Universitas Airlangga Official Website

Bawa Misi Kemanusiaan, drg Zahra Benahi Masalah Kesehatan di Kepulauan Galang

Alumni FKG UNAIR, drg Zahra hadirkan layanan kesehatan Warung Gigi di kepulauan terpencil (Foto: Dok. Narasumber)
Alumni FKG UNAIR, drg Zahra hadirkan layanan kesehatan Warung Gigi di kepulauan terpencil (Foto: Dok. Narasumber)

UNAIR NEWS – Kiprah Alumni Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga (UNAIR) menuai prestasi berkat dedikasinya dalam pengabdian masyarakat. Ia adalah drg Zahrotur Riyad, lulusan UNAIR angkatan 1997. Lulus pada 2003, drg Zahra, sapaannya, telah menghabiskan lebih dari 20 tahun hidupnya untuk menjangkau pulau-pulau terpencil di Kepulauan Galang, Batam. Ia membawa misi kemanusiaan di pulau-pulau 3T.

Zahra memulai misi kemanusiaannya sejak ia diangkat sebagai dokter gigi PNS pada tahun 2010 dan bertugas di Kepulauan Galang. Kepulauan Galang terdiri atas 104 pulau, dengan 40 pulau di antaranya berpenghuni. Di wilayah tersebut, ia menyaksikan kesulitan akses layanan kesehatan yang jauh dari jangkauan warga. “Penduduk harus ke puskesmas yang jaraknya jauh dan sewa kapal yang hampir satu juta. Rata-rata kampung mereka pun belum ada listrik, hidup dari genset,” ulasnya.

Alumni FKG UNAIR, drg Zahra hadirkan layanan kesehatan Warung Gigi di kepulauan terpencil (Foto: Dok. Narasumber)
Alumni FKG UNAIR, drg Zahra hadirkan layanan kesehatan Warung Gigi di kepulauan terpencil (Foto: Dok. Narasumber)

Berangkat dari kondisi itu, Zahra bersama rekan-rekannya mencetuskan ide sederhana yang membawa layanan ke mereka. Ia merintis Warung Gigi, sebuah inisiatif pelayanan kesehatan gigi keliling. “Sebenarnya itu di luar bayangan seorang dokter gigi. Sementara saya membawa alat dengan ransel, obat obatan dan anastesi,” terangnya.

Permasalahan lain yang Zahra temui di Kepulauan Galang ternyata tidak hanya sebatas persoalan kesehatan gigi. Di sana, Zahra menemukan sejumlah anak di bawah umur hamil di luar nikah. Kondisi ini menggerakkannya untuk merancang program edukasi kesehatan reproduksi dan psikologi remaja di sekolah-sekolah.

Ia membentuk program Konselor Remaja Nusantara (KRN) yang melatih 12–15 siswa di setiap sekolah menjadi psikolog sebaya atau teman curhat. “Karena meskipun mereka jauh dari teknologi, keterbatasan pengetahuan dari seks bebas masih minim,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Zahra mengakui  pengalaman organisasi semasa kuliah, termasuk aktif di BEM FKG, membentuk kepekaan sosial dan komitmennya. Baginya, kedekatannya dengan para dosen juga menjadi motivasi kuat untuk terus mengabdi. Sehingga, membuatnya beberapa kali difilmkan oleh Watchdoc. Salah satunya dalam film dokumenter berjudul Dokter Bawah Pohon.

Di balik pengabdian sosial yang sangat besar, berbagai tantangan turut mewarnai perjuangan. Tantangan yang signifikan ini terdapat pada medan geografis wilayah pulau yang dituju. Untuk menjangkau lokasi, ia harus menempuh perjalanan darat sejauh 80 km/jam, dilanjutkan dengan naik perahu menuju pulau-pulau terpencil. Menurutnya, medan ini yang menghambat proses regenerasi. “Saya sudah banyak mengajak mahasiswa, tapi sebagian besar justru lebih tertarik untuk berwisata ketimbang memikirkan proyek yang harus diinisiasi,” jelasnya.

Atas dedikasinya tersebut, ia menerima berbagai penghargaan bergengsi seperti Dokter Teladan Nasional (2016), CNN Indonesia Heroes (2017), Perempuan Inspiratif NOVA (2014), Tupperware SheCan Award (2014), hingga 100 Tokoh Ksatria Airlangga. Namun, bagi Zahra, penghargaan itu hanyalah bonus dari kerja-kerja dan pengabdian panjang yang ia jalani dengan hati. 

Penulis: Adinda Octavia Setiowati 

Editor: Yulia Rohmawati