Universitas Airlangga Official Website

Cegah Diabetes, Mahasiswa UNAIR Usung Inovasi Pasta Gigi Berbahan Dasar Minyak Bandeng

Tim PKM-RE UNAIR yang lolos pendanaan dengan mengusung soal inovasi pasta gigi berbahan dasar minyak bandeng. (Foto: Istimewa)
Tim PKM-RE UNAIR yang lolos pendanaan dengan mengusung soal inovasi pasta gigi berbahan dasar minyak bandeng. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Saat ini, diabetes melitus masih menjadi momok bagi masyarakat Indonesia. International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan bahwa pada 2021 Indonesia menduduki peringkat ke-5 dunia sebagai penderita diabetes terbanyak. Sebanyak 19,5 juta penduduk Indonesia merupakan pengidap diabetes, maka dari itu persoalan seputar diabetes tidak dapat lagi dipandang sebelah mata.

Menanggapi fenomena tersebut, mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga berusaha memberikan inovasi dalam menangani diabetes. Mahasiswa tersebut adalah Amalia Khusna Lathifah, Lina Nur Laili, Chyeisha Priscilla Serafinne, Almadhani Nur Fadila, dan Griselda Yolanda. Di bawah bimbingan Irma Josefina Savitri, drg PhD SpPerio(K), mereka berhasil lolos pendanaan Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2024. 

Riset yang diangkat Amalia dan tim berhasil lolos pendanaan pada skema PKM-Riset Eksakta (PKM-RE). Adapun judul yang diangkat yaitu, “Formulasi Produk Inovatif O-Chadent Omega-3 dalam Minyak Bandeng sebagai Bahan Dasar Dentifrice Pencegah Penyakit Periodontal pada Penderita Diabetes Melitus”. 

Dentifrice atau pasta gigi merupakan produk perawatan gigi paling umum di pasaran. Namun, produk pasta gigi yang ada di pasaran dinilai masih dapat memberikan efek samping buruk pada pengguna. “Kami mencari bahan alternatif yang relatif aman yaitu omega 3 minyak bandeng. Ini karena omega-3 minyak bandeng memiliki kombinasi sifat antiinflamasi, antibakteri, dan antioksidan yang bisa mengatasi penyakit periodontal pada diabetes melitus,” ungkap Amalia.

Amalia dan tim memilih bandeng sebab menurut riset, bandeng memiliki kadar omega 3 yang tinggi bahkan melebihi salmon. Selain itu, Indonesia pada dasarnya juga dikenal sebagai salah satu negara pengekspor bandeng terbesar di dunia. Hal ini juga didukung dengan bandeng yang mudah ditemukan di pasaran serta memiliki harga yang relatif terjangkau.

Saat ini, Amalia dan tim mengatakan bahwa mereka sudah melakukan beberapa langkah riset yang diperlukan. “Kami sudah selesai untuk ekstraksi minyak bandeng juga uji sifat fisikokimia. Untuk sekarang kami melakukan uji karakterisasi. Nantinya juga akan ada uji in silico,” paparnya.

Selama kurang lebih 4 bulan melakukan riset, Amalia menyadari bahwa ada banyak hal yang dapat dipelajari selain riset itu sendiri. “Saya sebagai ketua banyak belajar soal memimpin, membagi waktu, juga kerja sama,” ungkapnya. 

Selain itu, bagi Amalia, riset ini memberikan keuntungan tersendiri baginya. Misalnya ada beberapa jenis tes yang hanya diajarkan berupa teori selama di perkuliahan, namun lewat riset ini ia bisa melakukan praktik secara langsung. Hal ini turut memberikan pengalaman dan pembelajaran yang lebih bagi Amalia.

Penulis: Afifah Alfina

Editor: Khefti Al Mawalia