Universitas Airlangga Official Website

Efek Perlindungan Madu Terhadap Testis yang Terpapar Monosodium glutamate (MSG)

Foto by KlikDokterr

Globalisasi dan tingginya perkembangan mobilitas manusia telah membuat perubahan yang begitu drastis dalam kehidupan manusia, terutama di bidang konsumsi pangan. Untuk mengimbangi gaya hidup yang lebih cepat, makanan cepat saji adalah pilihan yang praktis dan mudah didapat untuk bertemu kebutuhan primer manusia. Fast food adalah diperlukan untuk memiliki palatabilitas tinggi, aditif sering ditambahkan ke meningkatkan rasa, salah satunya adalah monosodium glutamat (MSG). Konsumsi MSG di masyarakat cenderung meningkat setiap tahun terjadi peningkatan yang sangat pesat konsumsi dari 100.568 ton menjadi 122.966 ton pada periode tersebut 1998 – 2004 dengan rata-rata konsumsi harian sekitar 1,53 g/kapita/hari menjadi 9,62 g/kapita/hari pada tahun 2011. Konsumsi MSG secara kronis mempengaruhi sistem reproduksi yang berakhir dengan infertilitas.

Efek degeneratif MSG pada pria sistem reproduksi dimulai dengan peningkatan ekstraseluler kadar asam glutamat di post sinapsis sel saraf otak. Peningkatan asam amino ini akan meningkatkan ekspresi metabotropic glutamate receptors (mGluR), Ionotropic glutamate receptors (iGluR) dan Anti–N-methyl-D-aspartate receptor (NMDAR). Dalam ekspresi berlebih reseptor ini, ada aktivasi jalur PLC melalui aktivitas protein G yang akan menghasilkan IP3 dan meningkatkan Ca2+ intraseluler konsentrasi karena pelepasan Ca2+ di endoplasma retikulum. Kelebihan Ca2+ dalam sel menyebabkan produksi yang berlebihan dari Reactive oxygen species (ROS) dikenal sebagai excitotoxicity. Excitotoxicity menyebabkan nekrosis sel neuron di nukleus arkuata hipotalamus akan mengganggu fungsinya sumbu hipotalamus-hipofisis-gonad untuk melepaskan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Interstitial Cell Stimulating Hormone (ICSH). Gangguan pada hormon FSH akan menghambat proses spermatogenesis dan pelepasan ICSH yang terganggu akan mempengaruhi produksi testosteron oleh sel Leydig. Kerusakan pada sel spermatogenik adalah juga disebabkan oleh produksi ROS yang berlebihan di tubulus akan menyebabkan stres oksidatif dan peroksidasi lipid membran yang ditandai dengan meningkatnya kadar Malondialdehid (MDA) dan penurunan kadar Glutathione (GSH).

Aktivitas ROS yang berlebihan dapat dinetralkan dengan menggunakan antioksidan. Madu yang dihasilkan oleh lebah Apis dorsata adalah madu multifloral yang berasal dari banyak bunga dan memiliki kandungan antioksidan yang tinggi dibandingkan dengan madu monofloral dihasilkan oleh lebah Apis melifera. Yang tinggi kandungan antioksidannya berpotensi tinggi untuk mengatasi ROS, jadi penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pencegahan madu Apis dorsata dengan parameter jumlah sel Leydig dan diameter tubulus seminiferus mencit (Mus musculus) diberi MSG.

Penelitian ini menggunakan 25 mencit dibagi menjadi 5 kelompok. Di grup C- hanya diberikan air suling. Kelompok C+ diberi MSG 4mg/gBB sedangkan kelompok T1, T2 dan T3 diberi madu hutan Apis dorsata dengan dosis masing-masing 53,82 mg/20g, 107,64 mg/20g dan 161,46 g/20g ditambah MSG 4mg/gBB. Semua perlakuan diberikan per oral selama 52 hari. Hasil penelitian menunjukan jumlah sel Leydig pada kelompok kontrol adalah 44±1,64, jumlah ini berkurang secara signifikan pada mencit yang terpapar MSG. Hasil yang signifikan dari efek MSG yang diberi dengan madu Apis dorsata (28,56±1,47, 38,28±1,37 dan 42,68±1,39 untuk T1, T2 dan T3). Diameter tubulus seminiferous juga berkurang secara signifikan oleh pemberian MSG (158,53±5,21 μm) jika dibandingkan dengan kontrol (199,13±4,78 μm; p<0,05) sedangkan pemberian madu Apis dorsata melemahkan efek toksik MSG. Hasilnya tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (p>0,05) antara kelompok T3 dan C- pada sel Leydig dan diameter tubulus seminiferus. Dapat disimpulkan bahwa pemberian madu Apis dorsata dapat mempertahankan jumlah sel Leydig dan diameter tubulus seminiferus pada tikus yang terpapar MSG.

Penulis: Epy Muhammad Luqman

Informasi detail dari penelitian ini dapat dilihat pada tulisan di

Nama jurnal: African Journal of Biomedical Research

Link jurnal:

https://ojs.ajbrui.org/index.php/ajbr/article/view/2448/1810