Universitas Airlangga Official Website

Beban Psikologis Penderita Tuberkulosis Akibat Stigma Sosial

Ilsutrasi beban psikologi (sumber: freepik)

Beban psikologis adalah pengalaman emosional yang melelahkan yang sangat identik dialami oleh orang yang hidup dengan tubercolusis. Sementara itu, stigma tubercolusis sebagai penyakit infeksius yang sangat menular, telah menghalangi mereka untuk terlibat aktif dalam kontak sosial dengan lingkungan mereka pada saat mereka memiliki keinginan untuk mengendalikan situasi, baik yang telah terjadi maupun yang akan terjadi. Ini karena masyarakat memperlakukan mereka sangat diskriminatif. Beberapa penelitian telah menyuarakan keprihatinan tentang efek stigma tuberkolusis pada kesehatan mental, dengan beberapa masalah psikologis sebagai tema penting dalam diskusinya. Terbukti, stigma dan diskriminasi yang berkembang di masyarakat pada orang yang hidup dengan tubercolusis, mampu meningkatkan angka dropout, menurunkan cakupan penemuan kasus baru tubercolusis, selain dapat menurunkan motivasi untuk berobat secara definitif. Ini karena mereka sangat terganggu oleh pola normal  interaksi sosial, yang berpotensi memberi tekanan yang kuat pada  mental mereka. Dan meningkatkan pemahaman kita tentang dampak psikososial dari stigma terhadap orang yang hidup dengan tubercolusis, dapat menginformasikan pengembangan strategi untuk mengurangi potensi hasil negatif dalam menanggapi stigma yang telah menjadi bagian dari kehidupan mereka, untuk saat ini dan yang akan datang. 

Sementara itu mengatasi problem psikososial tanpa mereduksi stigma dan diskriminasi di lingkungan mereka, membutuhkan effort yang tinggi untuk dapat memilih dan menggunakan sumber koping yang dimiliki. Untuk alasan itu, menyesuaikan sumber daya pribadi dan lingkungan dengan beberapa alternatif suber koping yang ada memberi jaminan kesejahteraan. Dengan demikian penggunaan problem fokus koping dan emosional fokus koping tergantung dari kemampuan yang dimiliki dan status dan kualitas stressor. Penulis menemukan bahwa stigma sosial tidak bisa dihindari oleh orang yang hidup dengan Tuberculosis, dan ada upaya yang dilakukan oleh orang yang hidup dengan Tuberculosis untuk bebas  dari tekanan sosial melalui penggunaan upaya koping yang adaptif

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi beban psikologis yang dirasakan oleh orang yang hidup dengan tuberculosis akibat Stigma Sosial oleh masyarakat dan bagaimana upaya koping yang dilakukan. Melalui desain kualitatif fenomenologis dengan wawancara tatap muka yang mendalam yang berlangsung secara semi terstruktur dengan metoda purposive sampling dengan analisis Participatory Interpretative Phenomenology yang melibatkan 25 partisipan yang terdiri dari 16 laki-laki dan 9 perempuan, telah menghasilkan beberapa tema penelitian, antara lain: 1) “Persepsi stigma yang membatasi ruang dan waktu”, 2) “Peluang interaksi interpersonal menjadi sempit”, 3) “Stres mental sebagai emosi yang menantang”, 4) “Memperluas Upaya koping”.Hal ini dapat disimpulkan bahwa beban psikologis sangat dirasakan oleh orang yang hidup dengan penyakit tubercolusis karena perlakuan masyarakat dirasa sangat diskriminatif akibat stigma sosial yang berkembang di masyarakat, sehingga mereka kehilangan kesempatan untuk berinteraksi dengan masyarakat. Untuk alasan itu mereka mencoba untuk mengeksplorasi beberapa sumber daya pribadi dan lingkungan yang digunakan untuk memodifikasi koping yang adaptif dalam menyelesaikan beban psikologis yang dirasakan. Mengingat kemungkinan stigma dan diskriminasi yang masih berlangsung selama menjalani program pengobatan tubercolusis, sangat penting untuk mempertimbangkan beban psikologis dalam konteks ini, baik pada populasi umum dan kelompok yang terkena dampak dari stigma

Penulis: Dr. Abd.Nasir, S.Kep.Ns., M.Kep

Informasi lebih lengkap dari penelitian ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0303331

dengan doi: https://doi.org/10.1371/journal. pone.0303331