Universitas Airlangga Official Website

Efek Minyak Atsiri Jahe Merah pada Bakteri Streptococcus mutans

Jahe Merah
Ilustrasi Jahe Merah (sumber: katadata)

Karies gigi merupakan sebuah permasalahan kesehatan mulut yang signifikan di Indonesia. Berdasarkan temuan dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018. Menurut laporan yang sama, prevalensi karies gigi di Indonesia mencapai 88,8%, melampaui target Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Karies gigi terjadi ketika gigi mengalami demineralisasi akibat dari aksi bakteri yang menghasilkan asam melalui fermentasi karbohidrat dan membentuk biofilm.

Bakteri utama yang berperan dalam pembentukan karies gigi pada manusia adalah Streptococcus mutans, bakteri gram positif. Makanan yang mengandung karbohidrat, terutama sukrosa, dapat meningkatkan perlekatan Streptococcus mutans pada permukaan enamel gigi dan menyebabkan pembentukan plak gigi. Bakteri ini kemudian menghasilkan asam untuk menurunkan pH di sekitar gigi. Biofilm adalah sebuah agregat mikroba yang menempel pada permukaan gigi dan terbungkus dalam matriks polisakarida.

Biofilm bakteri adalah kumpulan mikroba yang menempel pada permukaan gigi dan terbungkus dalam matriks polisakarida. Komposisi biofilm bakteri meliputi berbagai enzim bakteri, polisakarida, asam nukleat, protein, senyawa yang dikeluarkan oleh bakteri, serta komponen saliva dan faktor dari inang lainnya. Pembersihan mekanis, seperti menyikat gigi dan menggunakan benang dental, dapat membantu mengontrol pertumbuhan biofilm bakteri pada permukaan gigi dengan menghilangkan deposit dan plak yang dapat menjadi substrat untuk pertumbuhan bakteri.

Pencegahan karies gigi saat ini sering melibatkan penggunaan bahan-bahan yang efektif seperti fluoride. Namun, penggunaan fluoride yang berlebihan dapat mengakibatkan fluorosis sebagai efek sampingnya. Oleh karena itu, pengembangan obat-obatan herbal sedang menjadi fokus utama. Serta mendapatkan perhatian yang lebih besar karena dianggap lebih aman dan dapat ditoleransi dengan baik.

Jahe Merah

Jahe merah telah menjadi subjek penelitian yang meluas dalam upaya mencegah karies gigi karena potensi sifatnya yang antibakteri, antiinflamasi, dan antikanker. Minyak atsiri jahe merah, yang merupakan produk metabolisme alami tanaman tersebut, telah terbukti memiliki aktivitas antibakteri yang signifikan terhadap bakteri gram positif. Contohnya Streptococcus mutans.

Beberapa penelitian telah menghubungkan aktivitas antibakteri dari minyak atsiri jahe merah dengan komponen aktif utamanya, seperti zingiberene, α-farnesene, 6-gingerol, dan α-curcumene. Studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa minyak atsiri jahe merah memiliki efek antibakteri yang signifikan terhadap Staphylococcus aureus, dengan konsentrasi efektif mencapai MIC 2,0 dan 1,0 μL/mL.

Proses kolonisasi bakteri Streptococcus mutans pada permukaan gigi, yang dikenal sebagai pembentukan biofilm, melibatkan interaksi fisikokimia dan molekuler yang dimulai dengan proses perlekatan bakteri. Salah satu mekanisme patogen bakteri yang penting adalah

kemampuannya dalam berkolonisasi melalui interaksi elektrostatik dan kimia pada permukaan gigi serta interaksi dengan bakteri lain dalam matriks ekstraseluler kompleks.

Uji perlekatan bakteri Streptococcus mutans dilakukan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang λ = 570 nm. Minyak atsiri jahe merah menunjukkan nilai Konsentrasi Hambatan Minimum Inhibitory (MIC) terhadap bakteri Streptococcus mutans pada konsentrasi 0,78% dan 1,56%. Pada konsentrasi 0,78%, nilai perlekatan yang tercatat adalah sebesar 2,12, sementara pada konsentrasi 1,56%, nilai perlekatan mencapai 1,93. Selain itu, pada konsentrasi 3,125%, nilai perlekatan adalah 1,78. Dari hasil tersebut, disimpulkan bahwa minyak atsiri jahe merah memiliki potensi sebagai agen antimikroba dengan kemampuan menghambat perlekatan bakteri Streptococcus mutans.

Penulis: Prawati Nuraini, drg., M.Kes., Sp.KGA.