Universitas Airlangga Official Website

Bagaimana Kepemimpinan Pelayan dan Berbagi Pengetahuan Memicu Perilaku Kerja Inovatif di Kalangan Milenial di Bisnis Start-Up?

IL by Gapura Office

Faktor penting dalam menentukan keunggulan kompetitif organisasi adalah perilaku kerja inovatif karyawan(Hu & Zhao, 2016; Shaw & Ogilvie, 2010; Wang et al., 2015). Perilaku kerja yang inovatif termasuk mengembangkan ide-ide baru dan prosedur bisnis di area kerja tertentu untuk meningkatkan kinerja individu dan organisasi. Perilaku kerja yang inovatif dimulai dengan munculnya ide dengan kemauan untuk memperhatikan isu-isu baru dan minat untuk memperbaiki hal-hal di tempat kerja (De Jong & Den Hartog, 2010).

Konteks industri telah berubah dalam sepuluh tahun terakhir, terutama dalam basis teknologi industri Start Up. Bisnis Start-Up saat ini berkembang di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Indonesia berada di peringkat 5 dunia dengan total 2.381 Start-Up (Zaky et al., 2018). Banyaknya Start-Up di Indonesia menciptakan peluang dan ancaman. Siklus hidup bisnis Start-Up bergantung pada modal yang kuat dan kualitas sumber daya manusia yang baik(Zaky et al., 2018). Mereka membutuhkan perilaku kerja yang inovatif dari karyawan mereka dengan mengembangkan ide-ide baru dan produk yang unik. Perilaku kerja yang inovatif penting bagi karyawan Start-Up.  46,9% karyawan Start Up di Indonesia adalah generasi milenial (Zaky et al., 2018). Karakteristik unik generasi milenial adalah self-efficacy, karya inovatif, dan berbagi pengetahuan(Ngotngamwong, 2019). Mereka harus diizinkan untuk mengembangkan ide kerja inovatif mereka sebagai basis yang nyaman. Mereka juga lebih suka pemimpin mereka yang menginspirasi dan imajinatif. Milenium lebih memilih hubungan yang lebih interpersonal dengan pemimpin mereka dan untuk mengetahui bahwa pemimpin mereka peduli (Farhan, 2021). Karakteristik kepemimpinan yang diharapkan oleh generasi milenial adalah kepemimpinan yang melayani. Fokus dari servant leadership adalah memenuhi kebutuhan pengikut untuk mengembangkan pengikut guna mencapai tujuan, terutama sejalan dengan pengembangan sumber daya manusia yang dimiliki oleh suatu organisasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa dengan dukungan dari seorang servant leader akan lebih mudah bagi pegawai untuk meningkatkan perilaku inovatif dalam bekerja (Reslan et al., 2021). Gaya kepemimpinan ini sejalan dengan karakter milenial yang lebih mengutamakan fleksibilitas kerja dan mendukung apa yang diperjuangkan.

Milenial juga peduli untuk mengembangkan pengetahuan tentang teknologi(Marcinkus Murphy, 2012). Berbagi pengetahuan adalah kebutuhan milenial. Mereka mendapatkan pengetahuan baru, berbagi informasi, dan memiliki ide-ide kreatif(Ngotngamwong, 2019; Radaelli et al., 2014). Adanya hubungan yang baik secara vertikal melalui pemimpin yang melayani dan secara horizontal melalui berbagi pengetahuan akan memunculkan efikasi diri kreatif seseorang. Efikasi diri kreatif adalah keyakinan bahwa seseorang memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk menghasilkan keluaran yang inovatif (Tierney and Farmer, 2011). Creative self-efficacy merupakan modal yang baik bagi seseorang untuk menemukan ide-ide baru. Fokus efikasi diri kreatif bukan pada seberapa banyak angka yang dimiliki seseorang, tetapi pada seberapa percaya diri mereka dalam menampilkan atau menguasai kreativitas yang mereka miliki dalam situasi tertentu.

Studi saat ini mengusulkan kepemimpinan pelayan dan berbagi pengetahuan untuk mengembangkan perilaku kerja inovatif pada karyawan mereka. Beberapa penelitian telah menemukan kepemimpinan yang melayani(Cai et al., 2018; Faraz et al., 2021; Khan et al., 2022; Krog & Govender, 2015)dan berbagi pengetahuan(Anser et al., 2021; W. Kim & Park, 2017)terkait dengan perilaku kerja inovatif karyawan. Namun, tidak satu pun dari mereka yang mengeksplorasi peran mediasi dari self-efficacy dan konteks kreatif di generasi milenial.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode yang digunakan adalah non-probability sampling dengan menggunakan accidental sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner. Kuesioner terdiri dari empat bagian dimana setiap bagian mewakili masing-masing variabel diantaranya perilaku kerja inovatif sebagai variabel terikat, kepemimpinan pelayan dan berbagi pengetahuan sebagai variabel bebas, dan efikasi diri kreatif sebagai variabel mediasi. Kuesioner diisi sesuai dengan target penelitian. Sasaran penelitian adalah karyawan Start Up bidang Software Development yang lahir antara tahun 1981 hingga 1996. Karyawan tersebut dihubungi dan diminta untuk berpartisipasi. Ketika mereka memberikan persetujuan mereka, kuesioner secara pribadi diberikan kepada mereka. Jumlah sampel minimal yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah 120 responden (JF Hair et al., 2014).

Penulis: Dr. Praptini Yulianti, SE, Msi

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami: Putri Rahma Dayanti, Praptini Yulianti (2023). How Servant Leadership and Knowledge-Sharing Trigger Innovative   Work   Behavior among Millennials at Start-Up Businesses? Vol. 16, No 1, 2023. pp 95-106

https://e-journal.unair.ac.id/JMTT/article/view/43224/24413