Penelitian terkini menunjukkan bahwa ada hubungan antara umur, tingkat pendidikan dan aktivitas fisik perokok pasif dengan kejadian DM Tipe 2. Umur pada perokok pasif memiliki hubungan dengan kejadian Diabetes Melitus Tipe 2. Umur >45 tahun pada perokok pasif memiliki risiko terkena Diabetes Melitus Tipe 2 57 kali daripada umur 18-45 tahun. Tingkat Pendidikan pada perokok pasif memiliki hubungan dengan kejadian Diabetes Melitus Tipe 2. Tingkat Pendidikan tidak sekolah/tamat SD pada perokok pasif memiliki risiko terkena Diabetes Melitus Tipe 2 8,09 kali daripada tingkat Pendidikan perguruan tinggi. Sedangkan tingkat Pendidikan SMP dan SMA tidak memiliki hubungan dengan kejadian Diabetes Melitus Tipe 2. Aktivitas fisik pada perokok pasif memiliki hubungan dengan kejadian Diabetes Melitus Tipe 2. Aktivitas fisik kurang pada perokok pasif memiliki risiko terkena Diabetes Melitus Tipe 2 3,463 kali daripada aktivitas fisik cukup. Sedangkan tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin perokok pasif dengan kejadian DM Tipe 2 di RSU Haji Surabaya tahun 2019.
Terdapat dua keadaan yang memiliki peran dalam timbulnya penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 yaitu resistensi insulin dan disfungsi sel β pancreas, kedua kejadian tersebut dapat menyebabkan komplikasi terhadap penyakit lain, yaitu kebutaan, serangan jantung, stroke, gagal ginjal dan amputasi kaki. Faktor risiko Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2) yang dapat dimodifikasi yaitu berat badan lebih, obesitas, kurangnya aktivitas fisik, perilaku sedentari, hipertensi, dislipidemia, diet tidak sehat dan merokok
Diabetes mellitus tipe 2 (DMT2) menyumbang sekitar 90% dari semua kasus diabetes. Pada DM Tipe 2, terjadi penurunan kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati, dan ini didefinisikan sebagai resistensi insulin Penyebab resistensi insulin sering diakibatkan oleh obesitas dan kurang nya aktivitas fisik serta penuaan. Kejadian lain yang dapat menyebabkan DM Tipe 2 adalah disfungsi sel β pankreas , sel β akan menunjukan gangguan pada sekresi insulin fase pertama, dimana sekresi insulin gagal mengkompensasi resistensi insulin. Apabila tidak ditangani dengan baik, maka akan terjadi kerusakan sel-sel β pankreas. Kerusakan sel-sel β pankreas akan terjadi secara progresif dan akan menyebabkan defisiensi insulin, sehingga akhirnya penderita memerlukan insulin eksogen. Apabila sel β pankreas tidak dapat memproduksi sekresi insulin dengan segera serta cepat untuk mengimbangi resistensi insulin, akan muncul hiperglikemia puasa dan diabetes. Diabetes Melitus dapat menyebabkan komplikasi terhadap penyakit lain, yaitu kebutaan, serangan jantung, stroke, gagal ginjal dan amputasi kaki. Diabetes Melitus dapat dikelola dan dicegah komplikasinya, terutama ketika terdeteksi lebih awal. Bahkan lebih baik lagi apabila melakukan pencegahan dengan membuat perubahan gaya hidup, seperti meningkatkan diet dan latihan fisik.
Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor risiko dari penyakit Diabetes Mellitus. Aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang mengeluarkan energi. Aktivitas fisik terdiri dari aktivitas berat, aktivitas sedang dan aktivitas ringan. Aktivitas fisik diperkirakan menjadi penyebab utama sekitar 21-25% kejadian kanker payudara dan usus besar, 27% kejadian diabetes, dan sekitar 30% beban penyakit jantung iskemik secara global Selain aktivitas fisik, merokok juga merupakan faktor risiko kejadian penyakit diabetes. Hal tersebut sejalan dengan penelitian kohort yang dilakukan oleh Kowall et.al, didapati hasil apabila menjadi perokok aktif dan perokok pasif meningkatkan kemungkinan terkena diabetes melitus tipe 2.
Penulis: Dr. Santi Martini, dr., M.Kes
Link Jurnal: Determinants of Type 2 Diabetes Mellitus among Passive Smokers
www.journal.fkm.ui.ac.id/kesmas/article/view/5723/1481