Universitas Airlangga Official Website

Biawak Air dan Parasit: Tantangan dan Dampaknya pada Kesehatan

Ilustrasi biawak air (Sumber: kompas)

Biawak air, atau Varanus salvator, merupakan salah satu spesies dari keluarga Varanidae yang tersebar luas di Asia. Hewan ini tidak hanya terkenal sebagai hewan peliharaan eksotis, tetapi juga sebagai bagian dari kuliner tradisional di berbagai daerah di Indonesia. Selain itu, biawak air memainkan peran penting dalam ekosistem sebagai predator yang membantu mengontrol populasi hama dan hewan kecil lainnya. Meski memiliki nilai ekologis dan ekonomis, spesies ini juga terancam oleh perburuan dan perdagangan ilegal. Biawak air termasuk dalam Appendix II dari Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Flora dan Fauna Terancam Punah (CITES), yang berarti perdagangan spesies ini diatur ketat untuk mencegah eksploitasi yang dapat mengancam populasi mereka di alam liar. Ancaman perdagangan ilegal tidak hanya mengancam kesejahteraan biawak air, tetapi juga membawa risiko kesehatan bagi manusia, terutama melalui potensi penularan parasit zoonotik.

Penelitian terbaru yang dilakukan di Banyuwangi, Jawa Timur, memberikan wawasan penting tentang kondisi kesehatan biawak air liar di wilayah tersebut. Dari 105 biawak air yang ditangkap dan diperiksa, ditemukan bahwa 95.2% dari mereka terinfeksi oleh berbagai jenis helmin parasit. Penelitian ini mengidentifikasi lima spesies helmin yang berbeda, termasuk dua jenis cestoda (Duthiersia expansa dan Spirometra spp.), dua jenis nematoda (Tanqua tiara dan Physaloptera spp.), serta satu acanthocephalan (Sphaerechinorhynchus serpenticola). Tingginya tingkat infeksi ini menunjukkan bahwa parasitisme adalah masalah kesehatan utama bagi populasi biawak air liar di Banyuwangi.

Salah satu temuan paling signifikan dari penelitian ini adalah adanya larva Spirometra spp. di dalam jaringan viseral, otot, dan subkutan biawak air. Parasit ini dikenal sebagai agen zoonotik yang dapat menyebabkan penyakit sparganosis pada manusia. Sparganosis dapat terjadi melalui konsumsi produk reptil yang mentah atau setengah matang yang mengandung plerocercoid, tahap infektif dari parasit tersebut. Infeksi ini dapat menyebabkan pembentukan nodul yang menyerupai kelenjar getah bening yang membesar di jaringan subkutan, akibat migrasi plerocercoid. Nodul ini tidak hanya menimbulkan ketidaknyamanan, tetapi juga dapat menimbulkan komplikasi serius jika tidak segera diobati.

Selain itu, meskipun Duthiersia expansa tidak dianggap sebagai parasit zoonotik, prevalensi tinggi parasit ini pada biawak air di Banyuwangi, yang mencapai 60%, menunjukkan bahwa parasit ini juga merupakan ancaman serius bagi kesehatan biawak. Parasit ini biasanya ditemukan di mukosa usus halus biawak, di mana ia dapat menyebabkan iritasi dan malabsorpsi nutrisi, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kesehatan dan pertumbuhan biawak. Menariknya, morfologi scolex dari D. expansa yang ditemukan di Banyuwangi sangat mirip dengan yang ditemukan di biawak air di Sidoarjo, Indonesia, menunjukkan bahwa mungkin ada distribusi geografis yang luas dari parasit ini di antara populasi biawak air di Indonesia.

Penemuan tingginya prevalensi infeksi parasit pada biawak air ini menimbulkan kekhawatiran yang mendalam tidak hanya bagi kesehatan hewan, tetapi juga bagi manusia yang terlibat dalam penanganan dan konsumsi reptil ini. Infeksi oleh helmin parasit dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan pada biawak, termasuk malnutrisi dan kematian. Bagi manusia, infeksi oleh parasit zoonotik seperti Spirometra spp. dapat menimbulkan masalah kesehatan yang serius, terutama di daerah di mana konsumsi daging biawak masih menjadi praktik umum. Oleh karena itu, langkah-langkah pengendalian yang ketat diperlukan untuk mengurangi risiko penyebaran parasit zoonotik dari biawak air ke manusia.

Beberapa rekomendasi yang dapat diambil untuk mengurangi risiko ini antara lain pengawasan dan pemantauan rutin terhadap populasi biawak liar untuk mendeteksi keberadaan dan prevalensi parasit zoonotik. Selain itu, edukasi kepada masyarakat tentang bahaya konsumsi daging reptil mentah atau setengah matang dan cara memasak yang aman untuk mencegah infeksi sangat penting. Penegakan regulasi yang ketat terhadap perdagangan ilegal biawak air dan penerapan standar kesejahteraan hewan yang tinggi dalam perdagangan hewan peliharaan eksotis juga sangat diperlukan. Lebih lanjut, penelitian harus dilanjutkan untuk memahami lebih dalam mengenai siklus hidup dan mekanisme infeksi parasit pada biawak serta dampaknya terhadap kesehatan manusia dan hewan.

Studi mengenai helmin parasit pada biawak air di Banyuwangi menyoroti perlunya perhatian serius terhadap risiko kesehatan yang ditimbulkan oleh infeksi parasit zoonotik. Upaya pengendalian yang efektif, edukasi publik, dan regulasi perdagangan yang ketat merupakan langkah-langkah penting untuk melindungi kesehatan manusia dan kesejahteraan hewan. Dengan demikian, penelitian ini tidak hanya berkontribusi pada pemahaman kita tentang biodiversitas helmin parasit, tetapi juga memiliki implikasi penting untuk kesehatan masyarakat dan konservasi satwa liar.

Penulis: drh. Aditya Yudhana M.Si dan drh. Ryanka Edila, M.Si.