Universitas Airlangga Official Website

Dampak Nanoplastik terhadap Respons Imun dan Kesehatan Reproduksi Ikan

Ilustrasi ikan nila
Ilustrasi ikan nila

Nanoplastik (NP) merupakan partikel beracun yang ada di sekitar kita. Tanpa kita sadari, partikel plastik yang berukuran kecil ini dapat masuk ke dalam tubuh. Kelimpahan dan distribusi NP di lingkungan sekitar kita menjadi perhatian khusus karena dampaknya pada kesehatan manusia. Partikel kecil ini dapat masuk ke tubuh baik secara langsung maupun tidak langsung melalui saluran pernafasan, pencernaan, dan permukaan kulit.

Di alam, partikel NP terbentuk melalui proses degradasi dari partikel mikroplastik terurai menjadi partikel yang lebih kecil yaitu NP. Dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan partikel NP banyak untuk kegiatan industri, bahan baku perawatan tubuh, kosmetik dan lain-lain. Di mana tanpa kita sadari partikel beracun tersebut masuk dan terakumulasi dalam tubuh.

Di lingkungan perairan, partikel plastik berukuran kecil (mikro atau nano plastik) kategorinya sebagai mikro-nanoplastik primer ketika partikel plastik ini langsung dilepaskan ke lingkungan. Umumnya berbentuk mikrofiber, fragmen, manik-manik, dan pelet plastik. Mikronano plastik sekunder berasal dari degradasi produk plastik yang lebih besar setelah terpapar ke lingkungan. Dengan bentuk teratur atau tidak beraturan yang terbentuk dari proses abrasi, keausan mekanis sebagai aksi gelombang, fotooksidasi, dan degradasi biologis hingga ukuran kecil.

Kontaminasi partikel plastik berukuran sangat kecil (NP) di perairan dapat terakumulasi dalam organisme akuatik dan mengganggu metabolismenya, termasuk ikan. Paparan jangka panjang tidak hanya menyebabkan stres oksidatif namun juga berpengaruh terhadap kerusakan jaringan organ vital khususnya organisme yang hidup di perairan, ikan air tawar.

Efek buruk dari partikel NP yang dapat menimbulkan kombinasi toksisitas. Sebab kemampuannya untuk berikatan dengan polutan organik dan lanorganik (ogam berat), sehingga meningkatkan bioavailabilitas. Melimpahnya partikel NP di perairan menimbulkan kekhawatiran akan potensi toksisitasnya bagi organisme akuatik termasuk ikan yang sering manusia konsumsi.

Berdasarkan kajian ilmiah, terdapat resiko besar yang muncul akibat paparan NP di perairan dapat mengganggu kesehatan reproduksi ikan sehingga menyebabkan terjadinya gangguan fertilisasi. Selain itu, NP mempunyai kemungkinan besar penyebab terjadinya kematian sel apoptosis.

Di sisi lain, ikan nila merupakan salah satu ikan air tawar yang mudah beradaptasi dengan lingkungannya. Ikan nila dapat bertahan dalam air dengan tingkat salinitas 0-15 ppt. Namun demikian, untuk pertumbuhan dan perkembangan optimal, ikan nila biasanya lebih cocok di lingkungan air tawar atau air dengan salinitas yang rendah. Ikan ini mempunyai nilai ekonomis tinggi dari kandungan protein omega-3 di dagingnya. Ikan nila memiliki karakteristik yang sesuai dan kemampuan beradaptasi di berbagai lingkungan sangat tinggi.

Selain itu, ikan nila juga memiliki kemampuan reproduksi yang tinggi sehingga bermanfaat sebagai sumber protein pengganti daging merah. Namun demikian, sangat perlu kita cermati dampak toksisitas kontaminasi NP yang terakumulasi dalam tubuh ikan nila, khususnya terhadap respon imun dan kemampuan reproduksinya.

Ketika habitan ikan nila terpapar oleh partikel NP, hasil penelitian menunjukkan bahwa partikel tersebut menggangu sistem kekebalan (respon imun) ikan, selain itu juga berpengaruh terhadap organ reproduksi dalam menghasilkan gamet untuk reproduksi. Lingkungan perairan yang tercemar NP menurunkan kualitas reproduksi ikan. Semakin tinggi konsentrasi paparan NP, semakin buruk kemampuan terjadinya fertilisasi.

Dari penelitian yang telah peneliti lakukan, peneliti menyarankan untuk meningkatkan manajemen pengolahan limbah plastik meningkat. Selain itu, dalam kehidupan sehari-hari kita juga harus meminimalisasi penggunaan bahan baku dari plastik.

Penulis: Alfiah Hayati

Informasi detail dari riset: https://www.tjnpr.org/index.php/home/article/view/3563/4075