Universitas Airlangga Official Website

Efek Olahraga Berjalan Kaki pada Denyut Nadi dan Tekanan Darah

Sistem kardiovaskuler atau yang lebih familiar disebut sistem peredaran darah merupakan bagian krusial dari tubuh dengan fungsi utama mengangkut nutrisi dan oksigen ke seluruh bagian tubuh, membawa darah terdeoksigenasi kembali ke paru-paru serta membawa zat-zat sisa yang sudah tidak diperlukan tubuh (Kohli, 2021).

Jantung merupakan organ kunci dari sistem peredaran darah. Jantung memiliki dua fase dalam siklus kinerjanya, fase pertama adalah adalah sistol, di mana jantung berkontraksi dan mengeluarkan darah keseluruh tubuh. Fase kedua diastole, di mana pembuluh darah mengembalikan darah ke jantung sebagai persiapan untuk kontraksi ventrikel berikutnya (Kohli, 2021; Rhinehart, 2022). Kedua siklus ini harus senantiasa seimbang untuk menjaga keberlangsungan hidup manusia karena tanpa darah yang dialirkan, sel dan jaringan tidak akan berfungsi dengan kapasitas totalnya dan berisiko pada kerusakan atau kematian.

Diperkirakan 1,28 miliar orang dewasa berusia 30-79 tahun di seluruh dunia menderita hipertensi, sebagian besar (dua pertiga) tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Diperkirakan 46% orang dewasa dengan hipertensi tidak menyadari bahwa mereka memiliki kondisi tersebut (WHO, 2023). Hipertensi merupakan penyebab utama kematian dini di seluruh dunia dan menjadi salah satu target global penyakit tidak menular yang harus diturunkan sebesar 33% antara tahun 2010 dan 2030. Estimasi jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang, sedangkan angka kematian di Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian, dari prevalensi hipertensi sebesar 34,1%  diketahui bahwa sebesar  8,8% terdiagnosis hipertensi dan 13,3% orang yang terdiagnosis hipertensi tidak minum obat serta 32,3% tidak rutin minum obat. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita Hipertensi tidak mengetahui bahwa dirinya  Hipertensi sehingga tidak mendapatkan pengobatan (Kemenkes RI P2PTM, 2019).

Seiring bertambahnya usia, fungsi jantung akan menurun, terutama selama periode aktivitas fisik yang tinggi, serta arteri memiliki kemungkinan lebih tinggi menjadi kaku, hal ini dapat meningkatkan kemungkinan tekanan darah menjadi tinggi, serta munculnya masalah kardiovaskular terkait. WHO menyebutkan bahwa salah satu treatment non-farmakologis hipertensi adalah dengan menerapkan pola hidup sehat menjaga pola makan serta lebih aktif secara fisik baik dalam beraktivitas sehari-hari maupun berolahraga (WHO, 2023).

Sebuah penelitian dilakukan pada komunitas olahraga pejalan kaki dengan rata-rata usia 40-50 tahun sebanyak 36,7% dan 63,3% berusia 51-60 tahun dengan mayoritas tidak memiliki kebiasaan berolahraga rutin. Penelitian dilakukan dengan memberikan aktivitas fisik berjalan kaki selama 1 minggu pada komunitas tersebut, kemudian dilihat efektivitas latihan fisik berjalan tersebut terhadap denyut nadi dan tekanan darah (sistolik dan diastolik) dengan mengukur perbandingan pre-test dan post-test. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan signifikan rata-rata pre-test dan post-tes denyut nadi pada kelompok aktivitas fisik berjalan (p<0,05), sedangkan untuk tekanan darah terdapat perbedaan rata-rata hasil pre-test dan post-test untuk sistolik dan diastolik tetapi pada Wilcoxon test tidak memiliki bersebaran data yang normal (>0,05).

Hasil penelitian mengenai efek aktivitas fisik berjalan kaki terhadap denyut nadi sejalan dengan penelitian yang dilakukan Andiyani (2020) yang menyatakan bahwa ada pengaruh aktivitas mahasiswa terhadap denyut nadi selama pandemi COVID-19 di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Detak jantung atau denyut nadi dikendalikan oleh sistem saraf. Respon berupa peningkatan impuls saraf dari batang otak ke saraf simpatis akan menyebabkan penurunan diameter pembuluh darah dan peningkatan frekuensi denyut jantung (Holen et al., 2013).

Efek aktivitas fisik berjalan terhadap tekanan darah pada penelitian ini berbeda dengan beberapa penelitian sebelumnya, perbedaan ini dapat dipengaruhi dari segi subjek penelitian dan jenis perlakuan yang diberikan, dimana usia subjek penelitian memiliki pengaruh karena semakin bertambahnya usia, arteri mengalami penurunan elastisitas (Braunwald et al., 2005), serta frekuensi dan durasi aktivitas fisik akan memberikan efek yang lebih kontras pada denyut nadi dan tekanan darah sistiolik maupun diastolik.

Penulis: Dr. Gadis Meinar Sari, dr., M.Kes.

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/qanunmedika/article/view/18710