitu stabil secara biomekanis, degradasi dalam jangka waktu tertentu, bersifat osteogenik, osteoinduktif, atau osteokonduktif, tidak toksik, tidak mengganggu aktivitas pembuluh darah dan sel-sel tubuh.

Diantara berbagai jenis material yang tersedia, autogenous bone graft  atau autograft menjadi pusat perhatian untuk diteliti dan dikembangkan karena memiliki berbagai keunggulan. Autogenous bone graft adalah material cangkok tulang yang diambil dari bagian tubuh pasien itu sendiri, biasanya dari tulang pinggul atau tulang kering, tetapi tidak menutup kemungkinan dari tulang tengkorak, tulang wajah, tulang rahang, bahkan gigi.  Kelebihan utama dari penggunaan autogenous bone graft adalah kecocokannya dengan tubuh pasien, sehingga meminimalkan risiko reaksi imunologis atau penolakan. Selain itu, autogenous bone graft memiliki karakteristik osteogenik, osteoinduktif, dan osteokonduktif yang membuatnya sangat efektif dalam merangsang pertumbuhan tulang baru. Hal ini juga mendukung invasi pembuluh darah dan sel-sel pembentuk tulang untuk memfasilitasi penyembuhan yang baik. Namun, kekurangan dari autogenous bone graft adalah memerlukan operasi tambahan sehingga waktu operasi lebih lama dan potensi munculnya morbiditas di area donor yang dapat menimbulkan nyeri, ketidaknyamanan, bahkan kecacatan sekunder.

Dalam bidang kedokteran gigi, perawatan bone graft sering diindikasikan untuk 1) penyembuhan soket ekstraksi. Setelah pencabutan gigi, bone graft dapat digunakan untuk mempercepat penyembuhan dan mencegah penurunan volume tulang alveolar. 2) Penempatan implant gigi. Bone graft akan membentuk tulang baru yang diperlukan untuk menciptakan dasar yang cukup kuat untuk mendukung implant. 3) Augmentasi ridge. Dalam kasus di mana rahang pasien telah mengalami resorpsi tulang yang signifikan, bone graft digunakan untuk mengembalikan volume dan lebar ridge sebelum pemasangan implant. Namun, perawatan bone graft menjadi kontraindikasi pada pasien dengan kondisi-kondisi tertentu seperti kompromis medis, perokok, alkoholik, infeksi aktif, penyakit periodontal berat, dan keterbatasan anatomis tulang.

Pada penelitian yang pernah dilakukan, autogenous bone graft yang diambil dari bagian tulang telah menunjukkan potensi yang baik ketika digunakan untuk meregenerasi deformitas rahang maksila dan mandibula. Autogenous bone graft telah terbukti sangat sukses, dengan tingkat keberhasilan melebihi 95%. Oleh karena itu, autogenous bone graft  menjadi metode pilihan yang unggul untuk memperbaiki kerusakan pada tulang maksila dan mandibula. Melalui perawatan ini, dokter dapat mempersiapkan rahang pasien untuk mendukung rehabilitasi prostetik yang sukses.

Selain dari tulang, material bone graft juga dapat diambil dari gigi bagian dentin. Dalam beberapa tahun terakhir, dentin telah diselidiki sebagai biomaterial potensial untuk regenerasi tulang. Penelitian-penelitian terdahulu telah memberikan bukti bahwa dentin dapat menjadi bahan cangkok tulang yang efektif untuk meningkatkan penyembuhan tulang di soket pencabutan gigi dan memfasilitasi penempatan implant. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan dentin gigi sebagai bahan cangkok menghasilkan tingkat stabilitas implant yang ideal dan insiden komplikasi yang rendah.

Autogenous bone graft tidak hanya memberikan manfaat medis, tetapi juga memiliki dampak positif pada kualitas hidup pasien. Dalam dunia kedokteran gigi, inovasi dan kemajuan teknik autogenous bone graft telah membuka pintu bagi pemulihan yang lebih baik, pemeliharaan struktur rahang yang penting, dan peningkatan estetika gigi. Dengan adanya pengembangan teknik dan penelitian, autogenous bone graft akan terus berperan penting dalam kedokteran gigi modern.

Penulis : Prof. Dr. Nike Hendrijantini, drg., M.Kes., Sp.Pros (K)

Correspondence author : Dr. Mefina Kuntjoro, drg., M.Kes., Sp.Pros (K)

Informasi detail dari penelitian dapat dilihat di :

https://wjarr.com/content/updating-autogenous-bone-graft-material-dentistry

Nike Hendrijantini, Mefina Kuntjoro, Bambang Agustono, Eleonora Cathlin Kusuma, Nur Tri Wijaya

Updating On Autogenous Bone Graft Material In Dentistry

https://doi.org/10.30574/wjarr.2023.19.3.1783