Universitas Airlangga Official Website

Efek Antiradikal Bebas dan Antinyeri dari Ekstrak Etanol Tanaman Saluang Belum

Foto oleh contohmu.github.io

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan, sarian (galenic) atau campuran bahan tersebut yang secara turun temurun digunakan oleh masyarakat untuk menyembuhkan penyakit. Penggunaan obat tradisional di Indonesia sendiri telah dimanfaatkan oleh masyarakat sejak lama dan telah dimanfaatkan dalam pelayanan kesehatan. Salah satu obat traditional yang banyak diminati oleh masyarakat Indonesia adalah obat tradisional Dayak di Kalimantan Tengah. Sejak ratusan tahun, obat traditional berupa akar dan batang tanaman yang tumbuh di hutan Kalimantan dipercaya masyarakat adat untuk mengobati berbagai jenis penyakit. Ramuan traditional ini dijual dalam bentuk paket yang sudah diracik dan diberi keterangan khasiat serta cara konsumsinya. Resep tersebut dapat dikonsumsi dengan cara direbus atau diseduh dengan air panas dan dikonsumsi sekali sehari selagi hangat. Ramuan ini mengandung beberapa jenis tanaman dengan tanaman utama berupa Luvunga sarmentosa, atau dikenal dengan nama daerah Saluang Belum. Batang dan akar dari tanaman ini banyak diresepkan dalam ramuan tradisional di Kalimantan untuk mengobati nyeri, rematik, meningkatkan kekebalan tubuh, meningkatkan gairah seksual, dan demam.

Tanaman Saluang Belum diketahuimengandung beberapa senyawa seperti triterpen, coumarin, acridone alkaloid, apotirucallane triterpenes luvungin A-G dan acetoxy luvungin A, fenol, flavonoid, steroid, quinones, tanin, saponin, alkaloid, stigmasterol, coumarins ostruthin, siberosin, acridone alkaloid, 5-methoxyarborinine dan 5-hydroxyarborinine. Informasi tentang tanaman ini sangat sedikit sehingga membuka peluang dilakukannya penelitian lebih lanjut untuk membuktikan efek dari tanaman tersebut. Berkaitan dengan penggunaan tradisionalnya, maka penelitian ini dilakukan untuk membuktikan efek antiradikal bebas dan antinyeri dari tanaman Saluang Belum.  

Uji antiradikal bebas pada penelitian ini dilakukan dengan uji radikal 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH) secara in vitro. Sedangkan efek antinyeri pada penelitian ini dilakukan pada hewan coba menggunakan 2 metode, yaitu metode geliat dan hot plate. Metode geliat dilakukan dengan cara menyuntikkan asam asetat secara intraperitoneal pada hewan coba. Penyuntikan dilakukan 30 menit setelah hewan coba diberi ekstrak. Mencit kemudian ditempatkan dalam wadah tertutup dan diamati geliat selama 20 menit setelah injeksi, seperti peregangan tungkai belakang dan kontraksi otot perut. Sedangan pada metode hot plate, mencit diletakkan pada wadah panas kemudian dicatat lamanya waktu yang diperlukan mencit untuk menjilat kaki atau melompat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol Saluang Belum memiliki sifat antiradikal bebas yang lemah dengan nilai IC50 sebesar 293,45 µg/mL. Aktivitas antinyeri menggunakan uji geliat menunjukkan bahwa ekstrak tersebut dapat mengurangi jumlah menggeliat setelah pemberian ekstrak jika dibandingkan dengan kontrol negatif. Pemberian ekstrak pada dosis 550 mg/kg BB dapat menurunkan antinyeri tertinggi (67,60%) dibandingkan dosis 50 dan 30 mg/kg BB. Sedangkan pada metode hot plate, pemberian ekstrak hanya dapat menurunkan efek antinyeri sebesar 17.64%. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa, ekstrak Saluang Belum memiliki efek antinyeri yang lebih tinggi pada metode geliat dibandingkan metode hot plate. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ekstrak ini bertanggung jawab sebagai antinyeri untuk mekanisme perifer dengan menghambat biosintesis prostaglandin.

Penulis:

Prof. Dr. Achmad Fuad Hafid, M.S

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://journal.umpr.ac.id/index.php/bjop/article/view/2983

Utami Islamiati, Hanifah Khairun Nisa, Hilkatul Ilmi, Lidya Tumewu, Myrna Adianti, Tutik Sri Wahyuni, Aty Widyawaruyanti, Achmad Fuad Hafid, Free Radical Scavenging and Analgesic Activities of 70% Ethanol Extract of Luvunga sarmentosa (BI.) Kurz from Central Kalimantan , Borneo Journal of Pharmacy: Vol. 5 No. 1 (2022): Borneo Journal of Pharmacy.