UNAIR NEWS – HIMA Hubungan Internasional UNAIR kembali mengadakan Diskusi Ilmiah Agak Serius (DIAS) secara luring pada Kamis (10/11/2022). Dua pemantik dari elemen mahasiswa dihadirkan pada kegiatan tersebut, yakni Ghulam Phasa Pambayung dan Syah Muhammad Akbar. Topik yang diangkat pada seri DIAS ini adalah “The Discursive Power of Memes in the International Politics.”
Ghulam mengatakan bahwa eksistensi meme telah berevolusi menjadi lebih daripada sekadar bentuk komedi saja. Ia kini telah menjadi media yang memiliki tendensi politik, sebuah piranti untuk menyalurkan pesan politik atau aktivisme. Bilamana dikontekskan dalam politik internasional, Ghulam mencontohkan bagaimana akun resmi media sosial pemerintah Ukraina merespon agresi militer dari Rusia.
“Meme dapat menjadi komunikasi politik Ukraina terhadap masyarakat internasional. Dengan meme, mereka mendapatkan simpati publik atas kondisinya. Itu merupakan salah satu mekanisme mereka untuk mempertahankan diri (defense mechanism),” ujar mahasiswa yang juga merupakan kontributor UNAIR NEWS itu.
Meme juga telah berevolusi menjadi jurnalisme digital publik dalam definisi luas. Premis ini dilambungkan Ghulam karena meme makin up to date dalam merespon isu-isu sosio-politik dan sosio-kultural yang muncul.
Namun karena premisnya yang harus berunsur komedik dan singkat akan informasi, Ghulam juga menyerukan perlunya pertimbangan terkait dampak apa yang bisa diberikan oleh meme. Skeptisisme itu juga dilontarkan oleh Syah, mengingat bahwa meme pasti mustahil dalam menyelesaikan isu-isu kompleks dan merubah status quo.
“Dalam lanskap perpolitikan dunia yang sarat akan problem sistemik seperti krisis iklim, kita masyarakat biasa itu powerless. Kita ini tidak bisa ngapa-ngapain, ya sudah kita ngememe. Tapi aku tidak mau mengajak kalian (audiens) menjadi nihilis, karena justru realita ini bisa menjadi kesempatan dalam memanfaatkan kekuatan meme,” ujar mahasiswa angkatan 2021.
Syah menjelaskan bahwa meme ini bak kanvas kosong yang dapat diisi oleh pesan-pesan yang melawan problematika global. Meme dapat menjadi media perlawanan orang muda yang minim effort, tetapi menjadi solusi yang masuk akal. Entah dalam spektrum politik manapun, semua bisa menggunakan meme. Kedua, Syah mengatakan bahwa tujuan utama dari meme adalah untuk disebarkan ke orang-orang. Sehingga, itu merupakan media aktivisme yang lebih sederhana tetapi lingkup persebarannya lebih luas.
“Tanpa menegasikan kekuatan akademik dari aktivisme yang memajukan kemanusiaan, perlu dipertimbangkan langkah aktivisme dengan meme,” tutup Syah.
Penulis: Pradnya Wicaksana
Editor: Nuri Hermawan