Universitas Airlangga Official Website

Geliat Airlangga Gelar Lokakarya, Dorong Penguatan AMPSR

Perwakilan Peserta lokakarya Geliat Airlangga dalam rangka penguatan AMPSR (Audit Maternal Perinatal Surveilans dan Respon) secara hybrid di Hotel Dafam, Surabaya (Foto: Istimewa)
Perwakilan Peserta lokakarya Geliat Airlangga dalam rangka penguatan AMPSR (Audit Maternal Perinatal Surveilans dan Respon) secara hybrid di Hotel Dafam, Surabaya (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWSGerakan Peduli Ibu dan Anak Sehat (Geliat) Airlangga menggelar lokakarya penguatan Audit Maternal Perinatal Surveilans dan Respons (AMPSR). Gerakan ini merupakan kerja sama UNAIR dengan UNICEF Indonesia. Lokakarya itu melibatkan tujuh kabupaten dampingan, yakni Jombang, Jember, Kediri, Blitar, Probolinggo, Pamekasan, dan Banyuwangi. Pelaksanaan lokakarya berlangsung secara hybrid di Hotel Dafam Surabaya dan melalui Zoom Meeting, Rabu (24/04/2024). 

Perwakilan Geliat Airlangga, Prof Dr Ratna Dwi Wulandari, SKM Mkes dalam sambutannya menekankan pentingnya AMPSR dalam hal analisis data agregat. Sementara itu, Prof Dr Epy Muhammad Luqman, drh MSi PAvet, perwakilan Badan Kerjasama dan Manajemen Pengembangan (BKMP) UNAIR yang juga hadir dalam lokakarya menyampaikan komitmen BKMP dalam mendukung pelayanan ibu dan anak. “BKMP merasa terhormat dan berkomitmen untuk mendukung pelayanan ibu dan anak agar mendapatkan pelayanan yang berkualitas dan setara,” ujarnya.

Lokakarya ini menghadirkan sejumlah pemateri. Pertama, dr Elisa Chandrasari dan Wiwik Khabibah Fitriani, STr Keb Bdn. Mewakili Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan, dr Elisa memaparkan pengalaman dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) melalui optimalisasi AMPSR. “Salah satu fokus utama kami adalah pada penguatan sistem notifikasi dan pelaporan kematian ibu dan anak. Serta analisis data agregat untuk mengidentifikasi kesenjangan dan kelemahan dalam pelayanan,” papar dr Elisa.

Wiwik menambahkan, ada beberapa langkah strategis yang telah Kabupaten Magetan jalankan. Seperti integrasi AMPSR dan MPDN (Maternal Perinatal Death Notification), pembentukan tim audit maternal perinatal, serta pemanfaatan secara optimal aplikasi MPDN. “AMPSR awalnya manual, namun sekarang semuanya sudah terintegrasi dengan MPDN mulai dari identifikasi, notifikasi, hingga pelaporan,” imbuh Wiwik. 

Penjelasan soal AMPSR dilanjutkan oleh dokter spesialis obstetri dan ginekologi, dr Danu Maryoto Teguh, Sp OG. Ia menjelaskan, kemenkes telah mengintegrasikan MPDN dengan platform SATU SEHAT. “Integrasi MPDN dengan SATU SEHAT harapannya dapat meningkatkan akurasi dan validitas data. Sehingga AMPSR dapat menjadi alat yang lebih efektif untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi,” terangnya.

dr Danu Maryoto Teguh, Sp OG pada workshop penguatan AMPSR (Audit Maternal Perinatal Surveilans dan Respon) secara hybrid  di Hotel Dafam, Surabaya (Foto: Istimewa)

Selain integrasi teknis, ia juga menekankan pentingnya sinergi dan peran aktif berbagai pihak. Sehingga, kematian ibu dan anak dapat ditekan. “Kematian ibu hamil di depan mata kita. Sebagai bidan, dokter, dan dokter umum, ini merupakan tragedi yang tidak boleh terulang kembali,” sambung dr Danu. 

Lebih lanjut, pemateri ketiga, dr Adrian menjelaskan, AMPSR baru telah diluncurkan. Namun, berdasarkan analisis data agregat dari berbagai sumber terdapat beberapa rekomendasi SMART yang memerlukan pertimbangan. “Pada AMPSR yang baru, perlu rekomendasi berupa sarana dan peningkatan kompetensi. Namun, banyak penelitian menyebutkan masalah utamanya adalah pengelolaan. Sehingga butuh solusi dalam akreditasi setiap rumah sakit harus memiliki tim AMPSR,” imbuhnya. 

Struktur komite AMPSR pada setiap tingkatan umumnya terdiri dari pelindung, penanggung jawab AMPSR, sekretariat AMPSR, dan tim pengkaji. Hal ini disampaikan oleh Syifaul Lailliyah, SKM, MKes, perwakilan Geliat. “Semisal pelindung AMPSR pada rumah sakit adalah direktur/pimpinan, sedangkan pada kabupaten/kota adalah bupati/walikota, ” tandas Syifaul.  

Penulis: Hana Mufidatuz Zuhrah

Editor: Yulia Rohmawati