Universitas Airlangga Official Website

Dilema Keberlanjutan Lingkungan China di Tengah Pertumbuhan Ekonomi

Dilema Keberlanjutan Lingkungan China di Tengah Pertumbuhan Ekonomi
Ilustrasi aktivitas perekonomian di China (sumber: kompas)

China, sebagai salah satu kekuatan ekonomi terbesar di dunia, telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat dalam beberapa dekade terakhir. Namun, kemajuan ini tidak datang tanpa konsekuensi. Industrialisasi dan urbanisasi yang cepat telah memberikan tekanan besar pada lingkungan, menimbulkan pertanyaan krusial: dapatkah China mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan tanpa mengorbankan keberlanjutan lingkungannya?

Sebuah studi terbaru yang telah terbitk dalam jurnal Sustainability yang merupakan kolaborasi dari beberapa peneliti dari berbagai universitas di dunia termasuk Dr. Miguel Angel Esquivias Padilla, M.SE yang merupakan dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ekonomi Pembangunan mencoba menjawab pertanyaan ini dengan menyelidiki hubungan kompleks antara teknologi lingkungan, keuangan hijau, sumber daya alam, pertumbuhan ekonomi, dan keberlanjutan lingkungan di China. Studi ini menggunakan Environmental Sustainability Index (ESI) untuk mengukur keberlanjutan lingkungan dan menganalisis data dari tahun 2000 hingga 2021 dengan menerapkan model “augmented autoregressive distributed lag (AARDL)”.

Landasan

Laju industrialisasi yang pesat di dunia secara bertahap telah mengubah kendali manusia dan penaklukan alam menjadi perampasan dan penghancuran alam. Pengurasan sumber daya alam yang cepat dan degradasi kondisi ekologi yang berkelanjutan merupakan hasil dari perkembangan ekonomi yang luas. Dalam beberapa dekade terakhir, China telah mengalami kemajuan ekonomi dan sosial yang pesat. Namun pada saat pesatnya pertumbuhannya ini, kondisi ekologi China telah mengalami kerusakan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Menurut “Carbon Dioxide Emission Report 2022” yang telah dipublikasikan oleh IEA. Emisi karbon dioksida China pada tahun 2022 mencapai 1147,7 juta ton. Akibatnya, pemerintah China berada di bawah tekanan internasional untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (GHG). China juga menghadapi tantangan signifikan dalam konservasi keanekaragaman hayati. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah China terus memperkenalkan kebijakan terkait lingkungan untuk mendukung ekonomi berkelanjutan (SD / sustainable development). Dalam hal ini, teknologi lingkungan berkelanjutan (ETECH / sustainable environmental technologies) dan keuangan hijau (GRFin / green finance) muncul sebagai faktor kunci dalam mempromosikan ekonomi berkelanjutan.

Salah satu temuan menarik dari studi ini adalah bahwa teknologi lingkungan berkelanjutan (ETECH) memiliki dampak positif terhadap lingkungan dalam jangka pendek. Namun, dalam jangka panjang, dampaknya tidak signifikan. Hal ini disebabkan oleh efek rebound, di mana peningkatan efisiensi energi dapat menyebabkan peningkatan konsumsi energi secara keseluruhan. Selain itu, teknologi baru seringkali menimbulkan tantangan lingkungan baru, seperti konflik penggunaan lahan dan hilangnya keanekaragaman hayati.

Keuangan Hijau

Studi ini juga mengungkapkan bahwa keuangan hijau (GRFin) memiliki peran penting dalam mendorong keberlanjutan lingkungan. GRFin, yang mencakup investasi dan pinjaman untuk proyek-proyek ramah lingkungan, terbukti efektif dalam memobilisasi sumber daya untuk inisiatif hijau. Dengan memberikan insentif ekonomi untuk praktik berkelanjutan, GRFin dapat mendorong perusahaan dan individu untuk berinvestasi dalam teknologi bersih dan mengurangi dampak lingkungan mereka.

Penelitian ini juga menyoroti dampak negatif dari ekspansi ekonomi dan eksploitasi sumber daya alam terhadap keberlanjutan lingkungan di China. Pertumbuhan ekonomi yang pesat seringkali disertai dengan peningkatan eksploitasi sumber daya alam, seperti pertambangan, deforestasi, dan penggunaan air yang berlebihan. Aktivitas ini berkontribusi pada degradasi lingkungan, penurunan kualitas udara dan air, serta hilangnya keanekaragaman hayati. Dalam jangka panjang, eksploitasi sumber daya alam yang tidak berkelanjutan dapat mengancam kesehatan ekosistem dan kesejahteraan manusia.

Temuan

Temuan ini menimbulkan dilema kebijakan yang signifikan bagi China. Di satu sisi, pertumbuhan ekonomi sangat penting untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dan mengurangi kemiskinan. Di sisi lain, pertumbuhan yang tidak terkendali dapat menyebabkan kerusakan lingkungan yang tidak dapat diperbaiki. Oleh karena itu, China perlu mencari cara untuk menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dengan keberlanjutan lingkungan.

Berdasarkan temuan-temuan ini, jelas bahwa keberlanjutan lingkungan memerlukan pendekatan yang komprehensif dan terintegrasi. Teknologi bersih, keuangan hijau, dan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan semuanya memainkan peran penting dalam mencapai tujuan ini. Pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil perlu bekerja sama untuk menciptakan kebijakan dan praktek yang mendukung keberlanjutan lingkungan.

Selain itu, penelitian ini menyoroti pentingnya pendidikan dan kesadaran publik tentang isu-isu lingkungan. Dengan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya keberlanjutan dan mengajak mereka berpartisipasi aktif dalam upaya konservasi, kita dapat menciptakan perubahan yang lebih besar dan lebih berdampak.

Penulis: Dr. Miguel Angel Esquivias Padilla, M.SE.

Link: https://doi.org/10.3390/ su16145836

Baca juga: Koneksi Militer, Tata Kelola Perusahaan dan Penghindaran Pajak Perusahaan