Universitas Airlangga Official Website

Efek Latihan Aerobic Cycle Ergometer Terhadap Pasien Myasthenia Gravis

Efek Latihan Aerobic Cycle Ergometer Terhadap Pasien Myasthenia Gravis
Photo by Cartwright

Myasthenia Gravis (MG) adalah penyakit autoimun pada area perbatasan saraf-otot, dengan gejala klasik meliputi kelemahan otot yang bersifat fluktuatif, memburuk dengan aktivitas dan membaik setelah beristirahat. Adanya kelemahan yang bersifat fluktuatif ini mengakibatkan peningkatan restriksi dalam melakukan aktivitas fisik termasuk berjalan. Pola hidup inaktif berkaitan dengan penyakit kronis yang dapat menurunkan status kesehatan secara general, meningkatkan rasa lelah berkepanjangan dan merupakan faktor resiko mortalitas tertinggi ke empat.

Berjalan merefleksikan tingkat kesehatan secara general serta kapasitas fungsional. Komponen berjalan meliputi kecepatan berjalan maksimal serta jumlah langkah dalam 1 menit. Suatu studi menilai bahwa kecepatan berjalan maksimal penderita MG cenderung lebih rendah berkisar 1,51 hingga 1,54 meter/detik. Jika dibandingkan dengan kecepatan berjalan maksimal individu sehat yang mencapai 2 meter/detik. Terdapat data yang menilai bahwa sekitar 78% penderita MG memiliki jumlah langkah 7.462 langkah/hari dan hanya 22% mencapai lebih dari 10.000 langkah/hari. Di sisi lain, sekitar 82% penderita MG juga mengeluhkan adanya rasa lelah berkepanjangan.

Kecepatan berjalan maksimal dapat diukur dengan menggunakan uji jalan sejauh 10 meter. Penghitungan waktu hanya diukur dalam 6 meter pertengahan berjalan untuk memberikan kesempatan akselerasi dan deselerasi. Pengukuran waktu dalam uji jalan ini dapat menggunakan stopwatch. Mengukur jumlah langkah dalam 1 menit menggunakan hand tally counter. Rasa lelah secara subjektif diukur dengan menggunakan kuesioner Fatigue Severity Scale (FSS)

Rancangan Penelitian

Penelitian eksperimental ini menggunakan rancangan penelitian randomized control group. Bertujuan untuk menganalisis efek latihan aerobic cycle ergometer intensitas rendah terhadap kemampuan berjalan dan rasa lelah pada pasien Myasthenia Gravis di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Terdapat tujuh belas pasien Myasthenia Gravis yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi dengan pengambilan sampel penelitian berdasarkan kasus yang datang berturut-turut (consecutive sampling).

Dengan interval kepercayaan 95%, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan pada kecepatan berjalan maksimal (p=0,001), cadence (p=0,013) dan fatigue (p=0,019). Pasien Myasthenia Gravis setelah diberikan latihan aerobik menggunakan cycle ergometer intensitas rendah selama 8 minggu (CI 95%, α = 0,05). Hasil effect size menggunakan Cohen’s d menunjukkan large effect size baik pada kecepatan berjalan maksimal, cadence maupun fatigue. Tidak terdapat perbedaan signifikan antara kecepatan berjalan maksimal (p=0,118), jumlah langkah (p=0,654), fatigue (p=0,440). Pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi setelah pemberian latihan, meskipun terdapat perbaikan lebih tinggi pada kelompok intervensi.

Pasien Myasthenia Gravis umumnya membatasi aktivitas fisik karena kelelahan yang berlebihan. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbaikan signifikan pada kecepatan berjalan maksimal. Jumlah langkah dan fatigue setelah pemberian latihan aerobic cycle ergometer intensitas rendah selama 8 minggu. Hal penting lainnya, penelitian ini merupakan penelitian pertama yang dilakukan di Indonesia untuk melihat efek latihan aerobik menggunakan cycle ergometer intensitas rendah pada Myasthenia Gravis.

Penulis: Lydia Arfianti, dr.,Sp.KFR

Link: https://scholar.unair.ac.id/en/publications/effect-of-low-intensity-aerobic-cycle-ergometer-on-maximal-walkin

Baca juga: Pengalaman dan Tantangan Skrining Hipotiroid Kongenital di Indonesia