Universitas Airlangga Official Website

Bagaimana Peran Perusahaan Multinasional dalam Mendorong Performa Perusahaan Lokal?

Ilustrasi by UMG Idealab

Selama lebih dari 2 dekade, industri manufaktur telah berkontribusi paling besar dibandingkan sektor-sektor lain. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa sektor ini selama tahun 2004 hingga 2014 berperan dalam 25% dari Produk Domestik Indonesia (PDB) dimana kontribusi terbesar adalah pada tahun 2005 sebesar 27%. Kontribusi yang besar ini tidak terlepas dari berbagai faktor, baik faktor internal perusahaan (ukuran perusahaan, kemampuan sumber daya manusia di tingkat manajerial dalam menentukan input produksi ataupun komponen-komponen bahan baku yang digunakan) serta faktor eksternal perusahaan (jumlah penduduk Indonesia, kebijakan pemerintah, ataupun liberalisasi investasi luar negeri langsung atau foreign direct investment (FDI)).

Jika berbicara tentang faktor internal perusahaan dalam perannya mendorong ekonomi domestik, studi empiris telah banyak membahasnya secara komprehensif. Ambil salah satu contoh adalah faktor ukuran perusahaan yang telah disimpulkan oleh banyak studi mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi domestik secara lebih efektif dan cepat, ketimbang perusahaan-perusahaan manufaktur yang berukuran kecil atau pun sedang. Hal ini disebabkan oleh tingginya eksposur perusahaan besar dalam aspek internasional ataupun kegiatan penelitian dan pengembangan (research and development, R&D).

Faktor internal lainnya seperti kemampuan manajerial dalam mengalokasikan input produksi secara lebih efisien juga menjadi faktor penentu performa yang baik sebuah perusahaan. Berkaitan dengan hal ini, beberapa studi telah meneliti bagaimana keputusan dalam alokasi sumber daya input dapat menjadi pembeda tingkat efisiensi antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lain, selain juga menentukan tingkat output yang dihasilkan (biasanya disebut dengan tingkat produktivitas). Dengan kata lain, saat sebuah perusahaan memiliki kemampuan manajerial yang lebih baik, tingkat efisiensi dan produksinya akan lebih baik dibanding perusahaan lain karena kombinasi penggunaan input produksi yang lebih efisien.

Dari penjelasan faktor-faktor internal di atas, kita dapat mengetahui bahwa performa perusahaan secara teknis dapat dilihat dari dua aspek: produktivitas dan efisiensi. Tingkat produktivitas berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan output atau produk sesuai dengan input yang dikorbankan (bisa berupa tenaga kerja, modal, atau bahan baku). Sementara itu, efisiensi (dalam konteks produksi) dapat dipahami secara harfiah sebagai suatu kondisi saat produsen memproduksi produk yang sama dengan input minimal atau menggunakan input yang sama untuk menghasilkan output dalam jumlah besar. Jika aspek produktivitas dapat ditopang oleh kemajuan teknologi seperti mesin yang canggih, maka tingkat efisiensi ditentukan oleh kemampuan manajerial perusahaan yang tentu bersinggungan dengan faktor-faktor lainnya.

Lalu bagaimana peran faktor eksternal menentukan performa perusahaan, khususnya produktivitas dan efisiensinya? Jika kita berbicara faktor eksternal, kita dapat mengambil salah satu contoh yakni masuknya investasi langsung luar negeri ke Indonesia berupa perusahaan multinasional. Sejak dibebaskannya aliran modal luar negeri ke Indonesia pada tahun 1980an, Indonesia menjadi salah satu negara di Asia Tenggara dengan tingkat pertumbuhan FDI yang sangat pesat. Dari fenomena ini, timbul pertanyaan: apakah kehadiran perusahaan multinasional ini menguntungkan Indonesia?

