Recurrent aphthous stomatitis (RAS) atau dalam bahasa awam dikenal sebagai sariawan berulang merupakan suatu kondisi penyakit berupa yang timbul secara berulang, periodic dan tanpa diketahui penyebab yang pasti. RAS dapat diagnosis secara klinis mencakup empat kriteria: kekambuhan, periodik, etiologi yang tidak diketahui, dan tidak ada kelainan sistemik. Bukti menunjukkan beberapa faktor yang dapat mencetuskan timbulnya RAS, yang meliputi faktor lokal seperti trauma, faktor sistemik seperti stres, menstruasi sangat berkaitan erat dengan perkembangan RAS. Adanya berbagai faktor yang mempengaruhi tersebut, penegakan definitive dari RAS belum ditentukan.
Dalam praktiknya, diagnosis RAS hanya ditentukan berdasarkan tingkat kekambuhan, periode timbulnya sariawan atau pemeriksaan objektif yang menyertainya. Karena pemeriksaan objektif untuk menegakkan diagnosis RAS merupakan suatau hal yang komplek dan membutuhkan waktu yang panjang, pemeriksaan tersebut tidak bisa diimplementasikan secara klinis. Namun disisi lain, penelitian telah melaporkan bahwa RAS lebih mungkin memiliki hubungan dengan faktor genetik dan perubahan dalam respons imun, seperti perubahan ekspresi tumor necrosis factor a (TNF-a). TNF- Ini telah menjadi penanda proses inflamasi pada berbagai kelainan yang timbul pada mukosa rongga mulut, termasuk RAS. Jika TNF-α memiliki peran penting dalam perkembangan lesi, maka mendeteksi sitokin ini dapat menjadi pilihan objektif untuk menegakkan diagnosis. Beberapa penelitian telah melaporkan ekspresi sitokin ini dalam berbagai tahap perkembangan RAS, dan jumlah serta ekspresinya meningkat dalam air liur, serum darah, dan lesi jaringan.
Beberapa hasil penelitian melaporkan bahwa TNF-a adalah suatu marker yang tepat untuk diagnosis RAS secara objektif. Oleh karena itu, untuk memperkuat bukti tersebut dan dapat diaplikasikan secara klinis, perlu dilakukan tinjauan secara sistematis untuk menganalisis ekspresi TNF-a dalam dalam air liur dan darah sebagai salah satu diagnosis objektif untuk diagnosis RAS.
Hasil analisis menunjukkan bahwa individu yang sehat menunjukkan ekspresi TNF-a yang jauh lebih rendah daripada pasien RAS. Metode yang digunakan untuk menganalisis ekspresi TNF-a berbeda untuk air liur dan serum darah berupa cyto-bead microarray dan ELISA. Kedua metode dapat mendeteksi perbedaan ekspresi TNF-a yang signifikan antara individu yang sehat dan pasien RAS. Meskipun metode deteksinya relatif serupa, penggunaan air liur untuk untuk mendeteksi perubahan TNF-a pada RAS karena memberikan akurasi, keandalan, dan prosedur non-invasif yang lebih baik dibandingkan penggunaan serum melaui pengambilan darah.
Kesimpulan yang dapat diambil dari tinjauan Pustaka sistematik ini adalah TNF-a adalah penanda diagnostik yang tepat untuk RAS. Penggunaan air liur untuk mendeteksi perubahan TNF-a selama ulserasi memberikan hasil yang akurat, handal, dan prosedur non-invasif yang lebih menguntungkan dibandingkan dengan pengambilan pemeriksaan darah melalui pengambilan darah.
Penulis: Meircurius Dwi Condro Surboyo
Tulisan lengkap kami dapat diakses di
M.D.C.Surboyo, R.M.Boedi, N.Hariyani, A.B.R.Santosh, I.B.P.P Manuaba, P.H Cecilia, I.G.A.D. Ambarawati, A.E Parmadiati, D.S.Ernawati. The expression of TNF-a in recurrent aphthous stomatitis: A systematic review and meta-analysis. 2022. Cytokine
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S1043466622001557