UNAIR NEWS – Warta bahagia kembali menyelimuti lingkungan Universitas Airlangga. Pada Jumat (10/6/2022), empat belas pegawai UNAIR yang menjadi calon jamaah haji menjalani acara pelepasan sebelum berangkat ke tanah suci.
Gelaran Pelepasan Calon Jamaah Haji bagi Pegawai di Lingkungan UNAIR itu dihadiri langsung oleh Rektor Prof Dr Mohammad Nasih SE MT Ak. Ia menyebutkan bahwa haji adalah perjalanan spiritual yang dilakukan seorang manusia.
“Sehingga bekal spiritualnya memang harus cukup kuat,” imbuhnya.
Ibadah haji, sambungnya, dilakukan oleh masyarakat muslim seluruh dunia. Karenanya, diperlukan sikap kepedulian yang tinggi. “Kita harus bisa saling peduli karena kita bertemu dengan banyak orang dengan berbagai macam ragamnya,” pesan Prof Nasih kepada calon jamaah haji.
Hal lain yang ia sampaikan adalah bagaimana calon jamaah haji harus memiliki kelapangan hati. Amarah harus menjadi sesuatu yang bisa dikendalikan. “Tidak kalah pentingnya adalah menahan marah dan mudah untuk memaafkan,” tutur pakar akuntansi ini.
Kepedulian dan kelapangan hati, ujar Prof Nasih, menjadi penting karena ibadah harus dilandasi dengan rasa ikhlas. “Ini bekal yang menurut saya menjadi penting karena ibadah spiritual itu harus dilakukan dengan seikhlas mungkin dalam rangka mendapatkan ridha dari Allah. Saya pikir itu pesan utamanya,” tutur Prof Nasih.
Akan tetapi, Prof Nasih menekankan bahwa ada bekal yang lebih penting daripada yang lain. “Jangan lupa bekal utama ibadah haji adalah dengan taqwa,” pungkas Prof Nasih.
Gubes UINSA Turut Bekali Calon Jamaah
Guna membekali para calon jamaah haji dengan hal-hal tersebut, UNAIR turut mengundang Prof Dr H Moh Ali Aziz MAg, guru besar Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya. Dalam ceramahnya, Prof Aziz menyampaikan perihal makna filosofis dari berbagai ritus dalam ibadah haji.
Salah satu rangkaian ibadah haji yang ia jelaskan adalah prosesi berlari-lari kecil dari bukit Shafa dan Marwah. Shafa berarti bersih, dan Marwah bermakna reputable. “Jadi kalau mau reputable, ya hatinya harus shafa. Harus bersih.” ujar dosen pascasarjana UINSA itu.
Prof Aziz juga menghubungkan ritus ibadah ini dengan surat al Fatihah. Jamaah haji mengitari bukit Shafa dan Marwah hingga tujuh kali. Menurutnya, hal ini sama dengan tujuh ayat yang ada dalam al Fatihah.
“Orang thawaf itu berarti diharapkan bisa menyerap pesan-pesan dalam surat al Fatihah,” jelas Prof Aziz.
Penulis: Ghulam Phasa Pambayung
Editor: Nuri Hermawan