Universitas Airlangga Official Website

Dosen UNAIR Bicara Dampak Mikroplastik terhadap Ekosistem Laut

Dr Veryl Hasan SPi MP saat memaparkan materi bertajuk “Sampah Plastik Membengkak, Ekosistem Laut Menahan Luka” (Foto: SS Zoom)

UNAIR NEWS – Sebagai salah satu negara dengan penghasil sampah plastik laut terbesar di dunia, realitas ini seolah menjadi refleksi bagi Indonesia yang terkenal memiliki wilayah perairan luas. Pencemaran sampah plastik di laut tentunya akan mengancam habitat biota laut.

Dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) Universitas Airlangga (UNAIR) Dr Veryl Hasan SPi MP menjelaskan bahaya mikroplastik yaitu sampah plastik kecil yang berukuran kurang dari lima milimeter dan berpotensi mencemari lautan. Sementara lokasi yang rentan menjadi sumber pencemaran mikroplastik antara lain sungai dataran rendah, danau dataran rendah, pantai, hingga ekosistem mangrove.

“Kalau kita lihat belakangan ini, mangrove yang seharusnya berfungsi untuk biofilter, menjaga kesuburan perairan, dan sebagai penahan abrasi. Pada perkembangannya, ternyata akar-akar mangrove itu secara terpaksa menjadi filter untuk sampah-sampah plastik yang tidak bisa terurai,” tutur Veryl dalam webinar Fish Time yang digelar oleh Badan Eksekutif Mahasiswa FPK UNAIR, Sabtu (19/11/2022).

Bahaya mikroplastik juga dapat merusak tatanan mata rantai makanan dalam ekosistem laut. Hal ini karena mikroplastik akan menggantikan peran fitoplankton dan zooplankton yang selanjutnya mengurangi populasi ikan-ikan kecil, bahkan predator puncak.

“Mereka (ikan, red) sulit membedakan mana plankton, mana yang mikroplastik. Ini yang menjadi masalah dimana ikan yang mestinya tumbuh dari makanan plankton justru tercampur dengan mikroplastik sehingga mengganggu metabolisme ikan dan mengakibatkan populasinya berkurang,” ungkap dosen program studi akuakultur itu.

Ia juga menyoroti eksistensi hiu sungai gangga yang ada di Kalimantan Utara dan Kalimantan Tengah kini hanya tersisa 240 ekor saja di dunia. Sebagai predator puncak, hiu tersebut terancam mengalami kepunahan (critically endangered) akibat dampak mikroplastik pada ekosistem laut yang turut menyebabkan populasi konsumen di bawahnya menjadi tidak seimbang.

Dampak Pencemaran Laut bagi Manusia

Lebih lanjut, mikroplastik yang mencemari ekosistem laut kemudian masuk ke dalam tubuh biota laut dengan menjangkiti organ pencernaannya. Ikan yang telah tercemar ini apabila dikonsumsi oleh manusia bisa menimbulkan berbagai penyakit sehingga masyarakat harus melakukan tindakan preventif berupa larangan pembuangan sampah ke laut.

“Mikroplastik ini paling tidak akan terakumulasi di dalam usus ikan, nah ketika saluran pencernaannya kita bersihkan maka dagingnya itu masih aman untuk kita konsumsi. Tapi banyak hasil penelitian yang masih menunggu data terbaru dimana mikroplastik bisa masuk dalam peredaran darah hingga otot yang berarti dagingnya sudah tidak layak kita konsumsi,” terangnya.

Menurut Veryl, kendati manusia mempunyai batas toleransi terhadap masuknya benda asing dalam tubuh pada jumlah tertentu. Namun, ketika mikroplastik ini terlalu banyak dan terakumulasi secara terus-menerus maka inilah yang menjadi masalah baru sehingga pemerintah perlu mengambil langkah serius.

Penulis: Sela Septi Dwi Arista

Editor: Nuri Hermawan