Kehamilan dan persalinan adalah periode transisi kehidupan yang kritis. Di negara-negara Asia dan Afrika, kepercayaan dan praktik tradisional sering dikaitkan dengan kehamilan, persalinan, dan masa nifas. Secara historis, beberapa praktik ini termasuk berdoa, ritual atau upacara, makanan pantangan, makanan yang harus dimakan, perilaku tabu, pijat tradisional, kepecayaan pada dukun, pengobatan dan jamu tradisional, dan kepercayaan lainnya. Konteks budaya mencakup nilai-nilai, kepercayaan, moral, adat istiadat, dan praktik yang diterima oleh suatu komunitas atau kelompok yang sering diwariskan ke generasi berikutnya dengan menyebarkan dan menerapkan praktik tersebut. Indonesia memiliki ribuan pulau dengan beragam suku dan latar belakang budaya, menciptakan budaya yang unik. Banyak ritual yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan di Indonesia, antara lain upacara tujuh bulan kehamilan (yang melambangkan rasa syukur, keinginan untuk kelahiran yang lancar dan kesehatan yang baik untuk ibu dan bayi) dan pemberian jamu tradisional untuk ibu hamil dan menyusui. Masyarakat Madura masih menganggap dukun bayi memiliki peran penting dalam pelayanan antenatal bersama dengan petugas kesehatan, sementara praktik budaya, kepercayaan dan tabu yang terkait dengan ibu hamil pada masyarakat Madura cukup unik, beberapa budaya memiliki kemiripan dengan budaya Jawa.
Budaya dan tradisi adat yang sering dilakukan antara lain ritual bulan keempat dan bulan ketujuh serta pijat kehamilan. Digambarkan dilakukan secara turuntemurun sebagai rasa syukur kepada Tuhan atas berkah kehamilan, agar kehamilannya selamat, janinnya sehat. dan suara dan anak itu baik. Wanita hamil takut jika mereka tidak mengikuti tradisi yang ada, akan menimbulkan masalah selama kehamilan mereka, seperti keguguran, kelahiran yang sulit atau dampak negatif lainnya pada ibu dan bayi. Dua ritual adat yang sudah berlangsung lama (bulan keempat dan ketujuh) sering dilakukan. Status ekonomi keluarga akan menentukan kemeriahan yang dilaksanakan, namun tahapan ritualnya sama. Kepercayaan dan praktik tradisional sama untuk ketiga trimester, dan dapat dibagi menjadi 1) tabu dan 2) saran untuk wanita hamil dan suaminya. Semua kepercayaan dan praktik tradisional dipatuhi dan dilakukan untuk memastikan kesehatan dan keselamatan ibu dan bayi, memfasilitasi kelahiran dan memastikan bayi menjadi orang yang baik.
Ritual Empat Bulanan
Ritual bulan keempat biasanya diadakan dari usia kehamilan 3 bulan 10 hari sampai dengan yang keempat bulan. Ini diyakini sebagai titik di mana jiwa atau kehidupan ‘dihembuskan’ ke dalam janin di dalam rahim. Ritual itu diyakini sebagai waktu yang tepat untuk memastikan ‘kebaikan’ pada sang anak. Peserta percaya bahwa Tuhan akan memberikan setiap kebajikan pada usia kehamilan empat bulan sehingga orang harus melakukan kegiatan ritual seperti membaca dan membaca Al-Quran (Surah Maryam, Surah Yusuf dan Surah Muhammad) dan berdoa. Para peserta juga percaya bahwa berbagai perbuatan baik perlu dilakukan agar janin menjadi manusia yang baik; ini akan memastikan mereka berperilaku baik, baik hati dan memiliki kepribadian yang baik. Ibu hamil dan suaminya merasa perlu beramal saleh seperti membaca Al-Qur’an dan tidak membunuh binatang. Membaca Al-Qur’an dianggap memberikan kebaikan bagi keluarga dan anak. Sebaliknya, jika orang tua atau suami membunuh binatang, perbuatan jahat ini akan diturunkan kepada anaknya. Perbuatan buruk selama kehamilan dapat diturunkan kepada seorang anak, dan memastikan ibu hamil dan keluarganya menjalankan keyakinan tersebut.
