Universitas Airlangga Official Website

Daun Katuk untuk Terapi Penyakit Gigi Terinfeksi Bakteri

Kesehatan gigi dan mulut telah banyak dikeluhkan oleh masyarakat. Bakteri dapat tumbuh pada gigi dan mulut dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut. Bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans (A.a) merupakan bakteri gram negatif yang merupakan salah satu flora dalam rongga mulut yang berpotensi menyebabkan penyakit periodontal khususnya localized aggressive periodontitis. Penyakit periodontal adalah suatu penyakit inflamasi pada jaringan penyokong gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik, mengakibatkan kerusakan progresif pada ligamen periodontal dan tulang alveolar dengan pembentukan poket, resesi atau keduanya. Bakteri Enterococcus faecalis adalah bakteri Gram-positif yang tumbuh pada saluran akar menyebabkan bakteri ini menjadi patogen yang dapat mengakibatkan kerusakan saluran akar gigi.

Penggunaan antibiotik telah banyak dilakukan untuk menangani masalah gigi dan mulut. Namun, penggunaan antibiotik yang berlebihan dapat menyebabkan perubahan sifat bakteri menjadi resistan. Perubahan sifat bakteri menjadi resistan ditandai dengan pembentukan biofilm. Biofilm adalah suatu komunitas sel bakteri yang terstruktur dan saling menempel, memproduksi matriks polimer, melekat pada permukaan biologis maupun benda mati dan mampu bertahan terhadap antibiotik, desinfektan, bahkan mampu tahan terhadap sistem immunitas hospesnya. Manifestasi klinis dari infeksi oleh bakteri pembentuk biofilm adalah adanya resistensi terhadap pengobatan antibiotic. Terapi antibiotik pada umumnya hanya akan membunuh sel-sel bakteri planktonic (yang berenang-berenang di luar biofilm) sedang bentuk bakteri yang tersusun rapat dalam biofilm akan tetap hidup dan berkembang serta akan melepaskan bentuk sel-sel planktonic keluar dari formasi biofilm.

Photodynamic Inactivation (PDI) adalah modalitas pengobatan fotonik non invasif memanfaatkan cahaya, agen penyerap cahaya (fotosensitiser) menghasilkan produk spesies oksigen radikal  (ROS) yang akan membunuh bakteri. Sumber cahaya yang digunakan antara lain laser yang memiliki berkas monokromatis. Spektrum Panjang gelombang laser disesuaikan dengan spektrum serap fotosensitiser yang digunakan, umumnya dalam range biru dan merah.

Bakteri secara alami menghasilkan fotosensitiser alami yang disebut porfirin. Penambahan fotosensitiser dari bahan-bahan organic seperti klorofil akan meningkatkan efektivitas produksi ROS dan reduksi bakteri penginfeksi. Daun katuk (Sauropus androgynus (L) Merr) memiliki kandungan klorofil 1509,1 mg/kg, digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai sayuran pelancar ASI, mengandung antioksidan, anti inflamatory, dan anti diabetes. Klorofil daun katuk memiliki spektrum absorpsi yang luas, sifatnya mudah larut, tidak toksik, serta tidak beracun sehingga memiliki potensi yang besar sebagai agen fotosensitiser eksogen untuk terapi fotoinaktivasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian fotosensitizer klorofil daun katuk (Sauropus androgynus (L) Merr) untuk mereduksi biofilm Aggregatibacter actinomycetemcomitans dan biofilm Enterococcus faecalis. Sumber cahaya yang digunakan adalah laser dioda  merah dan biru. Sampel dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok control negative, control positif, kelompok treatment laser biru (B) dan laser merah (R) dengan dan tanpa penambahan klorofil daun katuk 1.6 mg/ml dengan variasi rapat energi paparan laser 2,5 J/cm2, 5 J/cm2, 7,5 J/cm2, dan 10 J/cm2. Sampel diuji dengan ELISA reader dan hasilnya dianalisis dengan uji two way anova faktorial untuk mengetahui efek pemaparan laser dan penambahan fotosensitiser klorofil.

Hasil penelitian biofilm A. actinomycetemcomitans menunjukkan treatment laser dioda biru 10 J/cm2 dengan penambahan klorofil menghasilkan persentase reduksi sebesar 86,12%, sedangkan dengan laser diode merah 2.5 J/cm2 menghasilkan reduksi 54,34 %. Pada biofilm E. faecalis treatment laser dioda merah rapat energi 10 J/cm2 dengan penambahan klorofil sebesar 86,41 %, sedangkan laser dioda biru 2,5 J/cm2 tanpa penambahan klorofil menghasilkan persentase reduksi biofilm sebesar 54,40 %.  Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemaparan laser dioda biru dan merah mengaktivasi klorofil daun katuk menghasilkan ROS yang akan mereduksi biofilm Aggregatibacter actinomycetemcomitan dan biofilm E. faecalis sebesar 86%.

Penulis : Suryani Dyah Astuti dan P.A.D. Permatasari

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

file:///Users/suryanidyah/Downloads/579-1640-1-SM.pdf