Ketika kebanyakan orang berpikir tentang kehamilan, mereka cenderung fokus pada kegembiraan dalam membawa kehidupan baru ke dunia. Namun, di balik itu semua, beberapa ibu hamil menghadapi komplikasi medis serius yang dapat membahayakan kesehatan ibu hamil dan bayi mereka. Salah satu kondisi tersebut adalah hipokalemia—ketidakseimbangan elektrolit yang dapat menimbulkan risiko signifikan selama kehamilan. Hipokalemia adalah istilah medis untuk kadar kalium yang rendah dalam darah. Meskipun tidak umum, kondisi ini dapat menyebabkan kelemahan otot dan bahkan masalah jantung jika tidak dipantau dengan benar. Bagi ibu hamil, kondisi ini dapat menjadi sangat mengkhawatirkan karena tidak hanya mengancam nyawa mereka tetapi juga nyawa janin mereka.
Baru-baru ini, kami menemukan sebuah kasus yang melibatkan seorang wanita berusia 24 tahun yang sedang hamil 35 minggu dan mengalami hipokalemia. Meskipun rutin mengonsumsi suplemen kalium, ia sering mengalami kelemahan dan kelelahan ekstrem yang terkait dengan kadar kaliumnya yang rendah dan terus menurun hingga 1,6 mmol/L—hampir mendekati kadar yang mengancam jiwa. Yang membuat situasinya sangat mengkhawatirkan adalah bahwa ia tidak hanya mengalami hipokalemia; ia juga mengalami polidipsia (rasa haus yang berlebihan) dan poliuria (buang air kecil berlebihan), gejala yang dapat menunjukkan masalah mendasar yang lebih parah seperti diabetes insipidus—kondisi langka lainnya yang membahayakan ibu hamil dan janin.
Diagnosis
Mendiagnosis penyebab hipokalemia pada kasus ini sangatlah menantang. Alat diagnostik kadar hormon antidiuretik (ADH) yang dapat memastikan diabetes insipidus, tidak tersedia di fasilitas kesehatan tempat ibu hamil dirawat. Selain itu, penyebab lain seperti sindrom Bartter, kondisi genetik langka yang memengaruhi kerja ginjal mengelola elektrolit, juga harus dipertimbangkan. Kasus ini menekankan kesulitan yang dapat dihadapi oleh penyedia layanan kesehatan saat menangani kondisi langka, terutama di daerah dengan sumber daya diagnostik terbatas. Meskipun penuh tantangan, kasus yang kami temukan ini berakhir dengan positif. Setelah menerima perawatan dan pemantauan intensif, pasien diinduksi pada usia kehamilan 39 minggu. Pasien dapat melahirkan bayi perempuan yang sehat.
Kehamilan seharusnya menjadi masa yang membahagiakan, tetapi juga dapat menimbulkan tantangan kesehatan yang tidak terduga. Meskipun kasus hipokalemia jarang terjadi, implikasinya bisa sangat membahayakan. Bagi ibu hamil yang mengalami gejala seperti rasa haus yang berlebihan. Sering buang air kecil, atau kelemahan otot, sangat penting untuk segera mencari pertolongan medis. Kesadaran akan kondisi hipokalemia dapat menyelamatkan nyawa dan mengarah pada kesehatan yang lebih baik secara keseluruhan bagi ibu dan bayinya.
Penulis: Bayu Aditya, Manggala Pasca Wardhana, Tauhid Islamy
Link: https://www.phcogj.com/article/2280
Baca juga: Hubungan Kandidiasis Vulvovaginal dengan Penggunaan Kontrasepsi Oral pada Pasien