Ritual Tujuh Bulanan
Tradisi ibu hamil trimester ketiga merupakan ritual bulan ketujuh yang lebih kompleks dibandingkan dengan tradisi bulan keempat. Rutinitas bulan ketujuh termasuk membaca Al Qur’an, ritual mandi sambil membawa kelapa dan memecahkan telur. Tradisi ini hanya dilakukan untuk anak pertama perempuan. Untuk kehamilan berikutnya, masyarakat akan membaca Al-Quran pada bulan ketujuh. Budaya mementingkan anak pertama, ‘penerus keluarga’, yang dianggap istimewa. Anak kedua dianggap diwakili oleh anak pertama, artinya ritual yang dilakukan pada kehamilan pertama akan berlaku untuk kehamilan berikutnya. . Hanya doa yang dibacakan untuk anak kedua, tidak ada mandi atau prosesi. Filosofi atau makna di balik ritual bulan ketujuh adalah pemurnian, memfasilitasi proses kelahiran dan pengakuan Tuhan dalam kehidupan anak sejak dalam kandungan. Ritual mandi dilakukan untuk mensucikan janin dalam kandungan agar bersih dan suci. Menjatuhkan sebutir telur dari pangkuan ke bawah merupakan tindakan simbolis yang mencerminkan proses melahirkan dalam telur yang meluncur dan pecah di tanah. Itu juga dianggap melambangkan ketauhidan, konsep Tauhid dalam Islam; Tuhan itu satu dan tunggal. Ada variasi dalam skala ritual yang dilakukan. Apakah praktiknya rumit atau sederhana tergantung pada status keuangan keluarga.
Tahapan ritual tujuh bulanan terdiri dari :
- Tahap pertama adalah berdoa dan membaca Al-Quran (pengajian), yang membantu memastikan anak menjadi orang yang baik (berkelakuan baik, baik hati dan berkepribadian baik). ). Tetangga dan kerabat diundang untuk sholat, mengaji dan makan.
- Tahap kedua adalah mandi, dimana calon ayah dan ibu duduk dan menuangkan air bercampur bunga dengan menggunakan gayung yang terbuat dari batok kelapa. Ritual ini dilakukan oleh dukun, kyai dan kerabat. Setelah keluarga menyiramkan air pada calon orang tua, mereka akan memasukkan uang receh ke dalam ember, yang kemudian dikumpulkan untuk dukun atau bidan. Dukun memimpin proses mandi, dan pemimpin Muslim membaca Al-Qur’an dan berdoa.
- Tahap ketiga adalah memegang atau membawa kelapa. Dua kelapa (biasanya kuning) disiapkan, satu dengan tulisan Arab di bagian luar dan yang lainnya dengan huruf Jawa. Niatnya untuk memperkenalkan Huruf arab, sebagai dasar membaca Al-Qur’an, dan huruf jawa pada anak, agar mereka cerdas baik dalam agama maupun pendidikan. Calon ibu atau ayah akan memegang kelapa di pangkuannya saat mandi. Mereka kemudian akan disimpan di kamar tidur mereka sampai ibu melahirkan, setelah itu kelapa dibuang atau ditanam. Ritual ini juga mencerminkan ketauhidan.
- Tahap keempat melibatkan meletakkan telur di pangkuan calon ibu, yang kemudian berdiri, menyebabkan telur jatuh dan pecah. Jika telur tidak pecah saat dia berdiri, dia akan didorong untuk menginjaknya untuk memecahkannya. Ini dilakukan untuk mendorong kelahiran yang mudah.
Pijat Kehamilan
Peran dukun bayi lebih ditekankan pada perawatan kehamilan (pijat kehamilan) dan nifas (memandikan bayi), termasuk membuatkan jamu untuk ibu hamil dan ibu nifas. Saat ini Sebagian besar dukun di Madura telah bermitra dengan puskesmas setempat sehingga tidak melayani persalinan tetapi mendampingi saat ibu melahirkan di layanan kesehatan baik bidan atau puskesmas. Pijat kehamilan sering dilakukan pada ibu hamil. Proses tersebut pertama kali dilakukan pada ibu hamil pada usia kehamilan 4 bulan; kurang dari 4 bulan dianggap terlalu muda untuk dipijat. Tujuannya untuk memperbaiki posisi bayi dan mengurangi kekakuan dan kelelahan ibu selama hamil. Ini bisa memakan waktu hingga 30 menit, dan melibatkan penggunaan minyak zaitun atau minyak kelapa. Jika posisi bayi salah, ibu akan mengalami ketidaknyamanan dan kesulitan berjalan dan buang air kecil; dukun bayi akan ‘memperbaiki’ posisi bayi dengan pijat ‘junjung’ (pusing up). Semua ibu hamil di Madura Sebagian besar melakukan “junjung” minimal 1x dalam periode masa kehamilan antara 4 bulan-9 bulan sbelum kelahiaran.
Penulis: Riris Diana Rachmayanti
Jurnal: https://www.magonlinelibrary.com/doi/abs/10.12968/bjom.2023.31.3.148