Universitas Airlangga Official Website

Bahaya Ergonomi bagi Pekerja Kantor

gambaran lingkungan kantor (sumber: staffany)

Unair News – Pekerja kantor dari beberapa definisi yang ada menjelaskan bahwa seseorang yang melakukan aktivitas kerja dalam rangka mendapatkan penghasilan dengan melibatkan seberangkat alat kerja dalam ruangan. Alat kerjanya berupa meja, kursi, seperangkat komputer dan berkas kerja. Sebagian besar lebih dari 65% seseorang bekerja melakukan aktivitas di dalam kantor. Meskipun mereka melakukan pekerjaan lapangan, mereka juga melakukan aktivitas kantor. Kegiatan ini berupa menulis, merekap, membuat laporan, analisa data dan lain sebagainya. Kegiatan kerja di dalam kantor ini memiliki potensi bahaya ergonomi yang sama dengan pekerjaan di luar kantor. Lingkungan kerja merupakan salah satu faktor risiko yang mempengaruhi kualitas kerja dan produktivitas kerja. Jika lingkungan kerja mendukung maka pekerjaan akan lancar. 

Lingkungan kerja yang nyaman akan mendorong produktivitas kerja dan dapat meminimalisir terjadinya penyakit akibat kerja maupun kecelakaan kerja. Oleh Karena itu, upaya pencegahan terhadap bahaya yang ada di lingkungan kerja harus ada. Salah satu bahaya yang ada di lingkungan kerja adalah kondisi yang tidak ergonomis. Ergonomi berarti seimbang antara tuntutan kerja dan kapasitas kerja. Jika tuntutan kerja melebihi kapasitas kerja maupun sebaliknya, maka akan mengganggu performa kerja.

Risiko ergonomi yang timbul akibat ketidakseimbangan kerja berupa musculoskeletal disorders. Musculoskeletal disorders merupakan penyakit dalam sistem jaringan otot manusia di bagian belakang, pergelangan, lutut, atau Pundak. Risiko dapat meningkat akibat dari kegiatan dengan postur janggal, pemaksaan yang berlebihan dansecara terus-menerus dalam posisi yang lama. Hal ini dapat terjadi akibat dari desain tempat kerja, tugas dan/atau peralatan yang kurang baik. 

Pekerjaan kantor yang tidak memperhatikan aspek ergonomi maka akan meningkatkan risiko terjadinya musculoskeletal disorders. Jika hal ini terus berulang terjadi maka dapat menyebabkan penyakit akibat kerja dan terganggunya produktivitas kerja. Keseimbangan antara tuntutan kerja dan kapasitas kerja pekerja kantor harus ada. Hal ini untuk menjaga performa kerja agar maksimal dan terhindar dari penyakit akibat kerja.

Berdasarkan hasil penelitian salah satu pekerja kantor pemerintahan yang ada di kota surabaya menunjukkan bahwa pekerja kantor di salah satu kantor pemerintahan kota Surabaya sebagian besar (75%) memiliki risiko tinggi mengalami Musculoskeletal Disorders (MSDs). 

Pengukuran risiko ergonomi bisa menggunakan metode ROSA sedangan keluhan otot menggunakan metode CMDQ. Metode ROSA menilai secara detail keseluruhan postur kerja yang ideal saat duduk dan saat melakukan aktivitas perkantoran. Keseluruhan nilai ROSA ada 10, dengan hasil skor 5 atau lebih menunjukkan adanya ketidaksesuaian dan ketidaknyamanan pada postur atau stasiun kerja yang memerlukan perbaikan segera. ROSA merupakan salah satu metode pada office ergonomics, penilaiannya untuk mengukur risiko yang terkait dengan penggunaan komputer serta untuk menetapkan tingkat tindakan perubahan berdasarkan laporan dari ketidaknyamanan pekerja. Cornell Musculoskeletal Discomfort Questionnaires (CMDQ) dikembangkan oleh Cornell University. Pada penilaian ini melihat lokasi tubuh yang mengalami keluhan, frekuensi dan pengaruh ketidaknyaman dengan pekerjaan. 

Berdasarkan hasil penelitian dari 18 bagian tubuh yang ada dalam kuesioner CMDQ, hanya terdapat 5 bagian tubuh (leher, bahu kanan, bahu kiri, punggung atas, dan punggung bawah) yang pekerja pilih. Namun, dari 5 bagian tubuh tersebut, terdapat 2 bagian tubuh (punggung atas dan punggung bawah) yang hanya 11 responden pilih.

Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua responden mengalami keluhan pada kedua bagian tubuh tersebut. Hal ini juga berarti bahwa semua responden tidak mengalami keluhan otot di 13 bagian tubuh lainnya, yaitu lengan atas kanan dan kiri, lengan bawah kanan dan kiri, pergelangan tangan kanan dan kiri, pantat, paha kanan dan kiri, lutut kanan dan kiri, serta betis kanan dan kiri. Keluhan pada bagian leher merupakan keluhan yang paling berat dirasakan oleh pekerja kantor. 53,13% pekerja mengalami beberapa kali keluhan nyeri pada leher setiap harinya. Hal ini menyebabkan ketidaknyamanan dan menurut pekerja hal ini cukup (68,75%) mengganggu pekerja saat melakukan pekerjaannya. 

Selain leher bahu merupakan lokasi kedua yang paling banyak dialami pekerja akibat bekerja dengan posisi yang tidak ergonomis. Keluhan pada bahu kanan dan kiri juga dialami oleh 32 pekerja kantor. Sebesar 75,00 % pekerja mengalami keluhan 1-2 kali seminggu pada bahu sebelah kanan dan 75,00 % mengalami keluhan 3-4 kali minggu lalu pada bahu sebelah kiri. Berdasarkan hasil wawancara dengan pekerja. Keluhan pada bahu ini kurang mengganggu pekerjaan mereka.

Berdasarkan informasi tersebut pekerja kantor merupakan salah satu pekerja yang beresiko tinggi terjadinya gangguan sistem rangka pada tubuh. Dengan demikian, pekerja harus mengatur posisi kerja yang nyaman dan melakukan perubahan posisi pada setiap jam tertentu agar tidak terjadi ketidaknyamanan dalam sistem rangka. 

Penulis: Dani Nasirul Haqi, S.KM., M.KKK.

Title: Ergonomic Risk Analysis and Muscle Complaints of Office Workers in the Government Office, Surabaya City

Link: https://journals.lww.com/ijoe/fulltext/2023/27040/ergonomic_risk_analysis_and_muscle_complaints_of.12.aspx 

BACA JUGA: Dampak Penyakit Antraks pada Hewan dan Manusia