Jika tentang keuntungan yang diberikan, berbagai studi telah membahas bahwa kehadiran perusahaan luar negeri berkontribusi secara langsung dalam perbaikan ekonomi domestik melalui peningkatan lapangan pekerjaan, tambahan pendapatan negara berupa pajak, ataupun dorongan permintaan bahan baku lokal. Namun, apakah kehadiran perusahaan multinasional juga mampu memperbaiki performa perusahaan domestik, khususnya efisiensi dan produktivitas?

Studi dari Sugiharti, Purwono, Yasin, Esquivias, dan Pane (2022) membahas pertanyaan ini secara komprehensif dan menemukan bahwa keberadaan perusahaan manufaktur hanya mampu mendorong salah satu diantara produktivitas atau efisiensi saja, bukan keduanya. Secara lebih spesifik, studi ini menyebutkan tiga mekanisme bagaimana perusahaan multinasional mampu mendorong performa perusahaan: demonstrasi, adopsi teknologi, dan kompetisi. Mekanisme demonstrasi terjadi saat perusahaan multinasional yang masuk ke Indonesia dengan membawa teknologi canggih dan sistem produksi yang lebih maju membuat perusahaan lokal meniru teknologi dan sistem tersebut sehingga meningkatkan efisiensi dan produktivitasnya. Sementara itu, adopsi teknologi dapat terjadi saat tenaga kerja yang pernah bekerja di perusahaan multinasional melakukan migrasi atau perpindahan ke perusahaan lokal, sehingga pengetahuan yang didapatkan dari perusahaan multinasional dapat tersalurkan di perusahaan lokal. Mekanisme kompetisi terjadi saat kehadiran perusahaan multinasional dapat meningkatkan persaingan pasar sehingga memaksa perusahaan domestik untuk meningkatkan pemanfaatan sumber daya untuk mempertahankan pangsa pasar mereka.

Studi Sugiharti, Purwono, Yasin, Esquivias, dan Pane (2022) menemukan bahwa perusahaan yang termasuk ke dalam subsektor berteknologi tinggi tidak memperoleh manfaat keberadaan perusahaan multinasional dari mekanisme adopsi teknologi atau demonstrasi. Sementara itu, keberadaan perusahaan multinasional pada perusahaan lokal yang tergolong berteknologi menengah justru mendorong produktivitas. Studi ini juga menemukan bahwa perusahaan-perusahaan di subsektor berteknologi rendah semakin efisien saat melakukan proses demonstrasi dari keberadaan perusahaan multinasional, meskipun akan menurunkan produksi mereka.

Penelitian sebelumnya di Indonesia berpendapat bahwa kelompok teknologi yang kurang maju dapat mengadopsi teknologi baru dari perusahaan asing untuk meningkatkan produksi meskipun tidak meningkatkan efisiensi teknis mereka karena mereka sangat bergantung pada tenaga kerja tidak terampil. Dalam hal ini, perusahaan multinasional sebenarnya mendukung penggunaan teknologi asing di pasar baru, tetapi kenyataannya, menurut hasil studi Sugiharti, Purwono, Yasin, Esquivias, dan Pane (2022), perusahaan multinasional tidak mampu mendorong kemampuan teknologi di perusahaan-perusahaan di subsektor berteknologi rendah. Dengan kata lain, dampak multinasional dalam manufaktur sangat tergantung pada kemampuan penyerapan pekerja dan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dari keterbukaan inovasi dalam bentuk pengetahuan, praktik, teknologi, dan pengetahuan yang dibawa perusahaan multinasional ke Indonesia.

Penulis:  Miguel Angel Esquivias

Link Jurnal: Sugiharti, Lilik, Mohammad Zeqi Yasin, Rudi Purwono, Miguel Angel Esquivias, and Deasy Pane. 2022. “The FDI Spillover Effect on the Efficiency and Productivity of Manufacturing Firms: Its Implication on Open Innovation” Journal of Open Innovation: Technology, Market, and Complexity 8, no. 2: 99. https://doi.org/10.3390/joitmc8020099