Universitas Airlangga Official Website

BEM FKG Gelar Webinar Komunikasi Efektif pada Pasien Lansia

drg Karina Mundiratri Sp Pros dalam Webinar Memamparkan Materi Komunikasi Efektif dengan Elderly (Foto: Sceenshoot Zoom Meeting)
drg Karina Mundiratri Sp Pros dalam Webinar memamparkan materi komunikasi efektif dengan elderly (Foto: Sceenshoot Zoom Meeting)

UNAIR NEWS – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kedokteran Gigi  (FKG) Universitas Airlangga (UNAIR) kembali mengadakan agenda tahunan, yakni Stovit Development Training (SDT) 2024. Program berupa pengembangan softskill bagi mahasiswa kedokteran gigi itu berlangsung Minggu (28/4/2024). SDT kali ini mengusung tema “Mastering Effective Communication with Elderly Patients” yang menyasar kelompok lansia.

Hadir dalam kegiatan, Dokter Spesial Prostodonsia, drg Karina Mundiratri SpPros sebagai narasumber. Ia mengatakan bahwa kelompok pasien lansia memiliki perbedaan persepsi dan keinginan. Maka dari itu, dokter harus mampu memahami berbagai kondisi kelompok usia melalui komunikasi yang baik. “Goals dari kemampuan komunikasi yang baik ini adalah untuk mencapai rencana treatment dan diagnosis yang mumpuni. Supaya treatment yang diberikan bisa lebih sesuai dengan kebutuhan,” jelasnya. 

Lebih lanjut, drg Karina mengungkapkan beberapa penyebab munculnya tantangan saat berkomunikasi dengan pasien lansia. Pertama, pengalaman hidup yang lebih panjang dapat memengaruhi cara pandang terhadap kesehatan. “Ibaratnya, beliau-beliau ini sudah makan asam garamnya kehidupan. Jadi, pandangan dan keinginan tertentu juga akan memengaruhi cara pandang dalam berkomunikasi,” ungkapnya. 

Kemudian, drg Karina juga menyampaikan bahwa latar belakang dari pasien lansia bisa berpengaruh pada sikap dan persepsinya. Termasuk cara berkomunikasi pasien dengan keluarganya yang juga menjadi penilaian kemampuan berkomunikasi.

Penurunan kondisi fisik, fungsi kognitif, dan kondisi kesehatan juga dapat berpengaruh pada keterbatasan komunikasi. Menyiasati itu, katanya, dokter seharusnya tidak menggunakan bahasa ilmiah dan menggunakan bahasa sederhana untuk menjelaskan diagnosis penyakitnya. “Kondisi pasien kelompok lansia yang memungkinkan adanya penurunan kondisi fisik dan kognitifnya. Harus bisa kita identifikasi untuk menentukan strategi komunikasi bagaimana yang dapat kita terapkan,” tuturnya. 

Setelah memahami penyebab munculnya tantangan dalam berkomunikasi, drg Karina juga berbagi tips pengalaman berkomunikasi yang baik dengan kelompok lansia. Baginya pengenalan akan kondisi pasien di awal pertemuan, menjadi kunci awal berkomunikasi yang baik. 

“Kita harus bisa bersifat terbuka dan positif di awal pertemuan, misalnya menanyakan keluhan yang saat ini mereka rasakan. Dari cara menyampaikan keluhan tersebut, dapat kita nilai bagaimana kemampuan berkomunikasi dari pasien dan memahami kebutuhan fisik dan emosi,” imbuhnya. 

Pada akhir, ia juga menyarankan untuk menghindari istilah-istilah medis yang sulit lansia mengerti dengan mengubahnya menjadi istilah yang sederhana. Bila perlu, dapat menggunakan gambar atau video visual. Menurut drg Karina, berkomunikasi yang baik dengan pasien, khususnya kelompok lansia dapat membantu pelaksanaan treatment atau pengobatan pasien. 

“Mengkomunikan secara positif, dapat meningkatkan kepercayaan pasien terhadap dokter gigi. Sehingga bisa terbentuk hubungan yang baik dan pasien dapat menuruti perawatan yang diberikan oleh dokter,” tegasnya. 

“Karena pada dasarnya pasien lansia hanya ingin didengar dan keluhan yang dirasakan bisa hilang. Jadi, kita harus lebih bisa bersikap empati,” tutup Karina. 

Penulis: Venni Tanujaya

Editor: Yulia Rohmawati